Dua surah yang bernama “AL-KHAL” DAN “AL-HAFD” TELAH DITULIS DALAM MUSHAF UBAYY BIN KA’B DAN MUSHAF IBN ABBAS, SESUNGGUHNYA ALI AS MENGAJAR KEDUA SURAH TERSEBUT KEPADA ABDULLAH AL-GHAFIQI, UMAR B. KHATTTAB DAN ABU MUSA AL-ASY’ARI juga membacanya.
Banyak saksi sejarah dan
penghafal Qur’an yang tewas dalam perang Yemama:
Zuhri reports that when slaughter befell the Muslims in the Yemama it was
Abu Bakr who feared that many of the qarra' would perish. (p. 120, Ahmad
b. `Ali b. Muhammad al `Asqalani, ibn Hajar, "Fath al Bari", 13 vols,
Cairo, 1939/1348, vol. 9, p. 12)
Jumlah seluruh qarra’ yang tewas ada 700 orang :
It is said that upward of 700 Companions fell in the Yemama. Sufyan
reports that when Salim was slain `Umar hastened to Abu Bakr. (p. 120, Ahmad b.
`Ali b. Muhammad al `Asqalani, ibn Hajar, "Fath al Bari", 13 vols,
Cairo, 1939/1348, vol. 9, p. 9)
Setelah tewasnya para saksi dan hafidz yang hafal ayat-ayat Qur’an dalam perang
Yamama, beberapa informasi menjadi hilang dan tak lengkap lagi. Ada bukti-bukti
tertulis bahwa Quran sudah tak lengkap lagi.
It is reported from Ismail ibn Ibrahim from Ayyub from Naafi from Ibn Umar
who said: "Let none of you say 'I have acquired the whole of the Qur'an'.
How does he know what all of it is when much of the Qur'an has disappeared?
Rather let him say 'I have acquired what has survived.'" (as-Suyuti, Al-Itqan
fii Ulum al-Qur'an, p.524).
Abdullah ibn Umar, dalam zaman
permulaan Islam, amat jelas berkata =>
Ia dilaporkan dari Ismail ibn
Ibrahim dari Ayyub dari Naafi dari Ibn Umar yang berkata: "Biar tiada di
antara kamu yang berkata 'saya sudah memperolehi seluruh Qur'an'. Bagaimana dia
mengetahui itu adalah kesemuanya sedangkan banyak bahagian Qur'an yang telah
hilang? Lebih baik biar dia berkata 'saya sudah memperolehi apa yang
ditinggalkan.' "(as-Suyuti, al-Itqan fii Ulum al-Qur'an, p. 524) .
Bahkan, Abu Musa al-Ashari, salah
satu sahabat dekat Muhammad mengatakan kepada para pembaca (pengaji) di Basra,
bahwa dirinya sudah tak ingat lagi isi surat Bara’at kecuali beberapa
barisnya saja :
We used to recite a surah which resembled in length and severity to (Surah)
Bara'at. I have, however, forgotten it with the exception of this which
I remember out of it: "If there were two valleys full of riches, for the
son of Adam, he would long for a third valley, and nothing would fill the
stomach of the son of Adam but dust". ( Sahih Muslim, Vol. 2, p.501).
JELAS SEKALI LEWAT PERNYATAAN BELIAU
DINYATAKAN BAHWA…Qur'an yang ada pada hari ini tidak lengkap….
Terdapat bukti selanjutnya mengenai kehilangan seluruh surah
daripada Qur'an hari ini. Abu Musa al-Ash'ari, seorang daripada pihak yang
berpengetahuan mengenai teks Qur'an dan juga seorang sahabat Muhammad, telah
dilaporkan berkata kepada penghafal-penghafal di Basra::
Kami pada satu masa ketika pernah mengucapkan satu surah
yang menyerupai dalam kepanjangan dan ketegasannya kepada (Surah) Bara'at.
Walaubagaimanapun, saya telah lupakannya dengan kecualian bahagian ini:
"jika ada dua buah lembah penuh dengan kekayaan, untuk keturunan Adam, dia
akan inginkan sebuah lembah ketiga, dan tiada apa yang akan memenuhi perut
keturunan Adam tetapi debu ". (Sahih Muslim, Vol. 2, p. 501).
Sekali lagi, Abu Musa juga
mengatakan bahwa dirinya TELAH LUPA isi sebuah teks yang telah hilang
dan ia hanya ingat beberapa isinya saja. Saya ambilkan cuplikan dari sumber
sekunder (bukan Quran atau hadis) tulisan as-Suyuti dalam bukunya “Al Itqan” :
We used to recite a surah similar to one of the Musabbihaat, and I no
longer remember it, but this much I have indeed preserved: 'O you who truly
believe, why do you preach that which you do not practise?' (and) 'that is
inscribed on your necks as a witness and you will be examined about it on the
Day of Resurrection'. (as-Suyuti, Al-Itqan fii Ulum al-Qur'an, p.526).
BENARKAH ADA SATU KOLEKSI TUNGGAL
QUR’AN PRA KODIFIKASI? (ADANYA PERBEDAAN-PERBEDAAN DI ANTARA KOLEKSI PARA
SAHABAT)
Tidak. Keempat sahabat Muhammad justru membuat Qur’an koleksinya sendiri.
Mereka yaitu Mas’ud, Salim, Ubay, dan Mu’adh :
Bukhari: vol. 6, hadith 521, pp. 487-488; book 61
Narrated Masruq:
... I heard the Prophet saying, "Take (learn) the Qur'an from four (men):
`Abdullah bin Masud, Salim, Mu'adh and Ubai bin Ka'b."
Sumber literatur Islam menyatakan orang2 terpilih
ini yang menyusun Qur’an mereka sendiri.
Hadis Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer 150.
Aku mendengar sang Nabi berkata, “Belajarlah
pelafalan Qur’an dari empat orang ini: (1) Abdullah Ibn Mas’ud, (2) Salim (yang
terbunuh di perang tahun 633M), dan dia adalah budak Abu Hudhaifa yang
dimerdekakan, (3) Ubayy b. Ka’ab, dan (4) Muadh bin Jabal.”
Masing-masing teks ternyata memiliki
banyak perbedaan, sehingga pertentangan segera muncul di antara
Muslim sendiri. Perhatikan ketika Abu Darda mengkritik teks surat 92 Lail milik
Mas’ud yang dibacakan Alqama. Ia bahkan bersumpah demi Allah untuk tidak akan
mengikutinya :
Bukhari: vol. 6, hadith 468, p. 441-442; book 60
Narrated Ibrahim:
The companions of 'Abdullah (bin Mas'ud) came to Abi Darda', (and before they
arrived at his home), he looked for them and found them. Then he asked them,:
"Who among you can recite (Qur'an) as 'Abdullah recites it?" They
replied, "All of us." He asked, "Who among you knows it by
heart?" They pointed at 'Alqama. Then he asked Alqama. "How did you
hear 'Abdullah bin Mas'ud reciting Surat Al-Lail (The Night)?" Alqama
recited:
'By the male and the female.' Abu Ad-Darda said,
"I testify that I heard me Prophet reciting it likewise, but these people
want me to recite it:--
'And by Him Who created male and female.' But by Allah, I will not follow
them."
Perbedaan di atas tampaknya sepele (rekan-rekan Muslim bisa saja berpendapat
toh artinya sama), tetapi bagaimanapun juga telah menimbulkan pertentangan di
kalangan Muslim sendiri. Ini sangat fundamental bagi sejumlah Muslim tertentu
seperti Abu Darda, sehingga ia menolaknya secara frontal.
Dalam perkembangan selanjutnya, koleksi milik Ubay dan Mas’ud lah yang paling
berpengaruh. Mengapa? Karena dalam proses kodifikasi, UBAI ADALAH TOKOH YANG
MERASA DIRINYA PALING BENAR, SEHINGGA BERSIKERAS MENOLAK KOLEKSINYA YANG
DIUBAH:
Bukhari: vol. 6, hadith 527, p. 489; book 61
Narrated Ibn Abbas:
Umar said, `Ubai (Ubayy) was the best of us in the recitation (of the Qur'an)
yet we leave some of what he recites'. Ubai says, `I have taken it from the
mouth of Allah's Apostle and will not leave for anything whatever'.
ALASAN KUAT UNTUK MEMPERTAHANKAN KEOTENTIKAN ALQURAN
SEOLAH-OLAH OTENTIK/ASLI ADALAH Al-Naskh Wa al-Mansukh: Ajaran Pembatalan
(Pemansuhan).UMAR MEMASUKKAN INI AGAR SEOLAH ALQURAN SEKARANG OTENTIK…HUKUM
YANG HILANG ITU DIANGGAP DI NASAKH/MANSUKH….(=QS. Al-Baqarah: 106)
Al-Naskh Wa al-Mansukh: Ajaran Pembatalan
(Pemansuhan)
Ini adalah satu doktrin
yang ditolak oleh
banyak orang Muslim
karena ia mencerminkan
pandangan yang tidak
memihak terhadap sangkaan
kesempurnaan teks Qur'an, tetapi ia
pada umumnya di
terima oleh kaum
Muslim yang konservatif
dan ulama-ulama
ortodoks seperti Desai.Doktrin ini
sesuai dengan alquran (QS. Al-Baqarah: 106)
Pendapat Umar tentang Naskh dan Mansukh, amat di ganggu
oleh pengetahuan Ubayy ibn Ka'b yang baik mengenai Qur'an, apabila di hadapi
dengan teks-teks ayng diketahui oleh teman-teman Muhammad tetapi tidak oleh
Khalifa, mendakwa bahawa mereka telah dimansukhkan.
Cerita Ibn Abbas: Umar berkata "Ubayy adalah di
antara kita yang terbaik dalam ucapan (Qur'an) tetapi kita tinggalkan
sesetengah apa yang dia ucapkan". Ubayy berkata, "saya telah
mengambilnya daripada mulut mubaligh Allah (SAW) dan tidak akan meninggalkannya
untuk apa jua pun". Tetapi Allah berkata: Apa saja ayat yang kami
nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang
lebih baik daripadanya atau sebanding dengannya.(2:106). (Sahih al-Bukhari,
Vol. 6, p. 489) .
Secara nyata Ubayy amat yakin bahawa dia tidak patut
mengabaikan apa yang dia pelajari dengan terus daripada Muhammad sendiri dan
tindakan mereka yang tidak mengenali apa yang diucapkan oleh dia adalah untuk
menganggap bahwa ada ayat-ayat yang telah dimansukhkan oleh Allah.
Qur’an versi lain disusun oleh Ubayy b. Ka’ab. Diapun
adalah sahabat karib Muhammad dan merupakan sekretaris (juru tulis) Muhammad.
Ubayy mahir melafalkan banyak ayat2 Qur’an, dan dia belajar pelafalan ini
langsung dari Muhammad. Para ilmuwan Islam menemukan bahwa Qur’an versi Ubayy
berbeda dengan Qur’an “resmi” karena punya Ubayy terdapat dua Sura lain (berjudul
Sura Al-Khal dan Sura Al-Afd). Karena Muhammad secara pribadi mengajar Ubayy
tentang Qur’an, maka mengapa yaaa Qur’an “resmi” saat ini tidak mengandung dua
Sura tersebut?
Ubayy wafat saat kepemimpinan Kalifah Umar, dan saat
itu Qur’an yang “resmi” belum disusun oleh Uthman. Karena itulah, Ubayy tidak
usah menyaksikan Qur’an versi miliknya dibakar atas perintah Uthman. Karena
Ubayy menyusun Qur’annya sendiri dan belajar langsung dari mulut nabi Muhammad,
tentunya dia akan setuju dengan sikap Mas’ud yang menolak menyerahkan Qur’an
versinya untuk dibakar, bukan?
Sumber literatur Islam menyatakan orang2 terpilih
ini yang menyusun Qur’an mereka sendiri.
Hadis Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer 150.
Aku mendengar sang Nabi berkata, “Belajarlah
pelafalan Qur’an dari empat orang ini: (1) Abdullah Ibn Mas’ud, (2) Salim (yang
terbunuh di perang tahun 633M), dan dia adalah budak Abu Hudhaifa yang
dimerdekakan, (3) Ubayy b. Ka’ab, dan (4) Muadh bin Jabal.”
Jadi ada beberapa orang khusus yang dipilih Muhammad
karena pengetahuan mereka akan Qur’an dan orang2 ini lalu menyusun Qur’an versi
mereka sendiri. Qur’an2 ini beredar luas dan digunakan di kalangan Muslim. Hal
inilah yang menyebabkan tentara2 Muslim saling bersengketa dan menuduh satu
sama lain bid’ah.
Mari mulai dengan Abdullah Ibn Mas’ud yang diminta
untuk membakar versi Qur’an-nya sendiri.
“Bagaimana mungkin kau memerintahkan dirku untuk
melafalkan pembacaan Zaid, sedangkan aku melafalkannya dari mulut sang Nabi
sendiri akan tujuhpuluh Sura?” “Apakah aku, “ tanya Abdullah, “harus melupakan
apa yang kuketahui dari bibir sang Nabi sendiri?”("K. al Masahif"
oleh Ibn abi Dawood, 824-897 AD, hal. 12, 14).
Jelas sekali Abdullah Ibn Mas’ud => MENOLAK QURAN
VERSI BELIAU UNTUK DIMUSNAHKAN…
Apakah Abdullah Ibn Mas’ud menganggap Qur’an yang
beredar saat ini merupakan Qur’an murni, padahal dia menolak membakar Qur’an
versi miliknya sendiri? Karena Mas’ud tidak sudi membiarkan Qur’an versi
miliknya dibakar, maka sudah jelas Mas’ud tidak menganggap Qur’an milik Uthman
itu asli. Hal yang penting untuk dipertanyakan, “Mengapa Mas’ud tidak mau
menyerahkan dan membakar Qur’an miliknya?”
Mas’ud adalah sahabat karib dan pelayan pribadi
Muhammad. Nabi Muhammad mengajarkan Qur’an pada Mas’ud secara pribadi. Karena
eratnya hubungan pribadi dengan Muhammad, maka Mas’ud jelas yakin bahwa dia
punya kualifikasi meyakinkan untuk menyusun Qur’an versinya sendiri.( Hadis
Sahih Bukhari, volume 5, buku 58, nomer 150=> Abdullah Ibn Mas’ud nama
beliau tercantum dalam hadis..yang mana seharusnya umat islam mempelajari
alquran versi beliau….)
Mas’ud lalu pindah ke Kufa, Irak, di mana dia
menyelesaikan menyusun Qur’an versinya sendiri, yang dikenal dengan mushaf
Kufan. Qur’an unik ini selesai disusunnya beberapa tahun setelah Qur’an asli
milik Hafsah disusun (tahun 634 M). Qur’an versi Mas’ud tidak memiliki Sura 1,
113, dan 114 yang terdapat dalam Qur’an “resmi” saat ini. Apakah Qur’an itu
benar2 asli seperti yang dipercayai Muslim sekarang?
Qur’an “resmi” jaman sekarang datang dari Zaid ibn
Thabit, yang merupakan juru tulis Muhammad yang paling muda. Zaid, karena usia
mudanya, masih hidup ketika orang2 terdekat Muhammad lainnya sudah mati.Akan
tetapi, akhirnya malah Qur’an versi Zaid yang dipilih Uthman sebagai Qur’an
yang “resmi.”
Muslim2 lain yang sangat dekat hubungannya dengan
Muhammad menjadi sangat marah ketika Uthman bersikeras hanya ada satu jenis
Qur’an saja yang boleh digunakan. Sumber2 Islam menunjukkan bahwakeaslian
Qur’an sejak jaman Muhammad tidak jelas lagi. Jika tidak terdapat versi2 Qur’an
yang berbeda, maka tentunya tidak akan ada perintah pembakaran.
Kaum Muslim percaya bahwa terdapat tujuh versi
Qur’an, tapi hanya Qur’an versi Uthman saja yang benar. Jadi para Muslim tidak
mempermasalahkan pembakaran Qur’an2 versi lain. Akan tetapi, dibutuhkan “iman
buta”untuk percaya dan menerima pandangan seperti ini.
Jika Muhammad betul2 mampu secara konsisten
meramalkan masa depan, maka tentunya Qur’an memang berasal dari Tuhan. Akan
tetapi kenyataannya tidak begitu. Peristiwa politik pembakaran Qur’an versi
lain yang dilakukan para pemimpin awal Islam
membuktikan bahwa Qur’an berasal
dari Jibril gadungan.
AYAT RAJAM PEZINAH MENGHILANG...
Umar bin Khatthab Radhiyallahu 'anhu dalam khutbahnya :
وَ ِإِنَّ الرَّجْمَ
حَقٌّ ثَابِتٌ فِيْ كِتَابِ اللهِ عَلَى مَنْ زَنَا إِذَا أَحْصَنَ إِذَا قَامَتِ
الْبَيِّنَةُ أَوْ كَانَ الْحَبَل أَوْ الإِعْتِرَاف.
"Sungguh rajam adalah BENAR dan ADA DALAM KITAB ALLAH atas orang yang
BERZINA apabila telah pernah menikah (al-Muhshaan), bila tegak padanya
persaksian atau kehamilan atau pengakuan sendiri"
AYAT RAJAM
Umar juga mengingat keberadaan ayat rajam sebagai
hukuman bagi pezinah.
Sumber : • Malik b. Anas, Muwatta, vol 2 p 824 • Ahmad
b. Hanbal, vol 1 p 47, 55 • Muhasibi, Fahm al Quran an wa manih , p 398, 455 •
Bukhari, vol 4 p 305 • Muslim, Sahih, vol 2 p 1317 • Ibn Maja, Sunan, vol 2 p
853 • Tirmidhi, Sunan, vol 2 p 442-3 • Abu Dawud, Sunan, vol 4 p 145 • Ibn
Qutayba, Tawil mukhtalif al hadith, p 313 • Ibn Salama, al Nasikh wal Mansukh,
p 22 • Bayhaqi, al Sunan al Kubra, vol 8 p 211, 213
Dikutip dari : Bukhari: vol. 8, hadis 817, halaman
539-540; buku 82
…….. , dan diantara yang dinyatakan Allah adalah
ayat-ayat tentang Rajam, dan kami telah menghafalkan dan mengerti ayat-ayat
tersebut. Rasul Allah melakukan hukuman ini begitu juga kami. Saya khawatir
bahwa setelah waktu lama berlalu, seseorang akan berkata, Demi Allah, kami
tidak menemukan ayat-ayat Rajam dalam buku Allah”. …
Tetapi Umar tidak dapat meyakinkan sahabat-sahabatnya
untuk memasukkan ayat rajam kedalam qur’an sebab tidak ada yang menyokong
pendapatnya sehingga persyaratan minimal kesaksian 2 orang tidak terpenuhi.
“Dan bagi laki-laki tua yang berzinah dan
wanita tua yang berzinah, rajam mereka atas kesenangan yang telah mereka
perbuat”, Umar bin Khattab berkata “orang-orang akan mengatakan bahwa Umar
telah menambahkan sesuatu kepada kitab Allah, jika aku menulis ayat rajam”
(True Guidance, p. 61- citing Al-Suyuti’s al-Itqan fii ulum al-Quran on nasikh
wa mansukh; Darwaza’s al-Quran Al-Majid)
Kita harus
menyatakan bahwa ayat rajam merupakan pendapat Umar pribadi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya sesuai kaidah ilmiah yang telah disepakati
seperti adanya teks yang mendukung adanya ayat tersebut dan teks tersebut harus
ditulis dihadapan Rasulullah disaksikan oleh dua orang. (fathul bahri,Ibnu
Hajar)
Hisyam bin Urwah,
dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid: `Duduklah kamu berdua
dipintu masjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas
sesuatu dari kitab Allah, maka tulislah (HR. Abu Dawud)
Itulah yang
menyebabkan kesaksian Umar tertolak sebab begitu Umar ditanyakan argumennya
ayat tersebut memang ada dia tidak bisa membuktikannya (Muhammad ibn Muhammad
Abû Syahbah, al-Madkhal li Dirâsat al-Qur`ân al-Karîm, (Kairo: Maktabah
al-Sunnah, 1992), Cet. I, hlm. 273)
Sumber : • Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran, vol 1 p
206
Namun, beberapa sahabat nabi kemudian mengingat
keberadaan ayat rajam tersebut termasuk Aisha
Sumber : • Ahmad b. Hanbal, vol 5 p 183 (mengutip Zayd
b. Thabit dan Said al-As Abd al Razzaq • Suyuthi, al Itqan fi ulum al Quran,
vol 3 p 82, 86 • Suyuthi, al Durr al Manthur, vol 5 p 180 (mengutip Ubayy b.
Ka'b dan Ikrima)
Menurut laporan Suyuthi dala Al-Itqan, ayat rajam ini
dilaporkan ada dalam mushaf Ubay bin Ka’b dan ditempatkan di sura 33. Bunyi
ayat ini adalah :
الشيخ والشيخة إذا زينا فارجموهما
البتة نكالاً من الله والله عزيز حكيم
Apabila seorang laki-laki dewasa dan seorang perempuan
dewasa berzina, maka rajamlah keduanya,itulah kepastian hukum dari Tuhan, dan
Tuhan maha kuasa lagi bijaksana.
الشيخ والشيخة إذا زينا فارجموهما
البتة نكالاً من الله والله عزيز حكيم
Artinya : “Orang tua renta baik laki-laki maupun perempuan
apabila keduanya berzina maka rajamlah keduanya sebagai pembalasan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya : “Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
TETAPI MUHAMAD RAGU-RAGU MEMASUKKAN HUKUM INI DALAM
ALQURAN…SPT YANG TERTULIS PADA HADITS SAHIH AL BUKHARI DIBAWAH INI….KRN BANGSA
YAHUDI TAHU BAHWA KITABNYA INGIN DISALIN OLEH MUHAMMAD…MAKANYA IA TIDAK MEMBERI
KETERANGAN YANG JELAS TENTANG PERTANYAAN MUHAMMAD TENTANG HUKUM RAJAM PADA
PEZINAH…..
Muhammad pertama kali menyaksikan hukuman rajam ini
saat perajaman dilaksanakan terhadap wanita Yahudi yang berzinah. [101] Dia
tercengang melihat hukuman rajam ini dan pergi ke sekolah Yahudi untuk
menanyakan hal ini. Abdullah bin Salam, Yahudi yang lalu jadi Muslim, menemani
Muhammad. Orang² Yahudi tidak mau menjelaskan hukum rajam itu padanya, karena
mereka tahu tujuan Muhammad adalah mengutip semua rincian hukum ini dalam
Qur'annya dan lalu mengakuinya sebagai wahyu dari malaikat. Karena itulah, para
Yahudi menyatakan bahwa mereka mengikat para pezinah, menjemurnya di bawah
terik matahari, dan memukuli mereka. Mereka berkata tidak ada hukum rajam dalam
Taurat.
[101] Sahih Al Bukhari, tafsir Qur'an, perkataan nomer 4556.
JD ATAS KETIDAK TAHUAN MUHAMMAD TERHADAP ADA TIDAKNYA RAJAM
THD PEZINAH DITAURAT…MAKA HUKUM TSB DIKATAKAN DINASAKH…PADAHAL UMAR SENDIRI
BERKATA ADA…..TJD TUMPANG TINDIH HUKUM DALAM HAL INI…..
AYAT YANG DIHADITS ITU BUKAN HUKUM RAJAM KEPADA
PEZINAH…TETAPI HALAL HUKUMNYA MENUMPAHKAN DARAH PEZINAH BOS…..
لاَ
يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُوْلُ
اللهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ: الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ
وَالتَّارِكُ لِدِيْنِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
“Tidak halal ditumpahkan darah seseorang yang bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja dan
ia bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah, kecuali salah satu dari tiga golongan,
yaitu seseorang yang sudah/pernah menikah melakukan perbuatan zina, karena jiwa
dibalas jiwa (seseorang membunuh orang lain maka balasannya ia
diqishash/dibunuh juga), dan orang yang meninggalkan agamanya, berpisah dengan
jamaahnya kaum muslimin.” (HR. Al-Bukhari no. 6878 dan Muslim no. 4351)
Di dalam Qur'an pada
hari ini, hukuman
yang diatur untuk
pezina adalah seratus
kali dera (Surah
24:2), tidak perbedaan
yang dibuat apakah
mereka sudah menikah
atau tidak. Umar,
demikian, telah menyatakan
dengan jelas bahwa
Allah pada mulanya
telah mewahyukan satu
hukuman Rajam (dilempar
batu sampai mati)
untuk pezina. Dari
teks bahasa Arab
asli di dalam
Shahih Bukhari yang
di petik seperti
pada, ia jelas
di nampak bahwa
Umar sangat yakin
bahwa SALINAN ini pada mulanya adalah satu dari
bagian teks Qur'an.
Kata-kata yang
penting adalah wa
anzala alayhil-kitaaba
fakaana mimmaa anzalallaahu
aayaatur-Rajm, yang
berarti secara nyata
dan terus, "dan
dia menurunkan Kitab
(viz. Qur'an) kepadanya,
dan sebagian dari
apa yang Allah
turunkan (ketika itu)
adalah rangkap ayat
rajam ".
Di dalam catatan lain
tentang kejadian ini
kita menemukan Umar
menambahkan: "sesungguhnya dalam buku Tuhan,
dirajam adalah satu
hukuman ke atas
lelaki dan perempuan menikah yang membuat penzinaan,
jika ada bukti
atau penghamilan itu
jelas atau pengakuan
telah dilakukan" (Ibn Ishaq, Sirat
Rasulullah , p.
684). Kedua TERCATAT tradisi di dalam Shahih Bukhari
dan Sirat Ibn
Ishaq menyatakan Umar
menyebut satu SALIN ayat lain yang kehilangan yang pada
satu ketika adalah
sebagian dari kitabullah
(iaitu. Qur'an) yang
pernah di baca
oleh sahabat-sahabat
awal Muhammad, yaitu
"wahai orang-orang!
Jangan menuntut sebagai
anak-anak kelahiran
selain ayah kamu,
karena ia adalah
murtad (disbelief) pada bagian kamu
untuk menuntut sebagai
anak-anak kelahiran
selain ayah kamu
yang benar "(Shahih al-Bukhari,
Vol. 8 , p. 540).
Di dalam kedua-dua cerita ada sesuatu
tambahan di mana
Umar memperingatkan terhadap setiap percuba
untuk menafikan apa
yang dia telah
katakan, memperingatkan bahwa siapa yang
tidak menerima apa
yang dia akan
dedahkan tidak diizinkan
untuk mendustakannya (yaitu, untuk mengatakan
yang dia tidak
dedahkannya) . Dia
memang sangat serius
mengenai apa yang
dia lakukan dan
telah mendugai satu
reaksi bermusuhan dari kaum Muslim
generasi kemudian yang tidak sadar
akan kehilangan ayat
yang, dengan nyatanya,
bertentangan dengan perintah dalam Surat
24:2, atau Muhammad
pada hakikatnya telah
merajam pezina-pezina
sampai mati. Muhammad
pernah melakukannya berdasarkan, dengan jelasnya,
dari hadits yang
berikut:
Ibn Shihab melaporkan bahawa seorang lelaki pada masa
Rasul Allah (saw) mengakui kepada perbuataan penzinaan dan dia mengakuinya
empat kali. Rasul Allah (saw) kemudian berpesan dan dia dirajam" (Muwatta
imam Malik, p.350).
Ada banyak contoh tercatat lainnya yang serupa di mana Muhammad memerintahkan
pezina-pezina dirajam
sampai mati. Apakah
sebenarnya "Ayat Rajam" itu? Ini
disebut dalam tradisi
yang berikut:
Zirr ibn Hubaish
melaporkan: "Ubayy ibn Ka'b berkata kepada
saya, 'Apakah titik
Suratul-Ahzab?' Saya
berkata, 'tujuhpuluh, atau, tujuh puluh-tiga
rangkap baris. Dia
berkata,' Namun demikian,
pada satu ketika
ia sepanjang Suratul-Baqarah dan didalamnya
kita pernah mengucapkan
Ayat Rajam '.
Saya berkata,' Dan
apakahnya ayat rajam
'? Dia menjawab,
'penzina-penzina di
antara pria yang
sudah menikah (ash-shaikh) dan wanita
yang sudah menikah
(ash-shaikhah), rajamkan
mereka sebagai hukuman
dari Allah yang
patut dicontoh, dan
Allah maha Perkasa
dan Bijaksana. "'
(As-Suyuti,
al-Itqan fii
Ulum al-Qur'an,
p. 524).
Sedangkan Qur'an tidak membuat perbedaan dalam Surah 24:2 di
antara kondisi pezina-pezina yang telah menikah atau yang belum menikah (ia
cuma memanggil mereka az-zaaniyatu waz-zaanii "wanita dan pria yang
berzina"), tradisi pada hanya menyatakan bahwa cuma pria dan perempuan
yang sudah menikah dan ditangkap dalam perzinahan harus dirajam (makna kata
yang sebenarnya adalah "tua" atau pria dan perempuan
"dewasa", yang berarti orang yang sudah menikah).
Ini telah mengakibatkan banyak diskusi di dalam tulisan Muslim tentang
makna rangkap ayat itu. Pengertian yang umum di antara sarjana Muslim generasi
awal adalah suatu bagian Qur'an yang dibatalkan sama sekali oleh Allah juga
dijadikan ia dilupakan semua sekali (tergantung pada kekuatan Surah 2:106:
nansakh... Aw unsihaa naati "batalkan... Atau jadikan lupa kepadanya
", kedau-dua diambil sebagai satu entitas. Jadi ketika satu rangkap ayat
ditemukan tersimpan di dalam memori seorang sahabat ketika terkemuka seperti
Umar, ia di anggap, meskipun teks memang telah dikeluarkan dari Qur'an, namun
demikian pengajaran dan resep didalamnya adalah mengikat sebagai bagian dari
sunnah nabi Islam. Dilemma umumnya diselesaikan dengan dugaan bahwa perintah
Qur'an untuk menguat-kuasakan seratus jalur ke perzinaan orang yang belum
menikah, sedangkan orang yang sudah menikah tetapi melakukan perzinahan dirajam
menurut sunnah. Banyak solusi lain tentang isu ini telah YG dan hal ini telah
diperlakukan secara menyeluruh dalam beberapa gubahan sastra bersejarah Islam.
Kita di sini bukan berurusan dengan teologi atau implikasi ajaran
pembatalan, tetapi cuma dengan penyusunan sebenarnya teks Qur'an saja.
Pertanyaan di sini adalah, apakah rangkap ayat ini pada satu ketika sebagian
dari teks Qur'an atau tidak dan, jika ia adalah, kenapa sekarang dibuang dari
halaman? Dari tradisi-tradisi yang di petik, kita dapat lihat bahwa ia di
anggap oleh Umar sebagai bagian dari teks Qur'an yang asli, tetapi di dalam
tradisi yang lain pula kita baca Umar meraguinya:
Zaid bin Tsabit dan Sa'id ibn al-As sedang menuliskan mushaf (naskah tertulis
Qur'an) dan saat mereka tiba ke rangkapayat ini Zaid berkata, "saya
mendengar utusan Allah (saw) berkata: 'pria dan perempuan dewasa yang berzina,
rajamkan mereka sebagai satu hukuman "'. Umar berkata, "Bila ia
diumumkan saya pergi ke nabi (saw) dan berkata, 'Apakah saya menulisnya?',
Tetapi dia tampak keberatan." (As-Suyuti, Al-Itqan fii Ulum al-Qur'an, p.
528).
Hadits ini, namun, tidak mengira isnadnya (rantainya aliran), memiliki
perbedaan yang nyata dalam isinya (matnnya). Ia meletakkanUmar dengan Zaid dan
Sa'id ibn al-As pada waktu ketika Qur'an disalin oleh kedua orang itu dan,
seperti yang diketahui ini terjadi di bawah perintah Utsman jauh lama setelah
kematian Umar. Mustahil untuk Umar berbincang dengan mereka. Tidak kira apa jua
pun, kebanyakan rekor hadits lain dengan nyata menunjukkan bahwa Umar tidak
ragu-ragu bahwa rangkap ayat Rajam awalnya adalah bagian dari teks Qur'an dan
sebab inilah dia begitu serius untuk menyimpannya.
Ia sering-kali ditegaskan bahwa tercatat dalam hadits sesekali
menunjukkan awal keberadaan rangkap ayat Rajam kepada seorang saja yaitu Umar,
oleh demikian membuatnya tergantung pada Kabar al-wahid, laporan seorang saksi
saja, dan oleh itu sulit dipercaya. Ketenaran seorang saksi itu, namun, tidak
bisa dipungkiri dengan begitu ringkas. Dia adalah sebanding dengan Umar ibn
al-Khattab, seorang dari sahabat-sahabat awal Muhammad yang terkenal, yang
melaporkan keberadaan rangkap ayat yang dia klaim di terima secara langsung
dari Muhammad sendiri dan, ketika laporan semacam diberikan pada masa
pemerintahannya sebagai Khalifah seluruh masyarakat Muslim, ia tidak bisa
diabaikan atau dianggap dengan ringan.
ABU DARDA MENOLAK BACAAN
ALQURAN YANG ADA SEKARANG….
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ
قَالَ قَدِمَ أَصْحَابُ عَبْدِ اللَّهِ عَلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ فَطَلَبَهُمْ فَوَجَدَهُمْ
فَقَالَ أَيُّكُمْ يَقْرَأُ عَلَى قِرَاءَةِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُلُّنَا قَالَ فَأَيُّكُمْ
أَحْفَظُ فَأَشَارُوا إِلَى عَلْقَمَةَ قَالَ كَيْفَ سَمِعْتَهُ يَقْرَأُ { وَاللَّيْلِ
إِذَا يَغْشَى } قَالَ عَلْقَمَةُ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى قَالَ أَشْهَدُ أَنِّي
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ هَكَذَا وَهَؤُلَاءِ
يُرِيدُونِي عَلَى أَنْ أَقْرَأَ { وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى } وَاللَّهِ
لَا أُتَابِعُهُمْ
Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Hafsh yang berkata
telah menceritakan kepada kami ayahku yang berkata telah menceritakan kepada
kami Al A’masy dari Ibrahim yang berkata sahabat-sahabat ‘Abdullah datang
menemui Abu Darda’. Maka ia [Abu Darda’] mencari mereka dan menemui mereka. Ia
berkata kepada mereka “siapakah diantara kalian yang membaca dengan bacaan
‘Abdullah?”. [salah seorang ] berkata “kami semua”. Ia berkata “lalau siapa
diantara kalian yang paling baik bacaannya?” maka mereka pun menunjuk Alqamah.
Abu Darda’ bertanya “bagaimana kamu mendengarnya membaca ayat Wallaili idzaa
yaghsyaa”. Alqamah berkata “wadzdzajari
wal untsaa”. Abu Darda’ berkata “demi Allah aku telah mendengar Nabi
[shallallahu ‘alaihi wasallam] membacanya seperti ini, akan tetapi mereka
menginginkan agar aku membacanya “wama khalaqa
dzakara wal untsaa”. Demi Allah, aku tidak akan
mengikuti mereka [Shahih
Bukhari 6/170 no 4944]
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ دَخَلْتُ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ عَبْدِ
اللَّهِ الشَّأْمَ فَسَمِعَ بِنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ فَأَتَانَا فَقَالَ أَفِيكُمْ
مَنْ يَقْرَأُ فَقُلْنَا نَعَمْ قَالَ فَأَيُّكُمْ أَقْرَأُ فَأَشَارُوا إِلَيَّ فَقَالَ
اقْرَأْ فَقَرَأْتُ { وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى } وَالذَّكَرِ
وَالْأُنْثَى قَالَ أَنْتَ سَمِعْتَهَا مِنْ فِي صَاحِبِكَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ وَأَنَا
سَمِعْتُهَا مِنْ فِي النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَؤُلَاءِ يَأْبَوْنَ
عَلَيْنَا
Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin Uqbah yang berkata
telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A’masy dari Ibrahim dari Alqamah
yang berkata aku termasuk dalam kelompok sahabat Abdullah yang pergi ke Syam.
Abu Darda’ mendengar kami dan mendatangi kami, ia berkata “adakah diantara
kalian yang bisa membaca”. Kami berkata “ya”. Abu Darda’ berkata “siapa
diantara kalian yang paling bagus bacaannya?”. Maka mereka menunjuk kepadaku.
Ia berkata “bacalah” maka aku membaca “wallaili idzaa yaghsyaa
wannahaari idzaa tajallaa wadzdzakari wal untsaa”. Ia
berkata “apakah engkau mendengarnya langsung dari bibir sahabatmu [Abdullah]”.
Aku berkata “ya”. Abu Darda’ berkata “dan aku mendengarnya langsung
dari bibir Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tetapi orang-orang itu
mengingkarinya” [Shahih
Bukhari 6/170 no 4943]
Ayat Al Qur’an yang dipermasalahkan oleh Abu Darda’ di atas
adalah surah Al Lail ayat 1-3. Abu Darda’ membaca ayat tersebut
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى وَالذَّكَرِ
وَالْأُنْثَى
Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang
dan laki-laki dan perempuan [QS Al
Lail :1-3]
Sedangkan didalam Al Qur’an [yang dapat anda lihat], bacaan Al
Lail ayat 1 sampai 3 adalah sebagai berikut
والليل إذا يغشى والنهار إذا تجلى وما خلق الذكر والأنثى
Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang benderang
dan penciptaan laki-laki dan perempuan [QS Al Lail :1-3]
Jadi jelas, setelah Muhammad SAW meninggal, mushaf-mushaf sahabat berbeda satu dengan lainnya.
6 komentar:
Al Quran adalah Kitab petunjuk kehidupan, sabda, firman dari Tuhan. Namun sebagian manusia tak mempercayainya. Maka setidaknya, untuk membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran Al-Qur'an, Alloh subhanahu wa ta’aala azza wa jalla tak segan-segan menyindir dan menantang dengan jelas semua makhluk, untuk:
1. Menyusun yang semacam Al Quran secara keseluruhan:
Al Quran Surat Ath Thuur ayat 34 (52:34): Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar
2. Menyusun sepuluh surat saja semacam Al Quran:
Al Quran Surat Huud ayat 13 (11:13):
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Alloh, jika kamu memang orang-orang yang benar"
3. Menyusun satu surat saja semacam Al Quran:
Al Quran Surat Yunuus ayat 38 (10:38):
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Alloh, jika kamu orang yang benar."
4. Menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan salah satu surat dari Al Quran:
Al Quran Surat Al Baqarah ayat 23 (2:23):
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah [*] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Alloh, jika kamu orang-orang yang benar.
[*] Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad sholollohu‘alaihi wasallam.
ASPEK PENDUKUNG KEOTENTIKAN AL QURAN
Dalam hal ini, ada banyak sekali aspek kuat yang mendukung keotentikan Al Quran al Karim, dan berikut ini adalah sekelumit paparan bukti dari berbagai aspek itu, yaitu:
I_ Aspek keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya
Abdurrazaq Nafwal dalam buku atau kitab ”Al-I’jaz Al-Adabiy li Al Quran Al Karim” yang terdiri dari 3 jilid (terlepas dari berbagai pendapat pro dan kontra atau skeptis tentang isinya dan kemungkinan ketidaksempurnaan manusia penulisnya) mengemukakan berbagai contoh tentang keseimbangan ini. Ringkasannya adalah:
1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya (lawan katanya):
”Al Hayah” (hidup) dan ”Al Mawt” (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
”Al Naf’” (manfaat) dan ”Al Madharrah” (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali
”Al Har” (panas) dan ”Al Bard” (dingin) masing-masing sebanyak 4 kali
”Al Shalihat” (kebajikan) dan ”Al Sayyi’at” (keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali
”Al Thuma’ninah” (kelapangan atau ketenangan) dan ”Al Dhiq” (kesempitan atau kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali
”Al Rahbah” (cemas atau takut) dan ”Al Raghbah” (harap atau ingin) masing-masing sebanyak 8 kali
”Al Kufr” (kekufuran) dan ”Al Iman” (iman) masing-masing sebanyak 17 kali dalam bentuk definite
”Kufr” (kekufuran) dan ”Iman” (iman) masing-masing sebanyak 8 kali dalam bentuk indefinite ”Al Shayf” (musim panas) dan ”Al Syita’” (musim dingin) masing-masing sebanyak 1 kali.
2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau kesamaan makna yang dikandungnya:
”Al Harts” dan ”Al Zira’ah” (membajak atau bertani) masing-masing sebanyak 14 kali
”Al ’Ushb” dan ”Al Dhurur” (membanggakan diri atau angkuh) masing-masing sebanyak 27 kali
”Al Dhallun” dan ”Al Mawta” (orang sesat atau mati jiwanya) masing-masing sebanyak 17 kali ”
Al Quran ”, ”Al Wahyu”, dan ”Al Islam” (Al Quran , wahyu, dan Islam) masing-masing sebanyak 70 kali
”Al ’Aql” dan ”Al Nur” (akal dan cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali
”Al Jahr” dan ”Al ’Alaniyah” (nyata) masing-masing sebanyak 16 kali
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya:
”Al Infaq” (infak) dan ”Al Ridha” (kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali ”Al Bukhl” (kekikiran) dan ”Al Hasarah” (penyesalan) masing-masing sebanyak 12 kali ”Al Kafiruun” (orang-orang kafir) dan ”Al Naar atau Al Ahraq” (neraka atau pembakaran) masing-masing sebanyak 154 kali ”Al Zakah” (zakat atau penyucian) dan ”Al Barakat” (kebajikan yang banyak) masing-masing sebanyak 32 kali ”Al Fahisyah” (kekejian) dengan ”Al Ghadhb” (murka) masing-masing sebanyak 26 kali
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya:
”Al Israf” (pemborosan) dan ”Al Sur’ah” (ketergesa-gesaan) masing-masing sebanyak 23 kali ”Al Maw’izhah” (nasihat atau petuah) dan ”Al Lisan” (lidah) masing-masing sebanyak 25 kali ”Al Asra” (tawanan) dan ”Al Harb” (perang) masing-masing sebanyak 6 kali ”Al Salam” (kedamaian) dan ”Al Thayyibat” (kebajikan) masing-masing sebanyak 60 kali
5. Berbagai keseimbangan khusus:
Kata ”Yawm” (hari) dalam bentuk tunggal, adalah sejumlah 365 kali (atau adalah sama dengan jumlah hari-hari dalam satu tahun) di dalam Al Quran .
Sedangkan kata ”hari” yang menunjuk kepada betuk plural (”Ayyam”) atau dua (”Yawmayni”), jumlah keseluruhannya dalam Al Quran adalah hanyalah 30 kali penyebutan, atau dalam hal ini adalah juga sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan dengan mengikuti kaidah Kalender Qamariyah atau penanggalan sistem Bulan, sistem Islam atau Arab.
Lalu, kata yang berarti ”Bulan” (”Syahr”) hanya terdapat 12 kali, atau sama dengan jumlah bilangan Bulan dalam satu tahun (12 Bulan) rotasi.
Ada 7 kali penjelasan tentang adanya 7 langit, yaitu antara lain dalam Al Quran Surat (Qur’an Surat) Al Baqarah ayat 29, Al Quran Surat Al Isra’ ayat 44, Al Quran Surat Al Mu’minuun ayat 86, Al Quran Surat Al Fushshilat ayat 12, Al Quran Surat At Thalaq ayat 12, Al Quran Surat Al Mulk ayat 3, Al Quran Surat Nuh ayat 15.
Selain itu, penjelasan tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam (6) hari atau masa atau tahapan, disebutkan di dalam 7 ayat pula (dan tahapan terbentuknya sebuah galaksi-planet dalam enam (6) tahapan yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun ini, telah pula dibuktikan oleh ilmu-pengetahuan saat ini, bahwa memanglah secara umum pembentukan Galaksi adalah dalam enam (6) tahapan, bahkan saat inipun masih terbentuk Galaksi-galaksi baru, yang masing-masing dalam (melalui) enam (6) tahapan, dalam ruang angkasa yang bahkan memuai atau meluas ini.
Sebagai catatan, angka 7 sendiri banyak sekali ditemukan di alam semesta, di Al Quran & di Hadits Nabi Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi wasallam. Bahkan pengulangan dari angka ini dalam Al Quran juga memunculkan sebuah sistem yang koheren. Beberapa fenomena angka 7 tersebut adalah, antara lain:
Merupakan jumlah dari tingkatan langit & bumi (Al Quran Surat 65:12). Atom tersusun dari 7 tingkatan elektron. Jumlah hari dalam satu minggu. Jenis atau jumlah tanda (not dasar) musik. Jenis atau jumlah warna-warni pelangi. Jenis dosa besar (HR Al-Bukhori & Muslim). Tanda bagi siksaan pada Hari Kiamat. Jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah ("Tujuh ayat yang diulang-ulang"). Muslim bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan dalam Shalat. Muslim melakukan Thawaf sebanyak 7 kali dalam ritual Haji. Muslim melakukan Sa'i antara Shafa & Marwah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji. Melempar jumrah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji. Dalam kisah Nabi Yusuf (Josef) ‘alaihis salaam banyak menyebut angka 7 (Al Quran Surat 12: 46-48). Kisah siksaan kaum Nabi Hud (Hood) ‘alaihis salaam ditimpa angin topan selama 7 malam (Al Quran Surat 69:6-7). Kisah Nabi Musa (Moses) ‘alaihis salaam memilih 70 orang dari kaumnya untuk bertobat (Al Quran Surat:17;155). Kata Kiamat disebut dalam Al Quran sebanyak 70 kali. Kata "Jahannam" (Neraka) disebut dalam Al Quran sebanyak 77 kali. Jumlah pintu-pintu "Jahanam" adalah 7 (Al Quran Surat 15:44). Terdapat 7 surah yang diawali dengan kalimat tasbih.
Sebagai catatan pula, angka ”tujuh” (7) dalam budaya Arab Kuno juga dapat berarti ”banyak”, karena khazanah berpikir dan kebiasaan orang Arab lama atau kuno (misalnya, orang-orang Arab di masa-masa itu saat diturunkannya Al Quran) yang menghitung jumlah tujuh (7) atau selebihnya, sebagai angka perlambang yang menunjukkan jumlah banyak atau bahkan tak terhitung (tak dapat dihitung) lagi (oleh mereka).
Maka, sejumlah mufassir atau penafsir Al Quran dan atau atau ahli ilmu pengetahuan pun berspekulasi tentang telah disebutkannya tentang berbagai kenyataan akan adanya tak terhitung planet dan galaksi di luar bumi dalam Al Quran, dan bahkan kemungkinan adanya makhluk-makluk lain di alam semesta di luar Bumi dan sistem Solar (matahari) kita ini.
Selain ini, berkaitan dengan dunia angka dan huruf (atau kata), juga ditemui beragam distribusi Matematika di Al Quran, khususnya mengenai bilangan-bilangan prima dan beragam hubungan luasnya, dan banyak sekali misteri dan fenomena angka juga kata di Al Quran lainnya, di balik susunan, makna,dan kemungkinan-kemungkinannya dan tata bahasa Arab sendiri (dan Bahasa Sastra Arab yang digunakan di Al Quran ) yang memang sudah luar-biasa itu
point 1...
Apakah ada manusia yang dapat membuat SURAT semacam QURAN?
Coba anda baca kitab AHMADIYAH,SUNNI,SYIAH...dan bandingkan dengan QURAN ANDA...
Juga coba anda baca codex berikut...
1.SANA'A MANUSKRIPT..=>http://en.wikipedia.org/wiki/Sana'a_manuscript
2. TOPKAPI MANUSKRIPT..=>http://en.wikipedia.org/wiki/Topkapi_manuscript
3. SAMARKAND Codex =>http://en.wikipedia.org/wiki/Samarkand
samakah codex tersebut dengan quran sekarang?
BERARTI manusia PASTI DAPAT menuliskan QURAN yang serupa tetapi ISI berbeda dengan QURAN jenis sekarang....
Sebenarnya ayat tersebut adalah permainan kata-kata dari muhammad...jika anda termasuk orang yang berpikir...
Adakah orang yang dapat menuliskan TAURAT selain MUSA?Jika seseorang menyalin TAURAT bisa....tetapi untuk menuliskan TAURAT pasti COPYRIGHT(HAK TULIS) TAURAT adalah MUSA...jadi itu hanyalah permainan kata-kata dari MUHAMMAD saja....
Apakah tidak ada yang bisa membuat SURAT spt Quran?
Kasih Mulamula 7:29am May 21
COMBAT KIT KMM
(Kasihmulamula Menjawab Muslim)
MENJAWAB KLAIM MUSLIM
TIDAK ADA SATUPUN MANUSIA YANG DAPAT MEMBUAT AYAT SEPERTI QURAN
Jawab
Ah, masa sehh
Coba lihat ini
http://www.islam-watch.org/Assets/Sura-Al-Nurain.jpg
Dan silahkan pilih sura yang lebih indah dari Quran disini
http://www.suralikeit.com/
QURAN CUMA BUATAN MANUSIA DAN KARANGAN MANUSIA
Posting Komentar