http://www.sarapanpagi.org/tanggapan-gereja-mempromosikan-penipuan-vt1728.html
Roma pasal 3:7. Kita harus memahani daya penulisan rasul Paulus yang mengikuti kebiasaan abad pertama yang disebutDIATRIBE. Coraknya adalah rasul Paulus seakan-akan beredebat dengan orang lain. Jadi dengan kata lain tulisan tersebut seolah disajikan dalam bentuk tanya jawab.
Kita lihat selengkapnya, supaya kita mengerti konteksnya :
* Roma 3 : 1–8
3:1 Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
3:2 Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.
3:3 Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?
3:4 Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."
3:5 Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah -- aku berkata sebagai manusia -- jika Ia menampakkan murka-Nya?
3:6 Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?
3:7 Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?
3:8 Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
Dalam perikop ini ada "4 pertanyaan yang diajukan" dan "ada 4 jawaban yang diberikan oleh rasul Paulus".
Pertanyaan pertama :
Ayat 1 : Jika demikian apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?
Ayat 2 : berisi jawaban atas pertanyaan ayat 1.
Pertanyaan kedua :
Ayat 3 : Jadi bagaimana, jika diantara mereka ada yang tidak setia………?
Ayat 4 berisi berisi jawaban atas pertanyaan ayat 3
Petanyaan ketiga :
Ayat 5 : Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan ? ……
Ayat 6 berisi jawaban atas pertanyaan ayat 5
Pertanyaan keempat :
Ayat 7 : TETAPI JIKA KEBENARAN ALLAH OLEH DUSTAKU SEMAKIN MELIMPAH BAGI KEMULIAANNYA, MENGAPA AKU MASIH DIHAKIMI LAGI SEBAGAI ORANG BERDOSA?
Ayat 8 adalah jawaban atas pertanyaan ayat 7 diatas, yaitu :
Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan bahwa kita berkata, “Marilah kita berbuat jahat supaya yang baik timbul daripadanya.” ORANG SEMACAM ITU SUDAH SELAYAKNYA MENDAPAT HUKUMAN.
Posisi rasul Paulus jelas, DOSA (termasuk dusta) TIDAK DAPAT MENIMBULKAN KEBAIKAN, DAN ORANG YANG BERDOSA (TERMASUK DUSTA) AKAN MENDAPAT HUKUMAN.
Sekarang, kita bahas ayatnya, sbb :
Ayat 1 & 2,
Paulus menjelaskan dimana manfaat sunat dipertanyakan. Paulus berkata bahwa hukum Taurat dan sunat hanya berguna bai orang yang mentaati Taurat. Sunat itu mempunyai dua unsur. Unsur yang pertama adalah ketaatan, dan unsur yang kedua adalah janji Allah yang diberikan kepada Abraham tanpa syarat. Sunat memang menandai bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Kejadian pasal 17, di mana Allah menetapkan sunat sebagai tanda perjanjian Allah dengan Abraham dan keturunannya, sangat berguna untuk mengerti sikap Paulus terhadap sunat, ketaatan, dan kesetiaan Tuhan Allah. Dalam Kejadian 17:9 Allah berkata, "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku .... " Itulah yang harus ditekankan dari segi ketaatan bangsa Israel. Justru itulah yang sudah ditangani oleh Rasul Paulus dalam Roma 2:25-29. Tetapi Kejadian 17:4 harus dibaca juga. Di situ Tuhan berkata, "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dcngan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa." Dalam Roma 3:1-4 Paulus menekankan hal ini: janji Allah bagi Israel, umat pilihan-Nya. Bagi Paulus, setiap kelebihan yang dimiliki umat Israel, antara lain dalam bidang moral, kesenian, sains, dan sastra, didasari pada firman Tuhan yang dikaruniakan kepada mereka. Dan firman itu mengandung suatu janji yang tidak dapat dihapus: Allah telah mengadakan perjanjian dengan Abraham serta keturunannya turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Allah menjadi Allahnya dan Allah keturunannya (Kejadian 17:7).
Ayat 3 & 4
Salah satu akibat dari ketidaksetiaan mereka yang sudah diuraikan di atas adalah bahwa tidak ada keringanan dari Tuhan dalam penghakiman atas mereka. Tetapi, apakah ketidaksetiaan itu meniadakan janji Allah? "Paulus di sini menyentuh suatu hal yang akan ditangani secara lengkap dalam pasal Roma 9-11 .... Ia menegaskan bahwa ketidaksetiaan manusia membuat kesetiaan dan kebenaran Allah semakin nyata." Dengan kata lain, walaupun umat Israel berdosa dan mengingkari janji mereka untuk tetap setia kepada Allah, justru ketidaksetiaan mereka akan membuat kesetiaan Tuhan semakin penuh dengan pengampunan yang mulia.
Ayat 4 yang menulis 3:4 [color]"Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."[/color], ini merujuk pada Mazmur 116:11 juga berkata, "Semua manusia pembohong," tetapi gagasan itu lebih dikembangkan di sini daripada dalam kitab Mazmur. Paulus menegaskan bahwa tidak mungkin Allah menjadi tidak benar. Manusialah yang tidak benar, semua manusia pembohong, tetapi Allah tetap benar. Juga dalam Mazmur 51:6, Daud berkata, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukumanmu." Daud dibiarkan untuk berdosa, supaya kemuliaan kebenaran Allah dinyatakan. Jadi, walaupun dosa manusia melawan kehendak Allah, dosa juga mempermuliakan Allah, sama seperti sesuatu yang putih lebih kelihatan pada latar belakang yang hitam.
Ayat 5 & 6
Kepandaian manusia kelihatan dalam pertanyaan dalam ayat 5 ini. Mungkinkah kata, aku berkata sebagai manusia berarti bahwa Paulus pernah mendengar dalih seperti ini? Manusia yang suka berdosa suka membenarkan dirinya, dan di sini kita dapat membaca suatu usaha manusia untuk membebaskan dirinya dari hukuman Allah. Manusia pandai menggunakan "logika", tetapi kelak logika ini tidak akan diterima di hadapan takhta Allah. Ayat 6 Paulus menyatakan penolakan yang jelas. Bahwa hak Allah untuk menghakimi dunia tidak diragukan dalam konteks ini; jadi dalih manusia dalam pasal 3:5 dinyatakan sebagai dalih saja.
Ayat 7 & 8 yang dipermasalahkan oleh penuduh :
Keberatan yang pertama dikemukakan lagi dalam Roma 3:7, di mana "si anu" berdalih lagi, dengan berkata .... "Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?". Pikiran si anu sudah lebih maju daripada apa yang dikatakannya dalam Roma 3:5. Dalam Roma 3:5 ia berkata bahwa dosa tidak dapat dihakimi dengan adil, tetapi dalam Roma 3:7 ia hampir berkata bahwa orang berdosa tidak usah disebut orang berdosa. Menurut si anu, mungkin mereka lebih baik dianggap sebagai penolong Allah, karena dosa mereka mempermuliakan Allah! Kepandaian manusia berusaha lagi untuk meniadakan rasa bersalah mereka terhadap Allah. Suara hati orang berkata bahwa mereka salah, tetapi manusia berusaha untuk menutup suara hati itu dcngan segala macam "logika" dan dalih. Sebenarnya usaha mereka itu sia-sia.
Mengenai pertanyaan dalam Roma 3:7 ini, Paulus memberikan jawabannya pada Roma 3:8 " Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.". Ini adalah 2 argumentasi yang salah yang diungkap oleh Rasul Paulus untuk menerangkan pertanyaan pada Roma 3:7, bahwa pengertian bahwa Allah membutuhkan dosa untuk membuktikan bahwa Dia adalah Allah adalah suatu pengertian yang salah. Karena Allah sama sekali tidak membutuhkan hal semacam itu. Karena Dia adalah Allah, ketika ada dosa Dia akan menunjukkan siapa diriNya. Manusia yang jahat mendengarkan kebenaran hanya untuk menyelewengkannya. Dan rupanya Injil yang diberitakan Paulus sudah diselewengkan orang sampai mereka tidak dapat lagi membedakan yang baik dari yang jahat. Penyelewengan "si anu" begitu nyata sehingga Paulus dapat menanggapi mereka dengan kata yang cukup keras: "Mereka selayaknya mendapat hukuman". Segala usaha yang dapat diusahakan oleh manusia untuk membebaskan diri mereka dari rasa bersalah ataupun dari hukuman Allah, adalah sia-sia. Tetapi betapa lebih mulianya untuk melihatnya bagaimana dan siapa Allah didalam suasana persekutuan abadi dengan Dia daripada melihat bagaimana dan siapa Dia didalam suasana dibuang dari hadiratNya dengan segala akibatnya yaitu hukuman Allah yang sungguh mengerikan itu.
Dengan demikian kita tahu Roma 3:7 yang tidak dapat dicomot sendirian, karena pengertiannya erat dengan ayat berikutnya, yaitu penolakan akan dusta.
Posisi rasul Paulus yang menolak dusta diperkuat lagi di :
* Efesus 4:25
“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain …”
* Kolose 3:9
“ Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah meninggalkan manusia lama dan kelakuannya”
DIPERTEGAS 4X PERNYATAAN RASUL PAULUS :
Rm. 9:1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, AKU(RASUL PAULUS) TIDAK BERDUSTA. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,
2Kor. 11:31 Allah, yaitu Bapa dari Yesus, Tuhan kita, yang terpuji sampai selama-lamanya, tahu, bahwa AKU(RASUL PAULUS) TIDAK BERDUSTA.
Gal. 1:20 Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, AKU(RASUL PAULUS) TIDAK BERDUSTA.
1Tim. 2:7 Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul--yang kukatakan ini benar, AKU(RASUL PAULUS) TIDAK BERDUSTA--dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.Sikap rasul Paulus yang sungguh MENOLAK DUSTA, dan sekali lagi saya tekankan bahwa Roma 3:7 tidak dapat dicomot tanpa melihat konteks untuk membenarkan suatu tuduhan.
- A Text Without Context is a Pretext to a Proof Text –
Kita lanjut pada ayat lainnya yang dipersoalkan oleh penuduh :
* Filipi 1:18 LAI TB, Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, KJV, What then? notwithstanding, every way, whether in pretence, or in truth, Christ is preached; and I therein do rejoice, yea, and will rejoice.TR, τι γαρ πλην παντι τροπω ειτε προφασει ειτε αληθεια χριστος καταγγελλεται και εν τουτω χαιρω αλλα και χαρησομαι Translit interlinear, , ti gar {lalu apa} plên {meskipun begitu} panti {dengan setiap} tropô {cara} eite {baik} prophasei {dengan maksud palsu} eite {maupun} alêtheia {kebenaran} khristos {Kristus} kataggelletai {diberitakan} kai {dan} en {karena} toutô {hal ini} khairô {aku bersuka cita} alla {(bukan saja ini) tetapi} kai {juga} kharêsomai {aku akan bersuka cita}
Penuduh mempersoalkan Filipi 1:18 terhadap kata negatif "dengan maksud palsu" tanpa melihat konteks. Maka perlu sekali mengerti konteks-nya, mari kita baca lebih lengkap, sbb :
* Filipi 1:15-18
1:15 Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik.
1:16 Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil,
1:17 tetapi yang lain karena kepentingan sendiri dan dengan maksud yang tidak ikhlas, sangkanya dengan demikian mereka memperberat bebanku dalam penjara.
1:18 Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita,
Tema Filipi 1:15-18:
Pemberitaan Injil Walaupun Dengan Berbagai Maksud
Soal yang penting yang kita hendak tentukan dalam Filipi 1:15-18, ialah :
- Siapakah golongan di dalam jemaat yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan.
- Siapakah orang-orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan (ayat 15)
- Siapakah orang-orang yang memberitakan Kristus karena kepentingan sendiri dan dengan yang tidak ikhlas (ayat 17),
- Siapakah orang-orang yang memberitakan Kristus dengan maksud palsu (ayat 18 )?
Dalam permasalahan ini, ada orang-orang yang melawan Rasul Paulus bukanlah orang kafir yang menghujat nama Kristus. Bukan pula orang bidat yang menyebarkan ajaran yang sesat. Rupanya mereka itu adalah orang-orang Kristen yang tidak mengasihi Rasul Paulus. Mereka senang kalau ia tetap dipenjarakan. Lebih jauh lagi, mereka suka kalau pemenjaraannya menjadi lebih payah. Mereka bersukacita kalau mereka dapat menambah penderitaan Rasul Paulus. Mereka memberitakan Injil atas dasar dengki dan perselisihan. Mereka ingin memajukan golongannya dan kepentingan sendiri, dengan tujuan untuk menambah-nambah penderitaan Rasul Paulus.
Perkataan "memperberat bebanku" dalam bahasa asli memuat suatu kiasan, yaitu rantai besi yang menggosok tangan kaki Paulus seperti dengan kertas pasir dan melukai tangan kakinya, padahal ia terbelenggu dalam penjara dan tidak dapat membela diri. Pekabaran Injil dengan maksud begitu kosong adanya, dan tidak dengan sungguh-sungguh. Siapakah golongan itu?
Ada dua tafsiran yang masing-masing diterima oleh kebanyakan penafsir.
Pertama :
Profesor Joseph Barber Lightfoot dalam bukunya yang berjudul "Saint Paul's Epistle to the Philippians" (1913), berkata bahwa mereka itu ialah orang-orang Kristen Yahudi yang menurut Taurat. Paulus mengecam mereka dalam pasal tiga ayat dua. Menurut Lightfoot, mereka mengabarkan Injil bukan dengan maksud untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan, melainkan untuk menambah jumlah pengikut golongan mereka. Maksud mereka yang terutama ialah melawan Rasul Paulus karena mereka cemburu atas pengaruh Paulus. Hasil baik bagi mereka itu bukanlah kemajuan Injil di hadapan orang kafir, melainkan kemenangan atas Rasul Paulus. Mereka senang sekali memikirkan bahwa penderitaan Paulus bertambah. Karena itu, mereka sangat giat dalam pekerjaan mereka.
Selanjutnya, Lightfoot berkata dan bersoal demikian:
Bagaimanakah Rasul Paulus dapat bersyukur sebab mereka mengabarkan Injil dengan cara demikian? Bukankah kesenangan itu bertentangan dengan prinsip-prinsip Rasul Paulus? Bukankah Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia mengecam dan menentang asas pengajaran yang dicampur Taurat dengan berkata bahwa orang yang berpegang kepada pengajaran itu mengaku bahwa Kristus telah mati dengan sia-sia? Rupanya kelakuan Paulus dalam dua hal itu bertentangan. Tetapi kedua peristiwa itu berlainan sifatnya. Orang-orang Kristen di Galatia harus memilih antara kebebasan Injil dan belenggu Taurat.
Di Filipi Paulus dihadapkan kepada dua pilihan: kekristenan yang tidak sempurna, yang banyak kekurangannya, atau keadaan orang yang sama sekali masih kafir. Kekristenan itu tidak lengkap dan tidak memadai, tetapi Rasul Paulus menganggapnya suatu keuntungan atau kemajuan karena lebih baik daripada kekafiran. Paulus bersukacita karena Kristus diberitakan, biarpun dengan maksud dan tujuan yang tidak patut. Demikianlah tafsiran Lightfoot.
Kedua :
Tafsiran yang lain seperti berikut; orang-orang dalam golongan itu ialah orang-orang Kristen yang berpegang pada Injil yang diberitakan oleh Paulus, tetapi mereka cemburu terhadap Paulus. Mereka tidak suka melihat Paulus maju sebab mereka sendiri ingin menjadi yang terutama. Mereka menarik keuntungan dari penderitaan Rasul Paulus di penjara dan mempergunakannya sebagai kesempatan untuk meninggikan diri sendiri ~ suatu sikap yang sangat rendah. Kita tidak dapat menentukan apakah mereka itu orang Kristen Yahudi yang menurut Taurat atau apakah mereka itu orang Kristen yang melawan Paulus karena dengki. Satu hal yang nyata ialah bahwa pekabaran Injil mereka didasarkan atas sifat yang sangat rendah. Kedengkian sudah ada sejak dahulu kala, demikian pula perselisihan. Apakah mereka orang Yahudi atau orang Kristen, yang pasti ialah bahwa mereka cemburu terhadap Rasul Paulus, cemburu atas kuasa dan pengaruhnya. Kecemburuan sering terdapat di antara orang yang sama pekerjaannya, misalnya di antara para pengabar Injil dan di antara para dokter.
Dosa mereka ialah mereka tidak mempunyai maksud yang suci. Maksud mereka bercampur dengan maksud yang tidak patut. Nyatalah bahwa penyerahan mereka kepada Kristus tidak seperti Paulus. Sering kali orang-orang yang mempunyai maksud yang tidak suci dapat memasuki juga pekerjaan Tuhan bersama-sama dengan orang yang mempunyai maksud yang mulia, yaitu mempermuliakan Kristus. Walaupun maksud-maksud mereka cemar, Paulus tidak dikalahkan dan tidak putus asa. Roh Paulus masih menang. Ia tetap berharap dan bersandar kepada Allah dengan tetap teguh.
Bagaimana sikap Paulus terhadap mereka itu? Biar bagaimanapun, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur, Kristus tetap diberitakan. Maka, "Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita." Tentu Paulus berharap supaya nanti mereka akan mengenal Kristus dengan sebenar-benarnya. Walaupun mereka menyusahkan Paulus, Paulus telah menang dan Injil dimajukan.
Ada beberapa nasihat yang dapat kita ambil dari apa yang dihadapi dan sikap dari rasul Paulus ini:
1. Biarlah Kristus diberitakan, kita menjadi milik Kristus dan bukan milik aliran-aliran dalam jemaat Kristus. Lagipula, Tuhan Allah tidak mengambil keputusan bahwa ia tidak akan memberkati atau memajukan pekerjaan orang yang bekerja dengan maksud yang salah.
2. Tuhan Allah dapat memberi berkat kepada jiwa orang walaupun Ia memberi apa-apa atau menahani/ menghalangi apa-apa dari pekerja-pekerja yang tidak layak. Tentu pelayanan kepada Kristus yang menurut prinsip-prinsip Iblis tidak dapat membangun suatu jemaat yang teguh.
Paulus menuai suatu berkat meskipun mereka melawan dia. Kemajuan Injil sejak waktu Paulus sampai zaman sekarang telah tercapai karena jiwa-jiwa bernyala-nyala dengan kasih kepada Allah di dalam Kristus, dan dipenuhi dengan Roh Kudus.
Sejarah Gereja tidak lain daripada riwayat hidup orang-orang saleh. Dan tiap-tiap kebangunan rohani terjadi sebab satu orang bernyala-nyala hatinya dengan kasih kepada Kristus. Janganlah kita menjadi orang yang hanya menerima dari Kristus, melainkan menjadi orang yang berpengaruh guna Kristus. Yohanes Pembaptis berkata mengenai hal Yesus Kristus bahwa "Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api" (Matius 3: 11). Perjanjian itu berlaku pada hari ini juga. Walaupun demikian, kalau kita memandang umat Kristen umumnya, hampir-hampir kita tidak percaya karena rupanya banyak orang Kristen telah dicelupkan ke dalam air yang dingin, bukan di dalam api Roh Kudus. Yang lebih meng-herankan ialah bahwa kedinginan menjalar sama seperti kegiatan Paulus menjalar. Saudara-Saudara, sudahkah kita memperoleh pelajaran ini dari Rasul Paulus, yaitu selalu bersikap sabar terhadap orang-orang yang menganiayanya?
Inilah makna dari Filipi 1:18, yang sebetulnya sama sekali tidak bermakna negatif jika kita mengerti dengan benar maksud/ konteksnya.
Menjawab Roma 3:7 dan Filipi 1:18
19.21 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar