Zain MENULISKAN…
Ada jalan untuk menyesuaikan pernyataan Qur'an dengan
pernyataan Injil-Injil:
Perbedaan antara dua pernyataan dapat dibedakan antara
munculnya dan kenyataannya. Tidak boleh tidak bahwa beberapa
kejadian yang terjadi pada saat apa yang nampaknya menjadi
penyaliban Yesus dan kematiannya disalib. Kehidupan Yesus
penuh dengan keajaiban-keajaiban, dan hal demikian dapat
terjadi pula pada kematiannya.
Itu dapat terjadi bahwa orang lain (seperti Yudas, orang
yang mengkhianatinya), disamakan dengan dia, dan dia bukan
Yesus, meninggal pada salib.
Ada jalan lain untuk menyesuaikan kedua pernyataan tersebut
tanpa berlindung di bawah dugaan setiap kejadian yang ajaib;
mengira bahwa Yesus diletakkan di salib, dan bahwa dia
pingsan, padahal dia masih hidup.
Pengandaian ini tidak tanpa
bukti dari Injil-injil:
Injil-Injil mengatakan bahwa Yesus tidak berada sangat lama
pada salib. Dia diturunkan cepat-cepat, tanpa merusak
(melukai) kakinya, padahal biasanya penyaliban melukai
(merusak) kaki.
Orang-orang Yahudi menyiapkan untuk merayakan perayaannya.
Mereka tidak ingin Yesus berada di salib sampai hari
berikutnya, Sabtu, di mana mereka diwajibkan tidak melakukan
pekerjaan seperti penguburan. Karena tidak berada lama di
tiang salib, dia masih dapat hidup.
Injil-injil menyatakan juga bahwa setelah Yesus tampak
meninggal, seseorang memukul tubuhnya dengan tombak, dan
darah memancar keluar dari tubuhnya. Kita tahu bahwa darah
tidak mengalir pada tubuh yang telah meninggal. Ini
menunjukkan bahwa Yesus masih hidup.
Injil-Injil mengatakan bahwa Yesus tidak berada sangat lama
pada salib. Dia diturunkan cepat-cepat, tanpa merusak
(melukai) kakinya, padahal biasanya penyaliban melukai
(merusak) kaki.
Orang-orang Yahudi menyiapkan untuk merayakan perayaannya.
Mereka tidak ingin Yesus berada di salib sampai hari
berikutnya, Sabtu, di mana mereka diwajibkan tidak melakukan
pekerjaan seperti penguburan. Karena tidak berada lama di
tiang salib, dia masih dapat hidup.
Injil-injil menyatakan juga bahwa setelah Yesus tampak
meninggal, seseorang memukul tubuhnya dengan tombak, dan
darah memancar keluar dari tubuhnya. Kita tahu bahwa darah
tidak mengalir pada tubuh yang telah meninggal. Ini
menunjukkan bahwa Yesus masih hidup.
__________________________________
Zain berkata…
Apabila Yesus dibangkitkan
secara ajaib, maka tidak akan
memerlukan memindahkan batu itu. Tuhan dapat mengangkatnya
dari kuburan tanpa memindahkan batu tsb. Pemindahan batu itu
nampaknya dilakukan oleh manusia, dan bukan Tuhan.
memerlukan memindahkan batu itu. Tuhan dapat mengangkatnya
dari kuburan tanpa memindahkan batu tsb. Pemindahan batu itu
nampaknya dilakukan oleh manusia, dan bukan Tuhan.
Zain berkata…
Seseorang yang mempercayai Kristen
di dalam penyalibannya
akan mengalami penyesuaian yang sukar dari dua
prinsip-prinsip yang dia percayai, yaitu: Yesus adalah
Tuhan, dan Yesus disalib. Seseorang yang disalib tidak dapat
menjadi Tuhan sebab dia tidak dapat melindungi dirinya
sendiri.
Seorang Muslim tidak mempunyai masalah yang demikian. Dia
hanya percaya bahwa Yesus adalah seorang Nabi, tidak lebih.
Seorang Nabi dapat dikejar-kejar dan disalib, sebab seorang
Nabi tidak diwajibkan menjadi sangat berkuasa dan sanggup
mempertahankan dirinva sendiri.
akan mengalami penyesuaian yang sukar dari dua
prinsip-prinsip yang dia percayai, yaitu: Yesus adalah
Tuhan, dan Yesus disalib. Seseorang yang disalib tidak dapat
menjadi Tuhan sebab dia tidak dapat melindungi dirinya
sendiri.
Seorang Muslim tidak mempunyai masalah yang demikian. Dia
hanya percaya bahwa Yesus adalah seorang Nabi, tidak lebih.
Seorang Nabi dapat dikejar-kejar dan disalib, sebab seorang
Nabi tidak diwajibkan menjadi sangat berkuasa dan sanggup
mempertahankan dirinva sendiri.
Meskipun Islam tidak mempunyai masalah yang bertentangan,
tetapi telah menyelesaikan masalah yang Islam sendiri tidak
memilikinya. Yesus tidak disalib, Tuhan telah
menyelamatkannya.
________________
Zain
berkata….
Islam
tidak setuju dengan Kristen pada azas penebusan.
Azas Penebusan didasarkan pada azas dosa asal: bahwa manusia
telah dihukum oleh Tuhan karena dosa-dosa Adam dan Eve yang
oleh karena itu diwarisi oleh anak-anaknya.
Islam menolak seluruh azas dosa Asal, Tuhan tidak menghukum
manusia sebab dosa yang dibuat oleh nenek-moyangnya. Tidak
ada dosa asal, karena itu, tidak diperlukan penebusan dan
agar manusia keluar dari dosa yang tidak ada.
Lebih lanjut, sangkaan bahwa adanya dosa asal. Untuk
mengampuni manusia dari dosa-dosa mereka, Tuhan tidak
memerlukan seseorang yang tidak berdosa, seperti Yesus, di
salib. Dia dapat mengampuni manusia tanpa menyebabkan orang
yang tidak berdosa menderita.
Mengatakan bahwa Tuhan tidak mengampuni manusia kecuali jika
manusia menyalib Yesus, adalah meletakkan dia di dalam suatu
posisi yang memerintah yang didurhakai oleh ajarannya
sendiri.
Ketika anak-anak mereka bertanya kepadanya untuk mengampuni
mereka dari dosa-dosa orang-orang tua mereka, dia menolak
melakukan hal itu kecuali jika mereka membunuh salah seorang
dari orang yang dicintainya.
Bila mereka berbuat kejahatan yang hebat, dia akan
mengampuni mereka. Bila mereka tidak, dia tidak.
Saya tidak setuju bahwa penganjur dosa asal akan rela
meletakkan Tuhan di dalam posisi yang demikian. Tuhan yang
ter-Adil dan sangat Pengampun, tidak menghukum manusia sebab
dosa-dosa nenek moyang mereka.
Dia akan mengampuni mereka atas dosa-dosa mereka sendiri
tanpa menuntut mereka berbuat dosa yang lebih besar."
Azas Penebusan didasarkan pada azas dosa asal: bahwa manusia
telah dihukum oleh Tuhan karena dosa-dosa Adam dan Eve yang
oleh karena itu diwarisi oleh anak-anaknya.
Islam menolak seluruh azas dosa Asal, Tuhan tidak menghukum
manusia sebab dosa yang dibuat oleh nenek-moyangnya. Tidak
ada dosa asal, karena itu, tidak diperlukan penebusan dan
agar manusia keluar dari dosa yang tidak ada.
Lebih lanjut, sangkaan bahwa adanya dosa asal. Untuk
mengampuni manusia dari dosa-dosa mereka, Tuhan tidak
memerlukan seseorang yang tidak berdosa, seperti Yesus, di
salib. Dia dapat mengampuni manusia tanpa menyebabkan orang
yang tidak berdosa menderita.
Mengatakan bahwa Tuhan tidak mengampuni manusia kecuali jika
manusia menyalib Yesus, adalah meletakkan dia di dalam suatu
posisi yang memerintah yang didurhakai oleh ajarannya
sendiri.
Ketika anak-anak mereka bertanya kepadanya untuk mengampuni
mereka dari dosa-dosa orang-orang tua mereka, dia menolak
melakukan hal itu kecuali jika mereka membunuh salah seorang
dari orang yang dicintainya.
Bila mereka berbuat kejahatan yang hebat, dia akan
mengampuni mereka. Bila mereka tidak, dia tidak.
Saya tidak setuju bahwa penganjur dosa asal akan rela
meletakkan Tuhan di dalam posisi yang demikian. Tuhan yang
ter-Adil dan sangat Pengampun, tidak menghukum manusia sebab
dosa-dosa nenek moyang mereka.
Dia akan mengampuni mereka atas dosa-dosa mereka sendiri
tanpa menuntut mereka berbuat dosa yang lebih besar."
_________________
Zain berkata …
jelaskan sekarang yaitu hal-hal di mana
Islam & Kristen berbeda dalam pandangannya terhadap Yesus.
Perbedaan faham antara Islam dan Kristen tentang Yesus,
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Meskipun Islam berpendapat bahwa Yesus adalah suci,
tetapi Islam menolak ketuhanannya.
Sesuai dengan ajaran Islam, Yesus bukan Tuhan. Dia bukan
Tuhan, dan juga tidak disatukan dengan Tuhan.
Dia adalah orang yang patut dihormati, tetapi tidak untuk
disembah (dipuja). Islam tidak dapat kompromi masalah
keesaan Tuhan. Tuhan hanya satu, dan tidak ada Tuhan kecuali
Dia, Yang Maha Kuasa selalu hidup, dan memiliki kehidupan,
ilmu pengetahuan dan kekuatan yang tidak terbatas.
Yesus tidak selalu hidup. Dia dilahirkan kurang dari 2000
tahun yang lalu, dan sesuai dengan Injil, dia meninggal
dalam umur yang pendek. Dia tidak yang maha kuasa sebab dia
dikejar-kejar. Juga dia tidak tak terbatas. Dia tidak dapat
menciptakan alam semesta sebab alam semesta telah lebih dari
empat bilion tahun, sedangkan dia dilahirkan kurang dari
2000 tahun yang lalu.
Dia tidak patut disembah sebab dirinya sendiri penyembah
Tuhan.
2. Yesus, sesuai dengan ajaran Islam, bukan anak Tuhan.
Tuhan tidak mempunyai anak, sebab Dia di atas itu. Sifat
keayahan baik dari segi tubuh maupun dari segi jiwa
(spiritual) tidak dapat diterima, sebab Dia pencipta setiap
jiwa (spiritual) dan zat. Kitab Suci Qur'an adalah jelas di
dalam masalah ini:
" ... Dan mereka mengada-adakan bahwa Tuhan mempunyai
anak-anak laki-laki anak-anak perempuan, dengan tidak
berdasarkan pengetahuan. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka buatkan itu.
Dia Pencipta langit dan bumi Bagaimana Tuhan sampai
mempunyai anak, sedangkan Dia tidak mempunyai istri dan Dia
menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui
segala-galanya.
Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain dari
padaNya, sebab itu sembahlah Dia, dan Dia Pengurus
segala-galanya." 6:100-102
3. Islam menolak penyaliban Yesus. Yesus tidak (bukan)
meninggal disalib. Kitab Suci Qur'an jelas dalam hal ini.
"Dan perkataan mereka: sesungguhnya kami telah membunuh
Al-Masih Isa anak Maryam utusan Allah. Dan sebenarnya mereka
tidak membunuh Isa dan tidak menyalibnya, tetapi hanyalah
penglihatan mereka saja.
Bahwa orang-orang yang berselisih faham tentang itu,
sebenarnya masih dalam ragu-ragu, mereka tidak mempunyai
pengetahuan yang pasti tentang perkara itu, hanyalah menurut
persangkaan.
Mereka tidak pula yakin telah membunuh Isa. Tetapi Tuhan
telah mengangkat Isa kepadaNya dan Tuhan itu Maha Kuasa dan
Bijaksana." 4:157-158."
Islam & Kristen berbeda dalam pandangannya terhadap Yesus.
Perbedaan faham antara Islam dan Kristen tentang Yesus,
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Meskipun Islam berpendapat bahwa Yesus adalah suci,
tetapi Islam menolak ketuhanannya.
Sesuai dengan ajaran Islam, Yesus bukan Tuhan. Dia bukan
Tuhan, dan juga tidak disatukan dengan Tuhan.
Dia adalah orang yang patut dihormati, tetapi tidak untuk
disembah (dipuja). Islam tidak dapat kompromi masalah
keesaan Tuhan. Tuhan hanya satu, dan tidak ada Tuhan kecuali
Dia, Yang Maha Kuasa selalu hidup, dan memiliki kehidupan,
ilmu pengetahuan dan kekuatan yang tidak terbatas.
Yesus tidak selalu hidup. Dia dilahirkan kurang dari 2000
tahun yang lalu, dan sesuai dengan Injil, dia meninggal
dalam umur yang pendek. Dia tidak yang maha kuasa sebab dia
dikejar-kejar. Juga dia tidak tak terbatas. Dia tidak dapat
menciptakan alam semesta sebab alam semesta telah lebih dari
empat bilion tahun, sedangkan dia dilahirkan kurang dari
2000 tahun yang lalu.
Dia tidak patut disembah sebab dirinya sendiri penyembah
Tuhan.
2. Yesus, sesuai dengan ajaran Islam, bukan anak Tuhan.
Tuhan tidak mempunyai anak, sebab Dia di atas itu. Sifat
keayahan baik dari segi tubuh maupun dari segi jiwa
(spiritual) tidak dapat diterima, sebab Dia pencipta setiap
jiwa (spiritual) dan zat. Kitab Suci Qur'an adalah jelas di
dalam masalah ini:
" ... Dan mereka mengada-adakan bahwa Tuhan mempunyai
anak-anak laki-laki anak-anak perempuan, dengan tidak
berdasarkan pengetahuan. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka buatkan itu.
Dia Pencipta langit dan bumi Bagaimana Tuhan sampai
mempunyai anak, sedangkan Dia tidak mempunyai istri dan Dia
menciptakan segala sesuatu, dan Dia mengetahui
segala-galanya.
Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain dari
padaNya, sebab itu sembahlah Dia, dan Dia Pengurus
segala-galanya." 6:100-102
3. Islam menolak penyaliban Yesus. Yesus tidak (bukan)
meninggal disalib. Kitab Suci Qur'an jelas dalam hal ini.
"Dan perkataan mereka: sesungguhnya kami telah membunuh
Al-Masih Isa anak Maryam utusan Allah. Dan sebenarnya mereka
tidak membunuh Isa dan tidak menyalibnya, tetapi hanyalah
penglihatan mereka saja.
Bahwa orang-orang yang berselisih faham tentang itu,
sebenarnya masih dalam ragu-ragu, mereka tidak mempunyai
pengetahuan yang pasti tentang perkara itu, hanyalah menurut
persangkaan.
Mereka tidak pula yakin telah membunuh Isa. Tetapi Tuhan
telah mengangkat Isa kepadaNya dan Tuhan itu Maha Kuasa dan
Bijaksana." 4:157-158."
_____________________
ZAIN BERKATA…
Menurut Islam siapakah Nabi ‘Isa yang akan hadir di akhir
zaman nanti?
Jawapan: Pertama sekali, kita perlu faham bahawa Al-Quran telah mengajar kita bahawa
1. Allah adalah Tuhan semesta alam (Surah Al-Fatihah, ayat 1)
2. Allah itu tunggal, bukannya tritunggal/triniti (Surah Al-Ikhlas, ayat 1)
3. Allah tidak beranak atau diperanakkan (Surah Al-Ikhlas, ayat 3)
4. Tiada satu pun yang menyerupai-Nya (Surah Al-Ikhlas, ayat 4)
Kedua, kita perlu memahami pengakuan Nabi ‘Isa di dalam Al-Qur’an bahawa baginda bukanlah Tuhan Allah:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kam mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’. ‘Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau (ya Allah), tidaklah patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku katakan demikian, maka tentu Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku dan aku tiada mengetahui apa yang ada pada diri (Zat) Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib.’” (Surah Al-Maidah: 116)
“Aku ['Isa Al-Masih] tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku, iaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi atas mereka, selama aku hidup bersama mereka, Tatkala Engkau mewafatkanku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau menjadi saksi atas tiap-tiap sesuatu.” (Surah Al-Maidah: 117)
Jadi siapakah Nabi ‘Isa yang akan muncul di akhir zaman menurut Al-Quran dan Al-Hadis? Sudah tentu Nabi ‘Isa versi Islam, Rasul Allah, manusia 100% dan bukannya tuhan, kehadirannya adalah untuk membersihkan dirinya daripada dipertuhankan oleh orang-orang kafir. Inilah yang dimaksudkan dalam Al-Quran yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Allah berkata: ‘Ya ‘Isa, sesungguhnya Aku mengangkat engkau dan meninggikan (derajat) engkau kepada-Ku dan menyucikan engkau dari orang-orang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas dari mereka yang kafir, sampai hari kiamat….’” (sebahagian dari terjemahan Surah Ali-Imran:55)
Soalan: Adakah ayat ini menunjukkan orang Kristan sekarang ini di atas orang yang kafir kerana mereka adalah pengikut Nabi ‘Isa versi Kristian?
Jawapan: Sila perhatikan ganti nama Nabi ‘Isa ditulis dalam huruf kecil yang bermakna dia manusia. Dan perlu anda ketahui bahawa kaum Kristian tidak menulis terjemahan ayat itu hingga tamat bacaan kerana takut pendustaan mereka terbongkar. Akhir ayat itu menegaskan bahawa pada akhirnya Nabi ‘Isa dan sekalian manusia akan kembali kepada Allah , dan Allah-lah yang akan menjadi Hakim di Hari Kiamat. Hujung ayat itu berbunyi:
“‘…Kemudian tempat kembalimu hanyalah kepada-Ku, lalu Aku hukum antara kamu tentang apa-apa yang kamu perselisihkan.’”. (Surah Ali Imran :55)
Soalan: Sila jelaskan lebih lanjut mengenai persoalan Nabi ‘Isa versi Islam yang dinyatakan di dalam Surah Ali Imran?
Jawapan: Allah mengajar Nabi Muhammad dan umat manusia mengenai kejadian Nabi ‘Isa di dalam Surah Ali Imran yang berbunyi:
“Demikianlah Kami bacakan kepada engkau (ya Muhammad) beberapa ayat dan Kitab yang hakim (berisi hikmah)” (Surah Ali Imran: 58)
“Sesungguhnya umpama (kejadian) Isa disisi Allah, seperti (kejadian) Adam, Allah jadikan dia dari tanah, kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Jadilah engkau’, maka jadilah ia”. (Surah Ali Imran: 59)
Soalan: Jadi itu bermakna hadis-hadis Nabi Muhammad dan syarahan ulama-ulama Islam adalah merujuk kepada Nabi ‘Isa versi Islam?
Jawapan: Benar, sudah tentulah ia merujuk kepada Nabi ‘Isa versi Islam
Soalan: Bagaimanakah dengan hujah-hujah kaum Kristian yang berlandaskan kitab Injil?
Jawapan: Kita tidak perlu khuatir dan menyusahkan fikiran kita dengan memikirkan hujah-hujah dari kitab Injil kerana kitab Injil telah dibuktikan korup, menyeleweng, hilang keaslian dan bercampur antara ayat yang haq dan ayat yang batil. Buktinya kaum Kristian tidak berpuas hati dengan hanya menyelewengkan kitab Injil dan cuba pula hendak menyelewengkan kitab suci Al-Quran. Contohnya dalam kes ayat 55, Surah Ali Imran tadi.
Kesimpulan: Al-Quran, Al-Hadis dan ijma’ ulama Islam tidak pernah bersetuju bahawa Nabi Isa yang diceritakan dalam al-Quran merupakan Yesus Kristus, tuhan orang Kristian. Perlakuan orang Kristian memalsukan ayat Al-Quran yang tersebut di atas untuk tujuan menghalalkan ajaran agama mereka ini tidak ubah seperti meletakkan tanda halal pada makanan yang tidak halal bagi umat Islam. Contohnya kejadian penggunaan enzim lemak khinzir di dalam produk Ajinomoto keluaran Indonesia. Di luar kulit mereka gunakan simbol Islam iaitu halal tetapi hakikatnya produk itu telah tercemar!
Firman Allah :
“Segolongan di antara orang-orang Ahli Kitab bercita-cita hendak menyesatkan kamu, dan tiadalah mereka menyesatkan (orang lain), hanya diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyedarinya.” (Surah Ali-Imran: 69)"
Jawapan: Pertama sekali, kita perlu faham bahawa Al-Quran telah mengajar kita bahawa
1. Allah adalah Tuhan semesta alam (Surah Al-Fatihah, ayat 1)
2. Allah itu tunggal, bukannya tritunggal/triniti (Surah Al-Ikhlas, ayat 1)
3. Allah tidak beranak atau diperanakkan (Surah Al-Ikhlas, ayat 3)
4. Tiada satu pun yang menyerupai-Nya (Surah Al-Ikhlas, ayat 4)
Kedua, kita perlu memahami pengakuan Nabi ‘Isa di dalam Al-Qur’an bahawa baginda bukanlah Tuhan Allah:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kam mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’. ‘Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau (ya Allah), tidaklah patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku katakan demikian, maka tentu Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku dan aku tiada mengetahui apa yang ada pada diri (Zat) Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui segala perkara yang ghaib.’” (Surah Al-Maidah: 116)
“Aku ['Isa Al-Masih] tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku, iaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi atas mereka, selama aku hidup bersama mereka, Tatkala Engkau mewafatkanku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau menjadi saksi atas tiap-tiap sesuatu.” (Surah Al-Maidah: 117)
Jadi siapakah Nabi ‘Isa yang akan muncul di akhir zaman menurut Al-Quran dan Al-Hadis? Sudah tentu Nabi ‘Isa versi Islam, Rasul Allah, manusia 100% dan bukannya tuhan, kehadirannya adalah untuk membersihkan dirinya daripada dipertuhankan oleh orang-orang kafir. Inilah yang dimaksudkan dalam Al-Quran yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Allah berkata: ‘Ya ‘Isa, sesungguhnya Aku mengangkat engkau dan meninggikan (derajat) engkau kepada-Ku dan menyucikan engkau dari orang-orang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau di atas dari mereka yang kafir, sampai hari kiamat….’” (sebahagian dari terjemahan Surah Ali-Imran:55)
Soalan: Adakah ayat ini menunjukkan orang Kristan sekarang ini di atas orang yang kafir kerana mereka adalah pengikut Nabi ‘Isa versi Kristian?
Jawapan: Sila perhatikan ganti nama Nabi ‘Isa ditulis dalam huruf kecil yang bermakna dia manusia. Dan perlu anda ketahui bahawa kaum Kristian tidak menulis terjemahan ayat itu hingga tamat bacaan kerana takut pendustaan mereka terbongkar. Akhir ayat itu menegaskan bahawa pada akhirnya Nabi ‘Isa dan sekalian manusia akan kembali kepada Allah , dan Allah-lah yang akan menjadi Hakim di Hari Kiamat. Hujung ayat itu berbunyi:
“‘…Kemudian tempat kembalimu hanyalah kepada-Ku, lalu Aku hukum antara kamu tentang apa-apa yang kamu perselisihkan.’”. (Surah Ali Imran :55)
Soalan: Sila jelaskan lebih lanjut mengenai persoalan Nabi ‘Isa versi Islam yang dinyatakan di dalam Surah Ali Imran?
Jawapan: Allah mengajar Nabi Muhammad dan umat manusia mengenai kejadian Nabi ‘Isa di dalam Surah Ali Imran yang berbunyi:
“Demikianlah Kami bacakan kepada engkau (ya Muhammad) beberapa ayat dan Kitab yang hakim (berisi hikmah)” (Surah Ali Imran: 58)
“Sesungguhnya umpama (kejadian) Isa disisi Allah, seperti (kejadian) Adam, Allah jadikan dia dari tanah, kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Jadilah engkau’, maka jadilah ia”. (Surah Ali Imran: 59)
Soalan: Jadi itu bermakna hadis-hadis Nabi Muhammad dan syarahan ulama-ulama Islam adalah merujuk kepada Nabi ‘Isa versi Islam?
Jawapan: Benar, sudah tentulah ia merujuk kepada Nabi ‘Isa versi Islam
Soalan: Bagaimanakah dengan hujah-hujah kaum Kristian yang berlandaskan kitab Injil?
Jawapan: Kita tidak perlu khuatir dan menyusahkan fikiran kita dengan memikirkan hujah-hujah dari kitab Injil kerana kitab Injil telah dibuktikan korup, menyeleweng, hilang keaslian dan bercampur antara ayat yang haq dan ayat yang batil. Buktinya kaum Kristian tidak berpuas hati dengan hanya menyelewengkan kitab Injil dan cuba pula hendak menyelewengkan kitab suci Al-Quran. Contohnya dalam kes ayat 55, Surah Ali Imran tadi.
Kesimpulan: Al-Quran, Al-Hadis dan ijma’ ulama Islam tidak pernah bersetuju bahawa Nabi Isa yang diceritakan dalam al-Quran merupakan Yesus Kristus, tuhan orang Kristian. Perlakuan orang Kristian memalsukan ayat Al-Quran yang tersebut di atas untuk tujuan menghalalkan ajaran agama mereka ini tidak ubah seperti meletakkan tanda halal pada makanan yang tidak halal bagi umat Islam. Contohnya kejadian penggunaan enzim lemak khinzir di dalam produk Ajinomoto keluaran Indonesia. Di luar kulit mereka gunakan simbol Islam iaitu halal tetapi hakikatnya produk itu telah tercemar!
Firman Allah :
“Segolongan di antara orang-orang Ahli Kitab bercita-cita hendak menyesatkan kamu, dan tiadalah mereka menyesatkan (orang lain), hanya diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak menyedarinya.” (Surah Ali-Imran: 69)"
ZAIN WROTE : "Yesus mengangkat seorang anak dan berkata pada
pengikutnya; “Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku;
dan barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku …” (Lukas
9:48). Penterjemah: ayat di atas secara gamblang menjelaskan bahwa Allah dan
Yesus adalah dua figur yang terpisah dan berbeda.
Jesus said; “He who believes in me does not believe in me, but in Him who sent me.” (John 12:44)
Yesus berkata; “Barang siapa yang percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Dan Barang siapa yang melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 12:44 -dan ayat 45 penterjemah tambahkan untuk memperjelas data).
“He who hates me hates my Father also, … but now they have both seen and hated me and my Father as well.” (John 15:23-24)
“Barang siapa yang membenci aku, ia membenci juga BapaKu … namun sekarang walaupun mereka telah melihat keduanya, mereka membenci, baik Aku maupun BapaKu” (Yohanes 15:23 – 24 -lebih jelas lihat terjemahnya -pen).
“And this is eternal life, that they may know Thee the only true God, and Jesus Christ whom Thou has sent.” (John 17:3).
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu satunya Allah, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
The call of sincerity demands that if believing in the Truth is the honest intention then one could only pass an ethical judgment after reflecting upon all the relevant texts. John 17:3 (quoted above), if read with the following verse clears the air.
Diperlukan ketulusan keinginan bahwa bila percaya pada Kebenaran adalah sejujur-jujurnya pengharapan, maka kalian akan mendapatkan pembenaran nilai setelah membaca ayat-ayat di atas. Yohanes 17:3 bila dibaca bersama ayat berikut, akan memperjelas keadaan.
(precise and pertinent)
Jesus said; “Truly, truly, I say to you, a slave is not greater than his master; neither one who is sent greater than the one who sent him.” (John 13:16).
Yesus berkata; “Benar, benar, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya; ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya.” (Yohanes 13:16). Penterjemah: Perhatikan betapa ayat ini begitu jelas menguak tabir kepalsuan anggapan bahwa Yesus dan Allah adalah “itu itu juga”
During his ministry, Jesus repeatedly said he was sent by his Father.
Sepanjang masa tugas (kenabiannya), Yesus berulang ulang berkata bahwa dia dikirim(diutus/rasul) oleh Bapanya*(ALLAH).
Jesus said; “He who believes in me does not believe in me, but in Him who sent me.” (John 12:44)
Yesus berkata; “Barang siapa yang percaya kepadaKu, ia bukan percaya kepadaKu, tetapi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Dan Barang siapa yang melihat Aku, ia melihat Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 12:44 -dan ayat 45 penterjemah tambahkan untuk memperjelas data).
“He who hates me hates my Father also, … but now they have both seen and hated me and my Father as well.” (John 15:23-24)
“Barang siapa yang membenci aku, ia membenci juga BapaKu … namun sekarang walaupun mereka telah melihat keduanya, mereka membenci, baik Aku maupun BapaKu” (Yohanes 15:23 – 24 -lebih jelas lihat terjemahnya -pen).
“And this is eternal life, that they may know Thee the only true God, and Jesus Christ whom Thou has sent.” (John 17:3).
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu satunya Allah, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3).
The call of sincerity demands that if believing in the Truth is the honest intention then one could only pass an ethical judgment after reflecting upon all the relevant texts. John 17:3 (quoted above), if read with the following verse clears the air.
Diperlukan ketulusan keinginan bahwa bila percaya pada Kebenaran adalah sejujur-jujurnya pengharapan, maka kalian akan mendapatkan pembenaran nilai setelah membaca ayat-ayat di atas. Yohanes 17:3 bila dibaca bersama ayat berikut, akan memperjelas keadaan.
(precise and pertinent)
Jesus said; “Truly, truly, I say to you, a slave is not greater than his master; neither one who is sent greater than the one who sent him.” (John 13:16).
Yesus berkata; “Benar, benar, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya; ataupun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya.” (Yohanes 13:16). Penterjemah: Perhatikan betapa ayat ini begitu jelas menguak tabir kepalsuan anggapan bahwa Yesus dan Allah adalah “itu itu juga”
During his ministry, Jesus repeatedly said he was sent by his Father.
Sepanjang masa tugas (kenabiannya), Yesus berulang ulang berkata bahwa dia dikirim(diutus/rasul) oleh Bapanya*(ALLAH).
________________________
"APA
YANG ALKITAB KATAKAN MENGENAI ALLAH DAN YESUS?
————————————————————
JIKA KITA membaca Alkitab dari depan sampai belakang tanpa
memiliki gagasan sebelumnya mengenai DOGMA Tritunggal, apakah
KITA dengan sendirinya akan sampai pada konsep tersebut?
Sama sekali tidak AKAN ADA.
Apa yang dengan sangat jelas akan timbul dalam pikiran
seorang pembaca yang netral ialah bahwa Allah saja Yang
Mahatinggi, sang Pencipta, terpisah dan berbeda dari pribadi
manapun, dan bahwa Yesus, bahkan dalam keberadaannya sebelum
menjadi manusia, juga terpisah dan berbeda, suatu makhluk
yang diciptakan, lebih rendah daripada Allah.
Allah Itu Satu, Bukan Tiga
————————————————————
AJARAN Alkitab bahwa Allah itu esa atau satu disebut
monoteisme. Dan L. L. Paine, profesor sejarah gereja,
menyatakan bahwa monoteisme dalam bentuknya yang paling
murni tidak mengizinkan adanya Tritunggal: “Perjanjian Lama
secara tegas adalah monoteistis. Allah adalah suatu pribadi
tunggal. Gagasan bahwa suatu tritunggal dapat ditemukan di
dalamnya… sama sekali tidak berdasar.”
Apakah ada perubahan dari monoteisme setelah Yesus datang ke
bumi? Paine menjawab: “Mengenai hal ini tidak ada pemisah
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tradisi
monoteistis terus dilanjutkan. Yesus adalah seorang Yahudi,
dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru,
namun bukan suatu teologi baru… Dan ia menerima sebagai
kepercayaannya sendiri ayat agung dari monoteisme Yahudi:
‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah satu
Allah’”
Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB) Katolik berbunyi: “Dengarlah, Israel: Yahweh
Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh.”[1] Dalam tata
bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak mengandung sifat
jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang
lain, yaitu bukan satu pribadi.
Catatan kaki:
[1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan,
“Jehovah” dalam terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa
Inggris).
Rasul Kristen Paulus tidak menunjukkan adanya perubahan
dalam sifat Allah, bahkan setelah Yesus datang ke bumi. Ia
menulis: “Allah adalah satu.” -Galatia 3: 20, lihat juga 1
Korintus 8:4-6.
Ribuan kali dalam seluruh Alkitab, Allah disebutkan sebagai
satu Pribadi. Bila Ia berfirman, ini adalah sebagai satu
Pribadi yang tidak terbagi. Alkitab benar-benar sangat jelas
dalam hal ini. Seperti Allah katakan: “Aku ini [Yehuwa],
itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada
yang lain. ” (Yesaya 42 :8) “Akulah Yahweh Allahmu… Engkau
tidak boleh memiliki allah-allah lain kecuali aku.” (Cetak
miring red.)-Keluaran 20: 2, 3, JB.
Untuk apa semua penulis Alkitab yang diilhami Allah akan
berbicara mengenai Allah sebagai satu Pribadi jika Ia
sebenarnya adalah tiga Pribadi? Apa gunanya hal itu, selain
dari menyesatkan orang? Tentu, jika Allah terdiri dari tiga
Pribadi, la akan menyuruh para penulis Alkitab-Nya untuk
membuat hal itu benar-benar jelas sehingga tidak mungkin ada
keraguan mengenai hal itu. Sedikitnya para penulis
Kitab-Kitab Yunani Kristen yang mempunyai hubungan pribadi
dengan Anak Allah sendiri tentu akan berbuat demikian.
Ternyata tidak.
Sebaliknya, apa yang dinyatakan dengan sangat jelas oleh
para penulis Alkitab ialah bahwa Allah adalah satu Pribadi;
Pribadi yang unik, tidak terbagi-bagi yang tidak setara
dengan siapapun juga: “Akulah [Yehuwa] dan tidak ada yang
lain; kecuali Aku tidak ada Allah. ” (Yesaya 45:5) “Engkau
sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh
bumi.”-Mazmur 83 :19.
Bukan Allah yang Jamak"
————————————————————
JIKA KITA membaca Alkitab dari depan sampai belakang tanpa
memiliki gagasan sebelumnya mengenai DOGMA Tritunggal, apakah
KITA dengan sendirinya akan sampai pada konsep tersebut?
Sama sekali tidak AKAN ADA.
Apa yang dengan sangat jelas akan timbul dalam pikiran
seorang pembaca yang netral ialah bahwa Allah saja Yang
Mahatinggi, sang Pencipta, terpisah dan berbeda dari pribadi
manapun, dan bahwa Yesus, bahkan dalam keberadaannya sebelum
menjadi manusia, juga terpisah dan berbeda, suatu makhluk
yang diciptakan, lebih rendah daripada Allah.
Allah Itu Satu, Bukan Tiga
————————————————————
AJARAN Alkitab bahwa Allah itu esa atau satu disebut
monoteisme. Dan L. L. Paine, profesor sejarah gereja,
menyatakan bahwa monoteisme dalam bentuknya yang paling
murni tidak mengizinkan adanya Tritunggal: “Perjanjian Lama
secara tegas adalah monoteistis. Allah adalah suatu pribadi
tunggal. Gagasan bahwa suatu tritunggal dapat ditemukan di
dalamnya… sama sekali tidak berdasar.”
Apakah ada perubahan dari monoteisme setelah Yesus datang ke
bumi? Paine menjawab: “Mengenai hal ini tidak ada pemisah
antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tradisi
monoteistis terus dilanjutkan. Yesus adalah seorang Yahudi,
dilatih oleh orang-tua Yahudi dalam kitab-kitab Perjanjian
Lama. Ajarannya sepenuhnya Yahudi: memang suatu injil baru,
namun bukan suatu teologi baru… Dan ia menerima sebagai
kepercayaannya sendiri ayat agung dari monoteisme Yahudi:
‘Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita adalah satu
Allah’”
Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem
Bible (NJB) Katolik berbunyi: “Dengarlah, Israel: Yahweh
Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh.”[1] Dalam tata
bahasa dari ayat itu. kata ìesaî tidak mengandung sifat
jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang
lain, yaitu bukan satu pribadi.
Catatan kaki:
[1] Nama Allah dinyatakan “Yahweh” dalam beberapa terjemahan,
“Jehovah” dalam terjemahan-terjemahan lain (dalam bahasa
Inggris).
Rasul Kristen Paulus tidak menunjukkan adanya perubahan
dalam sifat Allah, bahkan setelah Yesus datang ke bumi. Ia
menulis: “Allah adalah satu.” -Galatia 3: 20, lihat juga 1
Korintus 8:4-6.
Ribuan kali dalam seluruh Alkitab, Allah disebutkan sebagai
satu Pribadi. Bila Ia berfirman, ini adalah sebagai satu
Pribadi yang tidak terbagi. Alkitab benar-benar sangat jelas
dalam hal ini. Seperti Allah katakan: “Aku ini [Yehuwa],
itulah namaKu; Aku tidak akan memberikan kemuliaanKu kepada
yang lain. ” (Yesaya 42 :8) “Akulah Yahweh Allahmu… Engkau
tidak boleh memiliki allah-allah lain kecuali aku.” (Cetak
miring red.)-Keluaran 20: 2, 3, JB.
Untuk apa semua penulis Alkitab yang diilhami Allah akan
berbicara mengenai Allah sebagai satu Pribadi jika Ia
sebenarnya adalah tiga Pribadi? Apa gunanya hal itu, selain
dari menyesatkan orang? Tentu, jika Allah terdiri dari tiga
Pribadi, la akan menyuruh para penulis Alkitab-Nya untuk
membuat hal itu benar-benar jelas sehingga tidak mungkin ada
keraguan mengenai hal itu. Sedikitnya para penulis
Kitab-Kitab Yunani Kristen yang mempunyai hubungan pribadi
dengan Anak Allah sendiri tentu akan berbuat demikian.
Ternyata tidak.
Sebaliknya, apa yang dinyatakan dengan sangat jelas oleh
para penulis Alkitab ialah bahwa Allah adalah satu Pribadi;
Pribadi yang unik, tidak terbagi-bagi yang tidak setara
dengan siapapun juga: “Akulah [Yehuwa] dan tidak ada yang
lain; kecuali Aku tidak ada Allah. ” (Yesaya 45:5) “Engkau
sajalah yang bernama [Yehuwa], Yang Mahatinggi atas seluruh
bumi.”-Mazmur 83 :19.
Bukan Allah yang Jamak"
ZAIN WROTE : "YESUS
menyebut Allah “satu-satunya Allah yang benar.”
(Yohanes 17:3) Ia tidak pernah menyebut Allah sebagai ilahi
yang terdiri dari pribadi-pribadi jamak. Itulah sebabnya
dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain Yehuwa yang
disebut Yang Mahakuasa. Jika tidak, arti kata “mahakuasa”
tidak berlaku lagi. Yesus maupun roh kudus tidak pernah
disebut demikian, karena hanya Yehuwa yang paling tinggi.
Dalam Kejadian 17:1 Ia berkata: “Akulah Allah Yang
Mahakuasa.” Dan Keluaran 18:11 berbunyi: “[Yehuwa] lebih
besar dari segala allah.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai
dua bentuk jamak, yaitu, ‘elo-him’ (allah-allah) dan
‘elo-heh’ (allah-allah dari). Bentuk-bentuk jamak ini
umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal itu kata-kata
tersebut diterjemahkan dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.”
Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut menyatakan suatu
Tritunggal? Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William
Smith berkata: “Gagasan khayalan bahwa ['elo-him']
memaksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam Keilahian,
sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di kalangan
para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata
bahasa bentuk jamak dari keagungan, atau itu menyatakan
kepenuhan dari kekuatan ilahi. Kuasa keseluruhan yang
diperlihatkan oleh Allah.”
The American Journal of Semitic Languages and Literatures
mengatakan tentang ‘elo-him.’ “Ini hampir selalu dijelaskan
dengan suatu predikat kata kerja tunggal, dan membutuhkan
atribut kata sifat tunggal.” Untuk menggambarkan ini, gelar
‘elo-him’ muncul 35 kali secara tersendiri dalam kisah
penciptaan, dan setiap kali kata kerja yang menggambarkan
apa yang Allah katakan dan lakukan adalah dalam bentuk
tunggal. (Kejadian 1:1-2:4) Jadi, publikasi itu
menyimpulkan: “['Elo-him'] agaknya harus dijelaskan sebagai
bentuk jamak yang bersifat intensif, yang menyatakan
kebesaran dan keagungan.”
‘Elo-him’ bukan berarti “pribadi-pribadi,” melainkan
“allah-allah.” Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini
menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri
politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena
ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal. Namun hampir
semua pendukung Tritunggal menolak pandangan bahwa
Tritunggal terdiri dari tiga allah yang terpisah.
Alkitab juga menggunakan kata-kata ‘elo-him’ dan ‘elo-heh’
bila menyebutkan sejumlah allah-allah berhala yang palsu.
(Keluaran 12:12; 20:23). Namun pada kesempatan lain hal itu
bisa memaksudkan hanya satu allah palsu, seperti ketika
orang-orang Filistin menyebutkan “Dagon, allah mereka
['elo-heh'].” (Hakim 16:23, 24) Baal disebut “allah
['elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini
digunakan untuk manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu
bahwa dia akan menjadi “Allah ['elo-him']” bagi Harun dan
bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.
Jelas, menggunakan gelar-gelar ‘elo-him’ dan ‘elo-heh ‘untuk
allah-allah palsu, dan bahkan manusia, tidak menyatakan
bahwa masing-masing adalah allah-allah yang jamak; demikian
juga menerapkan ‘elo-him’ atau ‘elo-heh’ pada Yehuwa tidak
berarti bahwa Ia lebih dari satu Pribadi, terutama bila kita
mempertimbangkan bukti dari ayat-ayat lain dalam Alkitab
mengenai pokok ini.
Yesus Ciptaan yang Terpisah"
(Yohanes 17:3) Ia tidak pernah menyebut Allah sebagai ilahi
yang terdiri dari pribadi-pribadi jamak. Itulah sebabnya
dalam Alkitab tidak ada satu pribadi pun selain Yehuwa yang
disebut Yang Mahakuasa. Jika tidak, arti kata “mahakuasa”
tidak berlaku lagi. Yesus maupun roh kudus tidak pernah
disebut demikian, karena hanya Yehuwa yang paling tinggi.
Dalam Kejadian 17:1 Ia berkata: “Akulah Allah Yang
Mahakuasa.” Dan Keluaran 18:11 berbunyi: “[Yehuwa] lebih
besar dari segala allah.”
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata ‘eloh’ah (allah) mempunyai
dua bentuk jamak, yaitu, ‘elo-him’ (allah-allah) dan
‘elo-heh’ (allah-allah dari). Bentuk-bentuk jamak ini
umumnya memaksudkan Yehuwa, dan dalam hal itu kata-kata
tersebut diterjemahkan dalam bentuk tunggal sebagai “Allah.”
Apakah bentuk-bentuk jamak tersebut menyatakan suatu
Tritunggal? Tidak. Dalam A Dictionary of the Bible, William
Smith berkata: “Gagasan khayalan bahwa ['elo-him']
memaksudkan tritunggal dari pribadi-pribadi dalam Keilahian,
sekarang hampir tidak mempunyai pendukung lagi di kalangan
para sarjana. Hal itu adalah apa yang disebut para ahli tata
bahasa bentuk jamak dari keagungan, atau itu menyatakan
kepenuhan dari kekuatan ilahi. Kuasa keseluruhan yang
diperlihatkan oleh Allah.”
The American Journal of Semitic Languages and Literatures
mengatakan tentang ‘elo-him.’ “Ini hampir selalu dijelaskan
dengan suatu predikat kata kerja tunggal, dan membutuhkan
atribut kata sifat tunggal.” Untuk menggambarkan ini, gelar
‘elo-him’ muncul 35 kali secara tersendiri dalam kisah
penciptaan, dan setiap kali kata kerja yang menggambarkan
apa yang Allah katakan dan lakukan adalah dalam bentuk
tunggal. (Kejadian 1:1-2:4) Jadi, publikasi itu
menyimpulkan: “['Elo-him'] agaknya harus dijelaskan sebagai
bentuk jamak yang bersifat intensif, yang menyatakan
kebesaran dan keagungan.”
‘Elo-him’ bukan berarti “pribadi-pribadi,” melainkan
“allah-allah.” Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini
menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri
politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena
ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal. Namun hampir
semua pendukung Tritunggal menolak pandangan bahwa
Tritunggal terdiri dari tiga allah yang terpisah.
Alkitab juga menggunakan kata-kata ‘elo-him’ dan ‘elo-heh’
bila menyebutkan sejumlah allah-allah berhala yang palsu.
(Keluaran 12:12; 20:23). Namun pada kesempatan lain hal itu
bisa memaksudkan hanya satu allah palsu, seperti ketika
orang-orang Filistin menyebutkan “Dagon, allah mereka
['elo-heh'].” (Hakim 16:23, 24) Baal disebut “allah
['elo-him]” (1 Raja 18:27) Selain itu, ungkapan ini
digunakan untuk manusia. (Mazmur 82:1, 6) Musa diberi tahu
bahwa dia akan menjadi “Allah ['elo-him']” bagi Harun dan
bagi Firaun.-Keluaran 4:16; 7:1.
Jelas, menggunakan gelar-gelar ‘elo-him’ dan ‘elo-heh ‘untuk
allah-allah palsu, dan bahkan manusia, tidak menyatakan
bahwa masing-masing adalah allah-allah yang jamak; demikian
juga menerapkan ‘elo-him’ atau ‘elo-heh’ pada Yehuwa tidak
berarti bahwa Ia lebih dari satu Pribadi, terutama bila kita
mempertimbangkan bukti dari ayat-ayat lain dalam Alkitab
mengenai pokok ini.
Yesus Ciptaan yang Terpisah"
_______________________________
ZAIN WROTE : "Karena
bukan Allah, Yesus bisa saja tidak loyal. Namun ia
tetap setia, dengan mengatakan: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan [Yehuwa, NW],
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!”-Matius 4:10.
Berapa Besar Harga Tebusan Itu?
————————————————————
SALAH satu alasan utama Yesus datang ke bumi juga mempunyai
hubungan langsung dengan Tritunggal. Alkitab menyatakan:
“Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang
telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan [yang sesuai, NW]
bagi semua manusia.”-1 Timotius 2: 5,6.
Yesus, yang tidak lebih dan tidak kurang daripada seorang
manusia sempurna, menjadi tebusan yang dengan tepat
mengganti rugi apa yang telah dihilangkan Adam -hak untuk
hidup sebagai manusia sempurna di bumi. Jadi Yesus dengan
tepat dapat disebut “Adam yang akhir” oleh rasul Paulus,
yang berkata dalam ikatan kalimat yang sama: “Sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus.” (1 Korintus 15: 22, 45) Kehidupan manusia
yang sempurna dari Yesus adalah “tebusan yang sesuai” yang
dituntut oleh keadilan ilahi-tidak lebih, tidak kurang.
Suatu prinsip dasar bahkan dari keadilan manusia ialah bahwa
harga yang dibayar harus sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan.
Tetapi, jika Yesus adalah bagian dari suatu Keilahian, harga
tebusan akan sangat jauh lebih tinggi daripada apa yang
dituntut oleh Taurat Allah sendiri. (Keluaran 21:23-25;
Imamat 24:19-21) Yang berdosa di Eden hanya seorang manusia
sempurna, Adam, bukan Allah. Maka tebusan itu, agar
benar-benar selaras dengan keadilan Allah, harus tepat sama
nilainya-seorang manusia sempurna, “Adam yang akhir.” Maka,
ketika Allah mengutus Yesus ke bumi sebagai tebusan itu, Ia
menjadikan Yesus sebagai sesuatu yang akan memenuhi
keadilan, bukan suatu inkarnasi, bukan manusia-allah,
melainkan manusia sempurna, “lebih rendah daripada
malaikat-malaikat.” (Ibrani 2:9; bandingkan Mazmur 8: 6, 7.)
Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang mahakuasa
-Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada
malaikat-malaikat?
Bagaimana “Satu-Satunya yang Diperanakkan”?
————————————————————
ALKITAB menyebut Yesus “Anak Tunggal” atau dalam bahasa
Inggris, “only-begotten Son” (“Anak satu-satunya yang
diperanakkan”). (Yohanes 1:14; 3:16, 18; 1 Yohanes 4:9) Para
penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal,
maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa
menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya?
Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa dalam hal Yesus,
“satu-satunya yang diperanakkan” tidak sama dengan definisi
kamus untuk “memperanakkan” yang adalah “memberi kehidupan
sebagai bapa.” (Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary)
Mereka berkata bahwa dalam hal Yesus ini memaksudkan “sifat
dari hubungan tanpa asal usul,” semacam hubungan anak
tunggal tetapi tanpa ia diperanakkan. (Vine’s Expository
Dictionary of Old and New Testament Words, karya Vine)
Apakah hal itu kedengaran masuk akal bagi anda? Dapatkah
seorang pria menjadi ayah seorang anak tanpa memperanakkan
dia?
Selain itu, mengapa Alkitab menggunakan kata Yunani yang
sama untuk “satu-satunya yang diperanakkan” (seperti diakui
oleh Vine tanpa penjelasan apapun) untuk menggambarkan
hubungan antara Ishak dengan Abraham? Ibrani 11:17 menyebut
Ishak sebagai “anaknya [Abraham] yang tunggal,” atau dalam
bahasa Inggris “anak satu-satunya yang diperanakkan.” Tidak
mungkin ada keraguan bahwa dalam hal Ishak, ia satu-satunya
yang diperanakkan dalam arti yang normal, tidak sama dalam
umur atau kedudukkan dengan ayahnya.
Kata dasar bahasa Yunani untuk “satu-satunya yang
diperanakkan” yang digunakan untuk Yesus dan Ishak ialah
monogenes’, dari mo’nos, yang berarti “satu-satunya,” dan
gi’no-mai, sebuah akar kata yang berarti “menghasilkan,”
“menjadi (menjadi ada),” kata Exhaustive Concordance oleh
Strong. Maka, monogenes’ didefinisikan sebagai:
“Satu-satunya yang dilahirkan, satu-satunya yang
diperanakkan, artinya satu-satunya anak.”-A Greek and
English Lexicon of the New Testament, oleh E. Robinson.
Theological Dictionary of the New Testament,, dengan
penyunting Gerhard Kittel, berkata: “[Monogenes] berarti
‘keturunan satu-satunya’ yaitu, tanpa saudara laki-laki atau
perempuan.” Buku ini juga menyatakan bahwa dalam Yohanes
1:18; 3: 16, 18; dan 1 Yohanes 4:9, “hubungan Yesus tidak
hanya disamakan dengan hubungan seorang anak tunggal atau
satu-satunya anak dengan ayahnya. Ini memang hubungan antara
anak satu-satunya yang diperanakkan oleh sang Bapa.”
Jadi, kehidupan Yesus, Anak satu-satunya yang diperanakkan,
mempunyai permulaan. Dan Allah Yang Mahakuasa dengan tepat
dapat disebut Yang Memperanakkan dia, atau Bapa-Nya dalam
arti yang sama seperti seorang ayah jasmani di bumi, seperti
Abraham, memperanakkan seorang anak. (Ibrani 11:17) Maka,
bila Alkitab menyebut Allah sebagai “Bapa” dari Yesus, ini
memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya -bahwa mereka
adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang senior. Yesus
yang yunior -dalam hal waktu atau umur, kedudukan, kuasa,
dan pengetahuan."
tetap setia, dengan mengatakan: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan [Yehuwa, NW],
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!”-Matius 4:10.
Berapa Besar Harga Tebusan Itu?
————————————————————
SALAH satu alasan utama Yesus datang ke bumi juga mempunyai
hubungan langsung dengan Tritunggal. Alkitab menyatakan:
“Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang
telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan [yang sesuai, NW]
bagi semua manusia.”-1 Timotius 2: 5,6.
Yesus, yang tidak lebih dan tidak kurang daripada seorang
manusia sempurna, menjadi tebusan yang dengan tepat
mengganti rugi apa yang telah dihilangkan Adam -hak untuk
hidup sebagai manusia sempurna di bumi. Jadi Yesus dengan
tepat dapat disebut “Adam yang akhir” oleh rasul Paulus,
yang berkata dalam ikatan kalimat yang sama: “Sama seperti
semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan
dengan Kristus.” (1 Korintus 15: 22, 45) Kehidupan manusia
yang sempurna dari Yesus adalah “tebusan yang sesuai” yang
dituntut oleh keadilan ilahi-tidak lebih, tidak kurang.
Suatu prinsip dasar bahkan dari keadilan manusia ialah bahwa
harga yang dibayar harus sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan.
Tetapi, jika Yesus adalah bagian dari suatu Keilahian, harga
tebusan akan sangat jauh lebih tinggi daripada apa yang
dituntut oleh Taurat Allah sendiri. (Keluaran 21:23-25;
Imamat 24:19-21) Yang berdosa di Eden hanya seorang manusia
sempurna, Adam, bukan Allah. Maka tebusan itu, agar
benar-benar selaras dengan keadilan Allah, harus tepat sama
nilainya-seorang manusia sempurna, “Adam yang akhir.” Maka,
ketika Allah mengutus Yesus ke bumi sebagai tebusan itu, Ia
menjadikan Yesus sebagai sesuatu yang akan memenuhi
keadilan, bukan suatu inkarnasi, bukan manusia-allah,
melainkan manusia sempurna, “lebih rendah daripada
malaikat-malaikat.” (Ibrani 2:9; bandingkan Mazmur 8: 6, 7.)
Bagaimana mungkin suatu bagian dari Keilahian yang mahakuasa
-Bapa, Anak, atau roh kudus-dapat lebih rendah daripada
malaikat-malaikat?
Bagaimana “Satu-Satunya yang Diperanakkan”?
————————————————————
ALKITAB menyebut Yesus “Anak Tunggal” atau dalam bahasa
Inggris, “only-begotten Son” (“Anak satu-satunya yang
diperanakkan”). (Yohanes 1:14; 3:16, 18; 1 Yohanes 4:9) Para
penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal,
maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa
menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya?
Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa dalam hal Yesus,
“satu-satunya yang diperanakkan” tidak sama dengan definisi
kamus untuk “memperanakkan” yang adalah “memberi kehidupan
sebagai bapa.” (Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary)
Mereka berkata bahwa dalam hal Yesus ini memaksudkan “sifat
dari hubungan tanpa asal usul,” semacam hubungan anak
tunggal tetapi tanpa ia diperanakkan. (Vine’s Expository
Dictionary of Old and New Testament Words, karya Vine)
Apakah hal itu kedengaran masuk akal bagi anda? Dapatkah
seorang pria menjadi ayah seorang anak tanpa memperanakkan
dia?
Selain itu, mengapa Alkitab menggunakan kata Yunani yang
sama untuk “satu-satunya yang diperanakkan” (seperti diakui
oleh Vine tanpa penjelasan apapun) untuk menggambarkan
hubungan antara Ishak dengan Abraham? Ibrani 11:17 menyebut
Ishak sebagai “anaknya [Abraham] yang tunggal,” atau dalam
bahasa Inggris “anak satu-satunya yang diperanakkan.” Tidak
mungkin ada keraguan bahwa dalam hal Ishak, ia satu-satunya
yang diperanakkan dalam arti yang normal, tidak sama dalam
umur atau kedudukkan dengan ayahnya.
Kata dasar bahasa Yunani untuk “satu-satunya yang
diperanakkan” yang digunakan untuk Yesus dan Ishak ialah
monogenes’, dari mo’nos, yang berarti “satu-satunya,” dan
gi’no-mai, sebuah akar kata yang berarti “menghasilkan,”
“menjadi (menjadi ada),” kata Exhaustive Concordance oleh
Strong. Maka, monogenes’ didefinisikan sebagai:
“Satu-satunya yang dilahirkan, satu-satunya yang
diperanakkan, artinya satu-satunya anak.”-A Greek and
English Lexicon of the New Testament, oleh E. Robinson.
Theological Dictionary of the New Testament,, dengan
penyunting Gerhard Kittel, berkata: “[Monogenes] berarti
‘keturunan satu-satunya’ yaitu, tanpa saudara laki-laki atau
perempuan.” Buku ini juga menyatakan bahwa dalam Yohanes
1:18; 3: 16, 18; dan 1 Yohanes 4:9, “hubungan Yesus tidak
hanya disamakan dengan hubungan seorang anak tunggal atau
satu-satunya anak dengan ayahnya. Ini memang hubungan antara
anak satu-satunya yang diperanakkan oleh sang Bapa.”
Jadi, kehidupan Yesus, Anak satu-satunya yang diperanakkan,
mempunyai permulaan. Dan Allah Yang Mahakuasa dengan tepat
dapat disebut Yang Memperanakkan dia, atau Bapa-Nya dalam
arti yang sama seperti seorang ayah jasmani di bumi, seperti
Abraham, memperanakkan seorang anak. (Ibrani 11:17) Maka,
bila Alkitab menyebut Allah sebagai “Bapa” dari Yesus, ini
memaksudkan tepat seperti yang dikatakannya -bahwa mereka
adalah dua pribadi yang terpisah. Allah yang senior. Yesus
yang yunior -dalam hal waktu atau umur, kedudukan, kuasa,
dan pengetahuan."
ZAIN WROTE : "Bila seseorang
mempertimbangkan bahwa Yesus bukan
satu-satunya makhluk roh, anak Allah yang diciptakan di
surga, halnya menjadi jelas mengapa istilah “Anak Tunggal”
atau “Anak satu-satunya yang diperanakkan” digunakan dalam
hal Yesus. Tidak terhitung banyaknya makhluk roh lain yang
diciptakan, malaikat-malaikat, juga disebut “anak-anak
Allah,” dalam arti yang sama seperti halnya Adam, karena
daya kehidupan mereka berasal dari Allah Yehuwa, Sumber
Kehidupan. (Ayub 38:7; Mazmur 36:10; Lukas 3:38) Namun
mereka semua diciptakan melalui “Anak Tunggal,” yang adalah
pribadi satu-satunya yang langsung diperanakkan oleh
Allah.-Kolose 1 :15-17.
Apakah Yesus Dianggap Allah?
————————————————————
MESKIPUN Yesus sering disebut Anak Allah dalam Alkitab,
tidak seorang pun pada abad pertama pernah menganggap dia
sebagai Allah Anak. Bahkan hantu-hantu, yang ‘percaya bahwa
hanya ada satu Allah,’ mengetahui dari pengalaman mereka di
alam roh bahwa Yesus bukan Allah. Maka, dengan tepat mereka
menyapa Yesus sebagai “Anak Allah” yang terpisah. (Yakobus
2:19: Matius 8:29) Dan ketika Yesus mati, para prajurit Roma
yang kafir itu yang sedang berjaga cukup mengetahui untuk
dapat mengatakan bahwa apa yang mereka dengar dari para
pengikut Yesus pasti benar, bukan bahwa Yesus adalah Allah,
melainkan bahwa “sungguh, ia ini adalah Anak Allah.”-Matius
27: 54.
Maka, ungkapan “Anak Allah” menunjuk kepada Yesus sebagai
makhluk yang terpisah dan diciptakan, bukan bagian dari
Tritunggal. Sebagai Anak Allah, ia tidak mungkin Allah
sendiri, karena Yohanes 1:18 berkata: “Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah.”
Murid-murid memandang Yesus sebagai ‘pengantara yang esa
antara Allah dan manusia,’ bukan sebagai Allah sendiri. (1
Timotius 2:5) Karena menurut definisi seorang pengantara
adalah seorang yang terpisah dari mereka yang membutuhkan
pengantara, suatu kontradiksi jika Yesus adalah satu
kesatuan dengan salah satu pihak yang ia coba perdamaikan.
Itu berarti ia pura-pura menjadi pengantara, padahal bukan.
Alkitab memang jelas dan konsisten berkenaan hubungan antara
Allah dengan Yesus. Allah Yehuwa saja Yang Mahakuasa. Ia
secara langsung menciptakan pramanusia Yesus. Jadi, Yesus
mempunyai permulaan dan tidak AKAN pernah dapat setara 1 DEBUPUN dengan
Allah dalam kuasa atau kekekalan."
satu-satunya makhluk roh, anak Allah yang diciptakan di
surga, halnya menjadi jelas mengapa istilah “Anak Tunggal”
atau “Anak satu-satunya yang diperanakkan” digunakan dalam
hal Yesus. Tidak terhitung banyaknya makhluk roh lain yang
diciptakan, malaikat-malaikat, juga disebut “anak-anak
Allah,” dalam arti yang sama seperti halnya Adam, karena
daya kehidupan mereka berasal dari Allah Yehuwa, Sumber
Kehidupan. (Ayub 38:7; Mazmur 36:10; Lukas 3:38) Namun
mereka semua diciptakan melalui “Anak Tunggal,” yang adalah
pribadi satu-satunya yang langsung diperanakkan oleh
Allah.-Kolose 1 :15-17.
Apakah Yesus Dianggap Allah?
————————————————————
MESKIPUN Yesus sering disebut Anak Allah dalam Alkitab,
tidak seorang pun pada abad pertama pernah menganggap dia
sebagai Allah Anak. Bahkan hantu-hantu, yang ‘percaya bahwa
hanya ada satu Allah,’ mengetahui dari pengalaman mereka di
alam roh bahwa Yesus bukan Allah. Maka, dengan tepat mereka
menyapa Yesus sebagai “Anak Allah” yang terpisah. (Yakobus
2:19: Matius 8:29) Dan ketika Yesus mati, para prajurit Roma
yang kafir itu yang sedang berjaga cukup mengetahui untuk
dapat mengatakan bahwa apa yang mereka dengar dari para
pengikut Yesus pasti benar, bukan bahwa Yesus adalah Allah,
melainkan bahwa “sungguh, ia ini adalah Anak Allah.”-Matius
27: 54.
Maka, ungkapan “Anak Allah” menunjuk kepada Yesus sebagai
makhluk yang terpisah dan diciptakan, bukan bagian dari
Tritunggal. Sebagai Anak Allah, ia tidak mungkin Allah
sendiri, karena Yohanes 1:18 berkata: “Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah.”
Murid-murid memandang Yesus sebagai ‘pengantara yang esa
antara Allah dan manusia,’ bukan sebagai Allah sendiri. (1
Timotius 2:5) Karena menurut definisi seorang pengantara
adalah seorang yang terpisah dari mereka yang membutuhkan
pengantara, suatu kontradiksi jika Yesus adalah satu
kesatuan dengan salah satu pihak yang ia coba perdamaikan.
Itu berarti ia pura-pura menjadi pengantara, padahal bukan.
Alkitab memang jelas dan konsisten berkenaan hubungan antara
Allah dengan Yesus. Allah Yehuwa saja Yang Mahakuasa. Ia
secara langsung menciptakan pramanusia Yesus. Jadi, Yesus
mempunyai permulaan dan tidak AKAN pernah dapat setara 1 DEBUPUN dengan
Allah dalam kuasa atau kekekalan."
zain wrote: "GEREJA Katolik
Roma berkata: “Tritunggal adalah istilah yang
digunakan untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen…
Jadi, dalam kata-kata Kredo Athanasia: ‘sang Bapa adalah
Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah,
namun tidak ada tiga Allah melainkan satu Allah.’ Dalam
Tritunggal ini… Pribadi-Pribadinya sama kekal dan setara:
semuanya tidak diciptakan dan mahakuasa.”-The Catholic
Encyclopedia.
Hampir semua gereja lain dalam Susunan Kristen
menyetujuinya. Misalnya, Gereja Ortodoks Yunani juga
menyebut Tritunggal “doktrin dasar dari Kekristenan,” bahkan
mengatakan: “Orang Kristen adalah orang-orang yang menerima
Kristus sebagai Allah.” Dalam buku Our Orthodox Christian
Faith, gereja yang sama berkata: “Allah adalah suatu
kesatuan tiga serangkai… Sang Bapa adalah Allah
sepenuhnya. Sang Anak adalah Allah sepenuhnya. Roh Kudus
adalah Allah sepenuhnya.”
Jadi, Tritunggal dianggap sebagai “satu Allah dalam tiga
Pribadi.” Masing-masing dikatakan tidak mempunyai permulaan,
ada dari kekal sampai kekal. Masing-masing dikatakan
mahakuasa, dan masing-masing tidak lebih besar atau lebih
kecil daripada yang lainnya.
Apakah gagasan demikian sukar dimengerti? Banyak orang
beriman yang tulus merasa hal itu membingungkan,
bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit dipahami.
Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah
Allah, dan roh kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga
Allah melainkan hanya satu Allah?
“Di Luar Jangkauan Akal Manusia”
————————————————————
KEBINGUNGAN ini tersebar luas. The Encyclopedia Americana
mengatakan bahwa Tritunggal dianggap “di luar jangkauan akal
manusia.”
Banyak orang yang menerima Tritunggal menganggapnya
demikian. Monsignor Eugene Clark berkata: “Allah itu satu,
dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan yang seperti
ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”
Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri
yang sangat dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.”
Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang
tidak dapat dimengerti tentang Allah Tritunggal.”
Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya
apa doktrin itu, atau bagaimana hal itu harus dijelaskan,
para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di
antara mereka sendiri.”
Maka, kita dapat mengerti mengapa New Catholic Encyclopedia
berkata: “Hanya sedikit diantara guru-guru teologi
Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu
waktu tidak dipojokkan oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana
kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika
pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di pihak para
siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan
yang serupa di pihak guru-guru mereka.”
Kebenaran dari pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan
mengunjungi suatu perpustakaan dan memeriksa buku-buku yang
mendukung Tritunggal. Tak terhitung banyaknya halaman yang
ditulis dalam upaya untuk menjelaskannya. Namun, setelah
bersusah payah memeriksa istilah-istilah teologi yang
membingungkan dan penjelasannya, para peneliti masih tetap
tidak puas."
digunakan untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen…
Jadi, dalam kata-kata Kredo Athanasia: ‘sang Bapa adalah
Allah, sang Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah,
namun tidak ada tiga Allah melainkan satu Allah.’ Dalam
Tritunggal ini… Pribadi-Pribadinya sama kekal dan setara:
semuanya tidak diciptakan dan mahakuasa.”-The Catholic
Encyclopedia.
Hampir semua gereja lain dalam Susunan Kristen
menyetujuinya. Misalnya, Gereja Ortodoks Yunani juga
menyebut Tritunggal “doktrin dasar dari Kekristenan,” bahkan
mengatakan: “Orang Kristen adalah orang-orang yang menerima
Kristus sebagai Allah.” Dalam buku Our Orthodox Christian
Faith, gereja yang sama berkata: “Allah adalah suatu
kesatuan tiga serangkai… Sang Bapa adalah Allah
sepenuhnya. Sang Anak adalah Allah sepenuhnya. Roh Kudus
adalah Allah sepenuhnya.”
Jadi, Tritunggal dianggap sebagai “satu Allah dalam tiga
Pribadi.” Masing-masing dikatakan tidak mempunyai permulaan,
ada dari kekal sampai kekal. Masing-masing dikatakan
mahakuasa, dan masing-masing tidak lebih besar atau lebih
kecil daripada yang lainnya.
Apakah gagasan demikian sukar dimengerti? Banyak orang
beriman yang tulus merasa hal itu membingungkan,
bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit dipahami.
Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah
Allah, dan roh kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga
Allah melainkan hanya satu Allah?
“Di Luar Jangkauan Akal Manusia”
————————————————————
KEBINGUNGAN ini tersebar luas. The Encyclopedia Americana
mengatakan bahwa Tritunggal dianggap “di luar jangkauan akal
manusia.”
Banyak orang yang menerima Tritunggal menganggapnya
demikian. Monsignor Eugene Clark berkata: “Allah itu satu,
dan Allah itu tiga. Karena tidak ada ciptaan yang seperti
ini, kita tidak dapat mengertinya, tetapi menerimanya saja.”
Kardinal John O’Connor berkata: “Kami tahu ini suatu misteri
yang sangat dalam, yang sama sekali tidak kita mengerti.”
Dan Paus Yohanes Paulus II berkata mengenai “misteri yang
tidak dapat dimengerti tentang Allah Tritunggal.”
Jadi, A Dictionary of Religious Knowledge berkata: “Tepatnya
apa doktrin itu, atau bagaimana hal itu harus dijelaskan,
para penganut Tritunggal pun tidak mencapai kata sepakat di
antara mereka sendiri.”
Maka, kita dapat mengerti mengapa New Catholic Encyclopedia
berkata: “Hanya sedikit diantara guru-guru teologi
Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu
waktu tidak dipojokkan oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana
kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika
pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di pihak para
siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan
yang serupa di pihak guru-guru mereka.”
Kebenaran dari pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan
mengunjungi suatu perpustakaan dan memeriksa buku-buku yang
mendukung Tritunggal. Tak terhitung banyaknya halaman yang
ditulis dalam upaya untuk menjelaskannya. Namun, setelah
bersusah payah memeriksa istilah-istilah teologi yang
membingungkan dan penjelasannya, para peneliti masih tetap
tidak puas."
0 komentar:
Posting Komentar