RAHASIA SALIB
Oleh :
HAMRAN AMBRIE
Brosur Korr. Serie ke–9 ini, adalah untuk
menjawab atas brosur Sdr. A. Tou yang suntingannya oleh satu team Proyek
Mau’izhatul Hasanat, Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar Bali, yang berjudul
“Isa (as) dan Muhammad dalam Perspektif Nubuatan” (sebagai lanjutan dari
permasalahan yang terdahulu).
I. Dalam naskah ini akan saudara-saudara
jumpai pembahasan:
1. Tentang kedudukan Quran s. Al Fatihah.
2. Makna Salib dan Penebusan Dosa Warisan.
3. Kesaksian Sejarah: Kematian(Kewafatan), Kebangkitan
dan Kenaikan (Mikraj) Isa (as) Al-Masih.
4. Kepentingannya Mukjizat dalam peranan
sesuatu kepercayaan Agama.
5. Sedikit keterangan tentang Injil-palsu
Barnabas.
6. Benarkah ada nubuat kenabian Muhammad
dalam Alkitab? (bagian ke-II)
Dalam bagian ini akan dibahas:
a. Nubuat para Nabi dalam Perjanjian Lama.
b. Nubuat Perjanjian Baru tentang
apa dan siapa PARAKLETOS itu.
II. Disamping itu untuk argumentasi
penginjilan, dalam hal yang sama akan dibahas juga pemikiran penulis-penulis
lain yang sejajar dengan Sdr. A. Hasan Tou, agar masalah ini dapat diungkapkan
secara tuntas dan menyeluruh.
III. Sdr.A. Hasan Tou mengatakan :
“Sdr.
Hamran Ambrie yang tengah berjuang menindas hati nuraninya sendiri yang
cenderung kepada Tauhid Islam, dan mencoba menegakkan benang basah kepercayaan
Trinitas politeistik ajaran Paulus, rasul gadungan itu.”
Saya mengemukakan dan menguraikan
pengertian Trinitas itu dengan penuh keyakinan yang sanggup dihujjah, sanggup
dibahas dan diuji kebenarannya, sesuai dengan keyakinan Tauhid Kristiani yang
unggul dan murni, bukan menegakkan benang basah yang Saudara tuduhkan. Untuk itu
saya silahkan saudara telaah, baca dan fahami dengan baik uraian saya tentang
Allah Tritunggal ini yang terdapat dalam Korr. Serie ke-7, halaman 21 s/d 27.
Mana-mana yang tidak sesuai dengan pendapat Saudara, sanggahlah, dan
kemukakanlah argumentasi yang meyakinkan. Itu lebih baik dan berguna daripada
ocehan dan tuduhan murah yang berirama sinis kehabisan akal.
Mari kita adu argumentasi. Mari kita
adu kebenaran, supaya kebenaran yang hendak kita dambakan itu dapat dinyatakan.
Terima kasih.
IV. Penelaahan tentang “Siapakah
Almasih yang dijanjikan akan datang itu”, sama sekali tidak ada tanggapan
ataupun sanggahan Saudara. Sdr. A. Hasan masih berjanji dalam surat khususnya,
untuk menanggapinya kemudian. Silahkan!
Permintaan Sdr. A. Hasan Tou, supaya
brosur yang mengenai masalah ini dikirimkan juga kepada cabang Jemaah Ahmadiyah
lainnya di Indonesia, bahkan juga kepada beberapa pribadi khusus di
Rabwah-Pakistan-supaya ada tanggapan dari salah seorang dari mereka, itupun
sudah saya penuhi.
Hal ini
perlu kita telaah. Dalam naskah saya yang lalu (korr. No. 8) cukup gamblang
mengemukakan argumentasi yang meyakinkan bahwa pengakuan Mizra Ghlam Ahmad
sebagai almasih yang dijanjikan itu, adalah tidak benar, tidak ada suatu fakta
apapun yang cukup meyakinkan. Meskipun demikian, pengakuan Mizra Ghulam Ahmad
dan keturunannya Mizra Nasir Ahmad itu penting bagi kita untuk membuktikan
dengan nyata bahwa nubuat Alkitab yang tertulis dalam Injil Matius 24:5 dan
lain-lain yang mengatakan bahwa “akan muncul nabi palsu dan yang mengaku Mesias
yang menyesatkan “ itu, sekarang sedang dan sudah digenapi. Haleluya!
Patut
kita catat, bahwa Almasih yang dijanjikan ini akan datang adalah pada akhir
zaman yang lazim dikatakan juga “hari kiamat”, yaitu suatu hari yang sudah tidak
ada lagi “hari besok atau lusa”, apapun pula bertahun-tahun kemudian. Kepalsuan
Mizra Ghulam Ahmad ini kita tandai bahwa kehadirannya jelas bukanlah pada akhir
zaman (seperti yang dinubuatkan) bahkan ternyata dia sendiri sudah mati, dan
keturunannya sudah pula mati. Namun akhir zaman itu belum juga masanya, dan
diapun tidak pernah menjadi hakim yang adil, mengadili umat manusia seluruhnya.
Apakah fakta ini masih juga belum
dapat saudara-saudara dari Jemaat Ahmadiyah nilai sebagai suatu bukti yang
sangat nyata akan kepalsuannya da’wah Mizra Ghulam Ahmad itu sebagai Almasih
yang dijanjikan?
Hadist nabi Muhammad yang diimani oleh
seluruh umat Islam, dengan tegas bahwa Almasih yang dijanjikan akan datang itu
namanya adalah ibnu Maryam, bukan Mizra Ghulam Ahmad.
V. Supaya Khalayak ramai yang
mengikuti pembahasan kami, antara saya (Hamran Ambrie) dengan A. Hasan Tou plus
Jemaat Ahmadiyah cabang Denpasar Bali mengetahui, dapat saya kabarkan bahwa:
1. Uraian saya tentang nubuat
kenabian Muhammad yang dikemukakan A. Hasan Tou dengan nats Ulangan 18:15 sudah
saya sanggah dengan mengemukakan 8 fakta penanggahan saya, oleh A. Hasan dkk.
Sama sekali tidak disanggah lagi.
2. Begitupun tentang analisa
Injil, tentang Kebanaran Alkitab. Pengertian Salib bagi Isa (as) dan Uraian
Tritunggal, sama sekali tidak disanggah.
3. Juga mengenai Almasih yang
dijanjikan, nubuat akhir jaman, masalah mansokh mukjizat Muhammad dan lain-lain
tidak tersanggah.
Saudara
seiman berdoalah, agar Rohulkudus menolong kita bersaksi, agar kebenaran iman
Kristiani nyata, dan mana Tuhan dipermuliakan hingga pada kesudahan alam.
Amin.
Jakarta, 25 Juni 1978.
1. QURAN SURAT AL FATIHAH
Komentar Sdr A. Hasan :
“Maka kesimpulan yang ditarik sdr.
Ambrie, seolah-olah Al Fatihah itu merupakan serangkum permohonan doa oleh Allah
yang satu kepada Allah yang lain, hanya lantaran bentuk “derecterede”dari surah
itu dan juga karena tidak didahului kata “Qul” adalah kesimpulan yang terlalu
naïf. Tidak sepantasnya seorang domine terperosok dalam pengertian sedungu itu.
Sayang!”
Demikianlah komentarnya Saudara A.
Hasan Tou.
Saudara yang kekasih:
Saya tidak pernah menyimpulkan
demikian. Cobalah saudara baca baik-baik sekali lagi. Kesimpulan itu adalah
kesimpulan saudara sendiri.
Saya hanya bertanya, bahwa kalau apa
yang tertulis dalam Quran itu memang merupakan Firman Allah, merupakan Sabda
Allah, dengan kata lain bahwa yang tertulis dalam Quran itu semuanya ucapan
Allah, dalam bentuk directerede maka:
-
Saya bertanya : Allah yang manakah
lagi yang di atas namakan oleh Allah itu sendiri, seperti Sabda Allah yang
tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 1 yang berbunyi
“Atas nama Allah
yang Pemurah lagi Penyayang”
-
Saya bertanya : Siapakah yang
dimaksud “Engkau” yang Allah sembah, seperti Sabda atau ucapan Allah yang
tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi: “Engkaulah yang
kami sembah dan kepada Engkau kami minta pertolongan”.
-
Saya bertanya : Kepada siapakah
permohonan doa Allah ini ditujukan, seperti Sabda atau ucapan Allah yang
tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 6 yang berbunyi: “Tunjukilah kami
jalan yang lurus”.
Pertanyaan-pertanyaan itu timbul
karena Quran itu adalah sabda Allah dalam bentuk directerede. Saudara sendiri
akui demikian bukan?
Seandainya Quran s. Al Fatihah ini
adalah sabda Allah dalam bentuk indirecterede, yaitu Sabda Allah yang disuruh
ucapkan orang lain, misalnya Nabi Muhammad merupakan indirecterede, yang selalu
dimulai dengn kata “Qul”, pastilah saya tidak akan bertanya lagi.
Uraian saudara yang panjang lebar
dalam halaman 16 ad. 19, adalah kalau Quran s. Al Fatihah itu dalam bentuk
indirecterede. Jadi jelaslah bahwa uraian Saudara itu bukanlah jawaban dari apa
yang saya tanyakan. Uraian Saudara itu nampak sekali hanya ingin lari dari
permasalahan yang sedang dibicarakan, yaitu pertanyaan-pertanyaan saya yang
pernah saya kemukakan seperti pada point a.b.c.diatas. saudara sudah akui bahwa
Quran s. Al Fatihah itu adalah dalam bentuk indirecterede form, artinya bahwa
yang tertulis dalam Quran s. Al Fatihah ayat 1, 5 an 6 itu memang ucapan Allah,
memang Sabda Allah, memang sabda Allah. Kenapa begitu susah untuk menjawabnya,
atau memang tidak bisa dijawab, atau jawaban serba salah, karena itu diperlukan
jawaban yang mengambang, seperti yang saudara kemukakan dalam MH.04 itu.
Apakah masih dapat saya harapkan
jawaban Saudara yang tuntas, atau pengakuan yang jujur saja bahwa Quran s. Al
Fatihah itu memang bukan firman Allah. Pokoknya tuntas, jangan ngambang.
Tetang Wahyu 10:1-2.
Mengenai Quran s. Al Fatihah ini,
Saudara A. Hasan mencoba mencari dalil penunjang kebenarannya kedalam Alkitab
yaitu Wahyu 10:1-2, yang ditafsirkannya sebagai penunjang kebenaran Quran s. Al
Fatihah. Alasannya demikian: Dalam Wahyu 10:1-2 itu terdapat kalimat “Kitab
Kecil yang terbuka”. Kata “terbuka” dalam bahasa Ibrani menurut pendapat A Hasan
disebut “Fatoah”, hingga identik dengan kata Arabnya “Fatihah”. Jadi lengkapnya
“Kitab Kecil itu Fatihah”, demikian maksud A. Hasan.
Lain
yang ditanya, lain pula yang dijawab.
Ya, tidak apalah. Karena sayapun maklum taktik
Saudara A. Hasan ini, sekedar untuk lari, bersembunyi untuk menghindar dari
permasalahan yang dibicarakan.
Dalil yang saudara kemukakan itu, menunjukkan
Saudara kehabisan akal, karena memang sudah tidak sanggup mengemukakan
argumentasi yang wajar dan sehat.
Apakah tidak lucu, kalau Saudara menyamakan kata
“Fatoah” itu dengan “Fatihah”. Itupun kalau memang benar kata terbuka itu dalam
bahasa Ibraninya fatoah. Kalau begitu bagaimana pendapat Saudara “seorang
penjahit” itu, sama juga artinya dengan “seorang penjahat”, karena hanya berbeda
satu huruf antara I dan a.
Yang benar saja Saudara A. Hasan. Cara
demikianlah apa yang Saudara katakana sendiri “asbun” alias asal bunyi. Kita
belajar bermain secara “fakta” mengadu argumentasi kebenaran, bukan main sulap,
bermain meraba-raba, main putar lidah ala pakrul-pakrilan.
Marilah kita adu argumentasi, agar kebenaran
dapat dinyatakan.
Makna Kitab Wahyu 10:1-2 yang sesungguhnya dapat
saya terangkan sebagai berikut:
-
Kitab Wahyu itu sendiri, adalah merupakan
Kitab nubuatan untuk akhir jaman (hari kiamat) dimana manusia dibangkitkan
untuk menerima pengadilan yang adil oleh Al-Masih yang dijanjikan. Jadi sama
sekali tidaklah untuk menubuatkan abad ke-6 atau masa 1300 tahun yang lalu.
-
Kitab Kecil yang terbuka itu, ialah yang
disebutkan juga “Kitab al-Hayat”, sebagaimana diterangkan dalam Wahyu
20:12, dan berdasarkan catatan Kitab Hayat itulah orang akan mendapat
keselamatan hidup yang Kekal. Tujuh guruh yang dimaksudkan itu adalah bunyi
dari sangkakala di hari kiamat itu, yaitu suatu hari di alam baqa, bukan alam
dunia yang kita berpijak saat ini.
Uraian diatas ini adalah berdasarkan Alkitab.
Apakah sekarang dapat Saudara fahami dengan baik?
2. MAKNA SALIB DAN PENEBUSAN DOSA
WARISAN
Masalah ini sebenarnya sudah saya uraikan
sebagiannya dalam brosur korr. Serie ke-7 bagian IV halaman 15 s/d 20. maka
uraian ini, Sdr. A. Hasan sama sekali tidak mengadakan sesuatu sanggahan, tetapi
dalam brosur MH. 04 masalah yang sama dikemukakan kembali.
Sebenarnya, kalau Saudara tidak puas atau
berpendapat lain dengan uraian pandangan saya, kemukakan sanggahan dengan
menunjukkan pemikiran-pemikiran yang sehat, dalil-dalil yang masuk akal,
argumentasi-argumentasi yang meyakinkan. Dengan cara demikian, akan dapat
melihat kepada kesudahan pembahasannya setingkat demi setingkat, hingga sampai
kepada satu kesimpulan.
Saya sangat senang sekali, kalau membaca
sanggahan Saudara yang kuat dan argumentis, hingga dapat menimbulkan keyakinan
saya, bahwa Saudara berada dipihak yang benar, atau secara terus terang dan
jujur, jika memang uraian saya itu tidak tersanggah, akuilah dengan hati yang
terbuka.
Sebab itu saya tunggu sanggahan Saudara yang
baik dan fair atau pengakuan yang jujur. Dan sementara itu baiklah saya teruskan
saja untuk memberi jawab atas uraian yang Saudara kemukakan terakhir ini sebagai
berikut:
Saudara A. Hasan Tou menulis:
“Maka lahirlah teori dogmatic tentang “penebusan
dosa warisan” lewat kematian Isa (as) di tiang salib, suatu doktrin yang sangat
asing dan tidak dikenal dimasa dini Kekristenan. Yang bertanggung jawab atas
penyimpangan total dari spectrum Tauhid rumpun Ibrahim itu adalah Paulus (d/h
Saul), seorang peranaka Yahudi yang sengaja menyusup kedalam persekutuan Kristen
untuk tujuan melumpuhkan roh sejati Jemaat Al-Masih itu dengan membiakkan
faham-faham kekafiran didalamnya”. (MH04-hal.9)
Sebagaimana terangkan diatas, uraian ini memang
sudah diuraikannya juga terdahulu, dalam MH04 hal. 11, dan sudah saya berikan
penjelasannya dalam brosur saya korr. 7 hal. 15 s/d 20, namun Saudara A. Hasan
Tou tidak singgung dan juga tidak menyanggahnya.
Makna “Salib dan Penebusan Dosa”, meskipun sudah
saya uraikan dalam brosur Korr. 7 halaman 15, dan tidak disanggah oleh Saudara
A. Hasan Tou dkk. Sebentar lagi akan saya uraikan kembali untuk lebih
menjelaskan.
Sebelum itu, baiklah sekarang saya akan
menguraikan dahulu makna Dosa Warisan, yang masih kurang difahami oleh
saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan Islam, diantaranya nampak
juga pada pribadi Saudara kita A. Hasan Tou dan anggota Jemaat Ahmadiyah umumnya.
Untuk membicarakan masalah Dosa Warisan ini,
haruslah kita lebih dahulu membedakannya dengan pengertian Dosa Perbuatan.
Adapun Dosa Perbuatan, ialah dosa yang diperbuat oleh masing-masing pribadi,
seperti dosa membunuh, menipu, mencuri dan sebagainya. Dosa perbuatan ini adah
menjadi tanggung jawab risiko masing-masing pribadi. Dosa perbuatan seorang bapa
tidak akan ditanggung oleh anaknya, begitupun dosa perbuatan seorang anak tidak
akan ditanggung oleh ayah-ibunya. Hal ini dapat kita baca dalam Kitab Yehezkiel
18:20 yang mengatakan bahwa “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak
tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat
kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya”. (Yehezkiel
18:20)
Adapun mengenai masalah Dosa Warisan, dapat
diuraikan sebagai berikut:
Kita semua tentu sudah sependapat (Islam dan
Kristen) bahwa Adam dan Hawa telah melakukan perbuatan dosa, melanggar larang
Allah mendekati dan memakan buah-nya pohon yang dilarang itu. Ceritera kejadian
ini dapat kita baca dalam Quran s. Al Baqarah 30-39, Q.s Al A’raf
11-20, Alkitab: Kejadian 2:15-17.
Untuk jelasnya, baiklah dibawah ini kita
salinkan saja ayat-ayat yang terpenting sebagai berikut:
Quran s. Al Baqarah:
35. Berkata kami: “Hai Adam! Tinggallah
engkau bersama perempuan engkau didalam Sorga (kebun), dan makanlah engkau
berdua buah Sorga itu dengan senang menurut kehendak engkau, dan janganlah
engkau berdua mendekati pohon kayu itu. Jikalau engkau mendekati niscaya
masuklah engkau kedalam golongan orang-orang aniaya.”
36. Maka diperdayakan keduannya oleh
setan, sampai dikeluarkan keduannya daripada kesenangan yang telah dapat oleh
keduannya. Berkata kami: Berangkatlah kamu sekalian! Antara kamu dengan lain
bermusuh-musuhan, dan bagi kamu tempat kediaman diatas bumi, disanalah tempat
kesenaganmu sampai mati.
Quran s. Al A’raf :
22. …. Kemudian Tuhan memanggil keduanya:
“Tidakkah Aku melarang engkau memakan buah kayu itu dan Aku katakan kepada
engkau bahwa setan itu musuh yang nyata bagimu?”
23. Keduanya menjawab: “Ya Tuhan kami!
Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan sekiranya Engkau tidak mengampuni
kesalahan kami dan belas kasihan, niscaya kami masuk golongan orang-orang yang
merugi.”
24. Allah berfirman kepada keduanya:
Turunlah kamu, setengah kamu dengan yang lain bermusuh-musuhan. Kamu boleh
tinggal diatas bumi dengan bersuka ria sehingga sampai ajalmu.
25. Firman Allah: Dibumi itulah kamu
hidup, dan disanalah kamu mati, dan dari padanya kamu keluar nanti (bangkit).
Alkitab : Kejadian 2:15-17:
“Maka TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara
taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas,tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
Alkitab: Kejadian 3:23 :
”Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden
supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.”
Alkitab: Kejadian 3:16 :
“Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu
waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan
melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa
atasmu.”
Kesimpulan ayat-ayat diatas:
-
Adam dan Hawa telah melakukan perbuatan dosa
pelanggaran di Sorga atau Taman Firdaus – Eden.
-
Karena dosa ini, keduanya dikeluarkan dari
Sorga/Taman Eden tersebut.
-
sebagai akibat dari dosa ini, maka selama Adam
dan keturunannya, yaitu kita-kita ini berada di dunia fana akan mengalami :
-
Datangnya maut (kematian rohani dan badani),
dan hilangnya kehidupan kekal di alam sorgawi (sebab jatuh kedalam dosa
terpisah dengan Allah).
-
Sebagai pengganti dari kehidupan kekal
sorgawi yang hilang itu, Adam dan Hawa seketurunannya (yaitu kita0kita ini)
diganti dengan kehidupan fana, hidup sementara dibumi dengan kematian (maut)
dan kebangkitannya kemudian di akhir zaman (kiamat) untuk mendapatkan
kehidupan kekal itu kembali di alam sorgawi (baca Quran 7:25).
-
Seketurunan Adam (kita-kita ini) akan timbul
permusuhan satu sama lainnya, sebagaimana diterangkan dalam Q. 7:24, Q.
2:36, Alkitab: Kejadian 4:8-11).
-
Selama di bumi alam fana ini akan
didatangkan juga tandingan-tandingan hidup bagi anak-anak Adam (keturunannya
ya kita-kita ini) dengan pendaya-pendaya setan, sehingga kehidupan kita
selalu dalam godaan (Q. 7:27, Kejadian 3:15).
Sebab akibat dari dosa Adam di Sorgawi/Taman
Firdaus-Eden tersebut, yang dikenal dengan sebutan “Dosa maut” yaitu hilangnya
kehidupan kekal dialam sorgawi itu, maka ganjaran yang Allah berikan kepada umat
manusia keturunan Adam hingga sekarang yang dapat kita rasakan, adalah apa yang
telah saya uraikan diatas bagian a, b, c, d dan e.
Dosa warisan yang berupa “maut” (kematian rohani)
yaitu hilangnya hak hidup kekal sorgawi itu, agar dapat dipulihkan kembali kekal
sorgawi, untuk itulah Isa (as) Al-Masih dilahirkan sebagai Juruselamatnya. Dosa
maut (kematian rohani) inilah yang menjadi beban penebusan Isa (as) dengan
kematiannya dipalang kayu salib itu. Makna penebusan, artinya rela menjadi
korban kedurhakaan orang-orang Yahudi, demi membela kebenaran untuk keselamatan
umat manusia, keselamatan saya dan Saudara.
Sedangkan akibat-akibat lainnya, seperti
kematian jiwa nafsiyah, kehidupan yang fana, permusuhan sesamanya, penderitaan
wanita waktu mengandung dan bersalin, godaan-godaan setan dan lain-lain sebagai
dosa warisan akibat kesalahan Adam itu tetap berlaku di alam fana ini sampai
pada kesudahan alam.
Kiranya uraian diatas ini dapat difahami tentang
pengertian Dosa Warisan itu, dan tidaklah dikacaukan dengan pengertian dosa
perbuatan Dosa Perbuatan pribadi kita masing-masing.
2.
Penebusan Dosa Warisan (Sambungan)
Kata-kata yang berbunyi: “Isa (as) mati dikayu
salib untuk menebus dosa kita semua” atau “penebus dosa warisan” masih merupakan
batu sandungan, yang sulit difahami oleh saudara-saudara kita non-Kristen, terutama dari golongan Islam, diantaranya nampak pada pribadi saudara-saudara
kita A. Hasan Tou dan anggota Jemaat Ahmadiyah.
Karena itu, adalah merupakan tugas kerohanian
bagi setiap orang Kristen pengikut Al-Masih untuk memberi jawab, menjelaskan
makna pengertian Salib yang menjadi puncak derita Isa (as) ini kepad setiap
orang, agar kesalah-fahaman sementara ini dapat dihindarkan.
Pada kesempatan ini, baiklah akan saya jelaskan
makna pengertian Salib kesengsaraan Isa (as) ini sebagai berikut:
-
Isa (as) datang, dilahirkan kedunia ini,
sebagai Firman Allah yang Hidup, untuk menyelamatkan dunia umat manusia dari
belenggu Kuasa Dosa, sebagaimana disebutkan Injil Yohanes 3:16 “Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia telah mengaruniakan Putera-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal.”
-
Isa (as) berusaha agar setiap orang menyembah
Allah dengan kebenaran, sebagaimana juga dijelaskan dalam Injil Yohanes 4:24
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan
kebenaran.” Begitupu Injil Matius 4:10 mengetakan “Maka berkatalah Isa (as)
kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
-
Isa (as) menyerukan, agar Hukum Taurat dan
kitab nabi-nabi itu disempurnakan, sebagaimana juga Isa (as) mengamarkanNya,
termuat dalam Injil Matius 5:17 : "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”
-
Dalam Injil Markus 12:29-31 tertulis demikian: “Jawab Isa (as): "Hukum yang
terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu
ESA.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua
ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain
yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”
Dalam Injil Matius 7:12 ada tertulis demikian:
“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
5. Jalan untuk mencapai kebenaran itu semua dan
mendapat keselamatan kekal abadi itu. Isa (as) mengatakan: “Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa, kalau
tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
“Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.” (Yohanes 14:12)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka
mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Isa (as) Al-Masih
yang telah Engkau utus.”(Yohanes 17:3)
“Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:16)
Semua pekerjaan Isa (as) untuk menyeru umat manusia agar
memperoleh keselamatan pengampunan dosa, juga supaya mendapatkan hak hidup kekal
di alam sorgawi itu yang terhilang oleh perbuatan dosa Adam supaya dipulihkan
kembali oleh pihak penguasa Imam-imam Yahudi dikala itu, Isa (as) dipersalahkan,
dan Dia dihukum, dengan suatu hukuman yang cukup mengerikan, yaitu mati diatas kayu
palang (salib).
Dengan demikian, mengertilah kita makna
pengertian Salib yang dialami Isa (as) Al-Masih itu, tidaklah lain daripada
akibat pengajaranNya, akibat da’wahNya, untuk menyelamatkan kita umat manusia
dari kuasa dosa, agar kita semua dapat hidup kekal di alam baqa sorgawi. Sesuai
dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan umat dunia ini.
Isa (as) telah menderita mati di kayu salib,
demi untuk keselamatan kita semua, supaya kita mendapatkan hak hidup kekal
kembali dialam sorgawi, Isa (as) telah menjadi korban, telah menjadi binasa
akibat aktivitas da’wahNya, demi untuk keselamatan hidup kekal kita. Isa (as)
telah jadi korban aktivitas menebus dosa warisan Adam yang menyebabkan hilangnya
kehidupan kekal alam sorgawi itu.
Isa (as) telah menderita dikayu Salib, karena
aktivitasNya untuk membebaskan kita semua dari belenggu Kuasa Dosa yaitu segala
pengajaran sesat duniawi.
Uraian yang panjang menggambarkan aktivitas
penyelamatan Isa (as) inilah menjadi suatu simbul ungkapan dalam kata-kata “ISA
(AS) MATI DIKAYU SALIB UNTUK MENEBUS DOSA KITA SEMUA”.
3. KEWAFATAN DAN KEBANGKITAN
SAYIDINA ISA (AS) AL-MASIH
Kematian Isa (as) Al-Masih dikayu Salib, dan
pada hari ketiga Dia telah bangkit diantara orang mati secara real -yaitu
benar-benar dan sesungguhnya, kebangkitan jasmaniah yang telah dipermuliakan, dapat dilihat dan diraba seluruh tubuh-Nya,
serta bukti bekas luka pada tangan dan kakiNya. (Lukas 24:36-40)
Selama 40 hari dalam masa kebangkitanNya, hingga
sampai pada kenaikanNya, selalu menyertai murid-muridNya dalam pekerjaanya
memberikan keselamatan.
Injil Salib. Kematian dan Kebangkitan ini,
merupakan intisari kesaksian Gereja, dan merupakan puncak iman Kristen.
Sebaliknya merupakan “duri dalam daging” bagi golongan Islam, lebih-lebih bagi
sekte Islam Jemaat Ahmadiyah yang begitu gigih menyerang iman Kristen ini, yang
seharusnya tidaklah perlu ada perasaan demikian. Dan karenanya selalu diusahakan
mengadakan sanggahan-sanggahan, dengan mengajukan sangkalan-sangkalan dengan
segala cara, agar kejadian yang ajaib ini tidak berakar dan tidak tersebar luas,
dan akhirnya mereka harap peristiwa ini tidak dipercayai. Injil yang
memberitakan Salib dan Kebangkitan ini dibantah, ditolak agar tidak berkembang
dan matilah seluruhnya.
Sebab itu pada kesempatan ini, saya khususnya
untuk memberi jawab dari pihak-pihak yang menyangkal kebenaran berita Salib,
Kematian dan Kebangkitan serta Kenaikan (Mikraj) Isa (as) Al-Masih.
Jawaban ini hendak saya bagi dua, yaitu pertama
hendak saya tujukan kepada golongan Islam umumnya, dan kedua khusus kepada
golongan sekte Islam Jemaat Ahmadiyah.
Bagi golongan islam umumnya, yaitu yang
berpegang kepada nats Quran, biasanya mereka mengemukakan sebuah ayat Quran s.
An Nisa 157 dan 158.
Kalau dari golongan Islam umumnya dengan
berdasarkan Quran tersebut menyangkal bahwa yang wafat dikayu salib itu adalah
Sayidina
Isa (as), melainkan orang lain yang diserupakan, yaitu "Yahusa", maka pihak
Ahmadiyah (salah satu sekte dalam agama Islam) membenarkan dengan yakin, bahwa
yang disalib itu adalah memang benar Isa (as), tetapi ia tidak mati, melainkan
hanya pingsan saja.
Baiklah kita pelajari kedua macam teori
penyangkalan ini, agar dapat kita bahas seperlunya. Patut diterangkan, bahwa
pembahasan ini bukanlah berarti bahwa saya kurang yakin akan kebenaran Alkitab.
Bukan demikian. Malah saya ingin membuktikan kepada mereka (dari pihak Islam dan
Ahmadiyah), bahwa teori mereka ini tidak dapat dipertahankan kebenarannya, dan
karenanya tujuan mereka untuk mengoyahkan iman Kristen itu tidak akan berhasil.
Saya, bahkan setiap orang Kristen, berkewajiban
memberi jawab secara baik, lemah-lembut yang dapat diterima oleh setiap orang
yang mau berfikir secara wajar dan jujur demi kebenaran.
Jawaban atas sangkalan
Sekarang mari kita mulai memeriksa sangkalan
pihak Islam ini.
Pertama-tama, baiklah saya kutipkan saja nats
Quran s. An Nisa 157 dan 158 yang menjadi dasar pnyangkalan mereka itu, yang
berbunyi demikian:
“dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami
telah membunuh Almasih Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang
yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan-penyaliban) Isa, benar-benar dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu, mereka mempunyai keyakinan tentang siapa
yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula)
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah
telah mengangkat Isa kepadaNya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
Dari keterangan nats Quiran ini, dapat kita
tarik suatu pengertian bahwa:
-
Memang telah terjadi peristiwa sesorang telah
disalib dan mati. (bukan pingsan menurut teorinya penyangkalan Ahmadiyah).
Tetapi tidak dipastikan siapa yang mati itu. Quran menyangkal bahwa yang mati
itu adalah Isa Almasih (Isa (as) Al-Masih). Ada yang mengatakan behwa yang
disalib itu adalah Yahuza atau yudas.
-
Menurut Quran itu juga dikatakan bahwa
orang-orang Yahudi memang mengatakan dengan yakin, bahwa sesungguhnya mereka
itu telah “membunuh atau menyalib” Isa (as) itu.
Sekarang kita harus mencari keterangan yang
menyakinkan, siapa sebenarnya yang disalib dan mati itu. Untuk mendapatkan
keterangan ini, kita harus mencari suatu dokumentasi sejarah, atau suatu
kesaksian dari seseorang atau beberapa orang yang melihat dengan mata kepalanya
sendiri akan peristiwa ini terjadi.
Dalam hal ini, adalah Alkitab, yang merupakan
dokumentasi sejarah yang otentik, yang terbuka dapat menjadi bahan informasi
penyelidikan kita dalam masalah ini.
-
Saksi pertama.
Cerita mengenai Isa (as) di kayu salib ini
terdapat didalam keempat injil, yaitu: Injil Matius 27:35-38; Injil Markus
15:25-28; Injil Lukas 23:35-38 dan Injil Yohanes 19:18-24.
Kesaksian dari keempat penulis Injil ini adalah
merupakan bukti sejarah yang nyata tenyang kematian Isa (as) dikayu salib itu.
Disamping itu dari keempat penulis injil ini,
masih terdapat banyak orang-orang lain yang menyaksikan peristiwa itu terjadi
dengan mata kepala mereka sendiri. Kesaksian dengan mata kepala sendiri ini,
adalah kesaksian yang sah dan dapat diterima dan benar. Kalau kita berpijak
kepada ketentuan hokum, bahwa kesaksian 2 atau 3 orang sudah cukup untuk
meneguhkan bahwa sesuatunya itu sebagai hal yang benar secara hokum. (Ulangan
17:6-7). Sebab itu kesaksian dari 4 penulis Injil ini tentang benarnya terjadi
Isa (as) disalib dan mati, adalah merupakan kesaksian yang benar dan sah serta
menyakinkan kebenarannya dapat dipercaya, dibandingkan dengan kesaksian Al-Quran
yang ditulis sesudah 6 abad kemudian dengan dugaan-dugaan yang tidak meyakinkan.
-
Bukti kedua.
Dalam ayat Al-Quran itu sendiri dikatakan:
“Sesungguhnya kami (orang-orang Yahudi) telah membunuh Almasih, Isa Ibnu Maryam”.
Kalimat ini berisikan pemberitahuan yang
sungguh-sungguh, tidak diragukan, bahwa yang disalibkan itu adalah Isa (as),
bukan orang lain. Hal ini sesuai dengan keterangan Matius 27:16-17 yaitu waktu
itu orang-orang Yahudi ditawari memilih: Isa (as) disalib ataukah Barnabas
penjahat yang dipenjara itu dibebaskan. Orang-orang Yahudi memilih Isa (as)
disalib.
-
Bukti ketiga.
Setelah Isa (as) dinyatakan mati oleh kesaksian
kepala Pasukan maka Jusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta
mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan. (Markus 15:42-46)
Seandainya yang diturunkan dari kayu salib itu
bukan Isa (as), pastilah Jusuf Arimatea menolaknya atau memberi keterangan
ketidak benaran itu.
-
Bukti keempat
Orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius
Pilatus supaya kuburan dimana Isa (as) dikuburkan agar dijaga. Permintaan itu
dikabulkan. (Matius 27:62-66)
Seandainya yang dikuburkan itu adalah orang
lain, bukan Isa (as), tidaklah mungkin orang-orang Yahudi mrnjagai kuburan
tersebut, karena Isa (as) pernah mengatakan bahwa pada hari ketiga Ia akan
bangkit (hidup) kembali.
-
Bukti kelima.
Seandainya yang disalibkan itu, bukan Isa (as)
sendiri, tidaklah mungkin Ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh “kasih”
sebagai aslinya tabiat Isa (as), yaitu: “Bapa, ampunilah mereka sebab tidak
diketahuinya apa yang diperbuatnya” dan kalimat “Sudah Genap” (Te-telestai). Ini
bukti yang membuktikan bahwa yang disalib dan mati itu, tidaklah lain daripada
Isa (as) Al-Masih itu sendiri.
-
Bukti keenam.
Seandainya yang disalib dan mati itu bukan Isa
(as), tidaklah mungkin murid-murid Isa (as) berani berkotbah ditengah-tengah
bangsa Yahudi, sebagai kesaksian bahwa yang disalib dan mati dikayu salib itu
adalah Isa (as) dan telah bangkit (hidup kembali), dengan rersiko yang sangat
besar, yaitu akan dihukum mati oleh penguasa-penguasa Yahudi.
Dalam Khotbahnya Petus telah menyatakan:
“Hai orang-orang Israel, dengarkanlah perkataan
ini: Yang aku maksudkan ialah Isa (as) dari Nazaret, seorang yang telah
ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan
mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantara Dia
ditengah-tengah kamu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya,
telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi
Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan dia dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” (Kis. 2:22-24)
Ini adalah khotbah Petrus disertai oleh 10
rasul-rasul lainnya -para Hawariyun Sayidina Isa, di Yerusalem ('Baitulmaqdis'), pusatnya penguasa imam-imam Yahudi. Dalam
khotbahnya di Serambi Salomo, sekali lagi Salomo mengatakan:
“Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang
kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini
berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan
Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Isa (as) yang
kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia
harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta
menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada
hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.” (Kis. 3:12-15)
Dari sekian banyak adanya bukti-bukti yang
menyakinkan ini maka tanpa ragu kita dapat memastikan bahwa “orang yang
disalibkan dan mati itu adalah Isa (as)”, bukan orang lain, bukan Yudas atau
Yahuza. Sedangkan Yudas tidaklah mati disalib, melainkan ia mati karena bunuh
diri. (Kis.1 :18)
Sebab itu dapat saya simpulkan dengan yakin,
bahwa keterangan penyangkalan Quran s. an Nisa 157-158, sama sekali tidak ada
kekuatan untuk diterima kebenarannya, bahwa yang disalib dan mati itu bukan
SayidinaIsa
(as).
Teori sangkalan Ahmadiyah
Teori penyangkalan Ahmadiyah berbeda dengan
penyangkalan Quran, meskipun golongan Ahmadiyah mengakui kitab Quran itu adalah
juga Kitab Suci-nya golongan Ahmadiyah. Golongan Ahmadiyah membenarkan dengan
yakin bahwa orang yang disalib itu memang Isa (as), tetapi ia tidak mati
melainkan hanya pingsan. Kemudian sesudah Isa (as) sadar dari pingsannya,
mengembara ke Khasmir. Ia meninggal dunia dalam usia 120 tahun dan dikuburkan di
Srinagar (Kashmir).
Menurut pendapat saya, bahwa bagi seorang Muslim
yang baik, pasti lebih percaya kepada keterangan Quran suci, daripada keterangan
Mirza Ghulam Ahmad.
Kalau saya ingin mengambil jalan tengah,
misalnya: Quran mengatakan: memang ada orang yang disalib serupa Isa (as) dan
mati, tetapi bukan Isa (as).
Mirza Ghulam Ahmad menyatakan: Memang yang disalib itu Isa
(as), tetapi tidak mati hanya pingsan.
Ambil tengah: Isa (as) memang disalib (Mirza)
dan memang mati (Quran).
Sekarang yakinlah: Isa (as) telah wafat diatas kayu
salib. Pada hari ketiga telah bangkit diantara orang mati.
Menurut teori lain dari kalangan Ahmadiyah ini,
baik juga kita soroti alasan mereka yang dikutip dari Risalah “At Tajdid fil
Islam” jilid III oleh Ali Yasir, sebagai berikut:
-
Alasan pertama.
“Nabi Isa a.s. dipentang hanya beberapa jam saja
(Markus 15:125, Yahya 19:14), padahal mati disalib itu makan waktu yang lama
sekali.”
Sanggahan: Dalam alasan mereka yang pertama ini,
jelaslah sekali tidak ada sesuatu argumentasi yang dapat meyakinkan. Sangkalan
mereka hanya didasarkan dugaan saja. Tentang lamanya kematian seseorang dalam
kesengsaraan salib sifatnya adalah relatif. Kematian Isa (as) dikayu salib
dibuktikan atas kesaksian seorang kepala lasykar. (Markus 15:44-45). Sebab itu
alasan penyangkalan Ahmadiyah ini, sama sekali tidak mempunyai nilai kebenaran.
-
Alasan kedua.
“Ketika rusuk Nabi Isa a.s. ditusuk oleh seorang
lasykar Rumawi dengan tombak mengalirkan darah dan air (Yahya 19:34), darah dan
air suatu bukti bahwa Isa a.s. belum mati.”
Sanggahan: Untuk menjawab alasan penyangkalan
mereka ini, baiklah kita dengarkan saja keterangan seorang ahli, yaitu
dokter-tokoh yang termasyhur karena menemukan penggunaan cholorform sebagai obat
bius. Dokter itu adalah Sir James Simpson dari Edinburgh, telah menulis suatu
keterangan dimana ia menunjukkan bahwa dipandang dari sudut ilmiah, Isa (as)
mati oleh karena apa yang dinamakan oleh para ahli kedokteran: ‘Desakan darah
pada jantung’. Bisa seorang meninggal dunia dalam keadaan seperti ini lengannya
direntangkan selebar-lebarnya serta keluarlah suatu teriakan dan dinding
jantungnya pecah sehingga darah mengalir kedalam kantung jantung (kantung yang
membungkus jantung) dan menghalangi jantung untuk menguncup. Darah yang tinggal
didalam kantung itu kemudian akan memisahkan menjadi serum (air darah) dan
endapan (butir-butir darah merah) (Pdt. M.H. Finlay-Kepercayaan Orang Kristen,
hal. 35).
Ini adalah keterangan dari segi Ilmu Sains
Kedoktoran, yang sama sekali bebas dari pengaruh Agama.
Rasul Yohanes, bukanlah seorang ahli ilmu
pengetahuan kedoktoran. Ia hanya menulis secara teliti apa yang ia telah lihat
pada saat peristiwa penyaliban Isa (as) itu, dan mungkin sekali tanpa ia sadari
bahwa apa yang ia tulis itu akan menjadi bahan penelitian pada 20 abad kemudian
dan menjadi bukti “kebenaran” pula. Yohanes hanya mengatakan: “mengalir keluar
darah dan air”. Dia tidak mengatakan darah yang mengalir itu dari
pembuluh-pembuluh darah sebagaimana layaknya orang yang masih hidup, melainkan
darah dan air dari lambungnya (kantung yang membungkus jantung). Sungguh,
sangkalan mereka ini malah meyakinkan akan kebenaran Alkitab.
-
Alasan ketiga.
“Nabi Isa a.s. tidak dikubur seperti dua
penjahat melainkan dirawat oleh salah seorang muridnya yang setia, yang merawat
dengan baik dan menguburkan beliau didalam kuburan batu yang luas dan kubur itu
hanya ditutup dengan batu (Markus 15:46), tiga hari kemudian tempat batu penutup
itu sudah terbongkar (Markus 16:4). Hal ini tidak akan terjadi jika Nabi Isa
bangkit secara gaib.”
Sanggahan: Alasan penyangkalan Ahmadiyah yang
ketiga ini tepat dikatakan “sangkaan”, bukan alasan argumentasi yang meyakinkan.
Untuk mencari kebenaran tidak ada alasan untuk mengemukakan “sangkaan atau
duga-dugaan” saja, tetapi dibutuhkan pembuktian, baik pengakuan yang merawat
atau kesaksian melihat ia dirawat dari apa yang dikatakan hanya pingsan itu.
-
Alasan keempat.
“Tatkala Maryam Magdalena hari yang ketiga
melihat Nabi Isa a.s. disangkanya seorang jurutaman (Yahya 20:15), hal ini
menunjukkan bahwa Nabi Isa a.s. menyamar sebagai jurutaman.”
Sanggahan: Ayat ini bukanlah alasan sangkalan
bahwa Isa (as) hanya pingsan – tidak mati. Ayat tersebut, adalah menunjukkan Isa
(as) sudah bangkit hidup kembali dari kematiannya. Inilah penampakkan Isa (as)
pertama kali dari Kebangkitannya yang sudah dikatakan terlebih dahulu sebelum
masa sesangsaraNya dikayu salib. Jadi jelaslah bahwa ayat ini tidak menjadi
bukti sebagai alasan penyangkalan kematian Isa (as), melainkan menjadi bukti
dari KebangkitanNya diantara orang mati.
-
Alasan kelima.
“Murid-murid Nabi Isa a.s. melihat beliau dengan
badan jasmani yang sama dan luka-luka beliau masih ada, sehingga Thomas dapat
mencocokan tangannya kedalamnya. (Lukas 24:19-40; Yahya 20:27)
Sanggahan: Samalah juga halnya dengan alasan
yang keempat. Ayat inipun bukanlah “alasan sangkalan” bahwa Isa (as) itu hanya
pingsan tidak mati. Ayat ini adalah menunjukkan bahwa Isa (as) telah bangkit
hidup kembali dari kematianNya. Jadi jelaslah bahwa alasan kelima inipun tidak
kena mengena pada sasaran yang dimaksudkan.
-
Alasan keenam.
“Beliau masih merasa haus dan lapar
dan makan” (Lukas 24:39-43; Yahya 21:5-13).
Sanggahan: Alasan keenam inipun tidak mengena
untuk menyatakan bahwa “Isa (as) hanya pingsan, tidak mati”. Ayat yang
dikemukakan sebagai alasan ini, adalah ayat yang menunjukkan kebangkitan Isa
(as) dari kematianNya. Alasan keenam ini jelas tertolak.
-
Alasan ketujuh.
“Nabi Isa pergi ke Galilea dengan dua orang
murid-Nya sambil berjalan berdampingan. (markus 28:10). Hal ini menunjukkan
bahwa beliau mengungsi untuk mencari keselamatan”.
Sanggahan: Nats yang dikemukakan Ahmadiyah
inipun adalah nats Kebangkitan Isa (as) dari kematianNya. Sama sekali tidak
kena-mengena dengan penyangkalan atas kematianNya dikayu salib itu.
-
Alasan kedelapan.
“Sebelum ditangkap ditaman Getsemani beliau
berdoa sepanjang malam supaya diselamatkan dari mati terkutuk pada kayu salib
dan minta kepada murid-muridNya supaya berdoa baginya. (Markus 14:36; Matius
26:39). Doa itu dikabulkan, sehingga perkara itu lebih terang lagi (Ibrani 5:7).
Sebab orang dalam kesengsaraan itu dikabulkan. Lebih-lebih doa hambaNya yang
suci”.
Sanggahan: Isa (as) berdoa agar kehendak Allah
itu saja yang jadi, bukan kehendaknya sebagai manusiawi. Dalam Ibrani 5:7 maut
yang dimaksudkan adalah “kematian rohani”. Dikayu salib, Isa (as) membuktikan,
bahwa Di telah mengalahkan “maut” ini. Dia tetap berserah menurut kehendak
Allah, Bapa, Kehendak Allah itu, trelah dinubuatkan oleh para nabi-nabi
terdahulu, bahwa Al-Masih itu akan merasa sengsara. Bahkan penyaliban itupun
telah dinubuatkan oleh nabi Daud, kira-kira 1000 tahun sebelumnya (Mazmur
22:17). Kematian dan penguburannya, dinubuatkan juga oleh nabi Yesaya kl. 700
tahun sebelum Masehi (Yesaya 53:9).
Dengan penyerahan yang sempurna itulah Isa Al-Masih (as)
telah bersahut: “Sudah digenapi”. Apa yang telah digariskan untuk dijalaniNya sebagai
Hamba Allah yang terpilih, sudah digenapi. Jadi alasan kedelapan Ahmadiyah
inipun, bukanlah menunjukkan bukti bahwa Isa (as) tidak mati disalib (pingsan),
tidaklah kena sasarannya, malah menunjukkan sebaliknya, bahwa ter-Salib Isa (as)
dan mati, telah merupakan penggenapan nubuat para Nabi terdahulu. Sudah Genap.
Tetwlestai.
-
Alasan kesembilan.
“Beliau sendiri telah meramalkan bahwa Anak
Manusia (Nabi Isa) akan ada didalam hati bumi tiga hari tiga malam lamanya (Matius
32:38-40). Kalaubeliau telah wafat diatas tiang Salib, ramalam beliau pasti tak
akan terjadi.”
Sanggahan: Memang, jika yang mati itu adalah
Mirza Ghulam Ahmad, pasti ramalan demikian tidak terjadi. Tetapi Isa (as) bukan
seperti Mirza Ghulam Ahmad dan kematianNya tidaklah takluk dibawah hukum
manusiawi, mati tidak berbangkit kembali. Isa (as) sebagai manusia Ilahiyat, Dia
mati bukan untuk mati, tetapi untuk hidup kembali.
-
Alasan kesepuluh.
“Dr. J.G. Bourne seorang ahli didalam mengenakan
obat-obat lali (anaesthetics) The Sunday Times 24 Januari 1965 (London) menulis
tentang penyaliban Nabi Isa sebagai berikut: “Biasanya pembicaraan tentang
kebangkitan itu berpangkal pada bukti-bukti dari sejarah (yang pada umumnya
sekarang telah diakui kebenarannya), yang berkenaan dfengan peristiwa-peristiwa
tentang Isa (as) meragukan wafatnya yang benar-benar itu boleh jadi dianggap
bertentangan dengan faham resmi, akan tetapi ada alasannya maka orang
beranggapan bahwa Isa (as) sesungguhnya pingsan pada kayu salib itu, dikira
sudah wafat dan sadar kembali dari pingsannya setelah beberapa lama dalam
keadaan pingsan.”
Sanggahan: menjawab keterangan diatas – lepas
benar tidaknya ada tulisan tersebut dipublish – maka perlu ditegaskan bahwa
dalam keterangan Dr. J.G. Bourne itu bukanlah merupakan “visum et repertum” (surat
keterangan kelukaan atau kematian menurut ilmu kedokteran), ia hanya
mengemukakan “biasanya”… “meragukan” … “dianggap”. Semuanya menunjukkan tidak
ada kepastian. Apalagi kesaksian seorang yang serba tidak pasti demikian dapat
dipercaya? Karena itu, alasan inipun bukanlah suatu argumentasi yang bernilai
meyakinkan.
Kesimpulannya untuk membantah dari semua
sangkalan Ahmadiyah ini, kita harus kembali kepada fakta sejarah. Memeriksa
kesaksian-kesaksian yang melihat sendiri. Dokumen kesaksian ini terutama untuk
umum, yaitu keempat injil yang terdapat dalam Alkitab. Dari kesaksian-kesaksian
yang telah dikemukakan oleh penulis-penulis Injil yang menyaksikan dan melihat
peristiwa penyaliban itu, tidak ada seorangpun yang mengatakan ketika Isa (as)
diturunkan dari tiang salib itu dalam keadaan pingsan, tetapi semua mengatakan
sayidina
Isa (as) telah wafat, lebih 2,000 tahun dahulu.
Kesaksian mereka jauh lebih bernilai daripada
kesaksian yang diusahakan oleh Ahmadiyah sesudah 20 abad kemudian dari peristiwa
itu terjadi.
3. SAYIDINA ISA
(AS) TELAH HIDUP KEMBALI
DAN SUDAH
BANGKIT DARI ANTARA ORANG MATI
Pada hari ketiga sesudah kematiannya dikayu salib itu Isa (as) Al-Masih telah
bangkit – hidup kembali – diantara orang mati secara real, kebangkitan badani
yang sudah dipermuliakan
(Filipi 3:21), yang dapat dailihat dan diraba seluruh
tubuhnya.
Isa (as) tidak akan dikatakan “Hidup Kembali” (dengan istilah Quran dikatakan
Ub’asya hayya), sehiranya dia tidak mengalami “kematian” yang real terlebih
dahulu.
Jadi kebangkitan “Hidup Kembali” ini disokong kebenaran oleh Quran, dengan kata
“Ub’asyu Hayya”. (Quran s. Maryam 33).
Kesaksian-kesaksian mata yang dapat dikemukakan sebagai bukti yaitu:
-
Isa (as) menampak diriNya kepada Maria
Magdalena. (Yohanes 20:11-18; Markus 16:9).
Pertama-tama kali dari kebangkitanNya, Isa (as) menampakkan diriNya kepada Maria
Magdalena, yaitu seorang perempuan yang pernah disembukan Isa (as) dari kerasuka
7 setan. Magdalena yang tadinya sudah lupa akan janji Isa (as), telah bangkit
dan penuh harap, dan pergi memberitakan kesaksiannya ini kepada murid-murid Isa
(as).
-
Isa (as) menampak DiriNya kepada permpuan lain.
(Matius 28:8-10; Lukas 24:10).
Pada hari pertama kebangkitan itu, selain Isa (as) menampakkan diriNya kepada
Maria Magdalena, juga kepada permpuan lain. Menurut Lukas yang ikiut serta
Magdalena, adalah Yohana, Maria Yakobus.
-
Isa (as) menampakkan diriNya pada Kleopas dan kawan-kawan di
jalan Emaus. (Lukas 24: 13-33; Markus 16:12-13).
Untuk yang ketiga kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 2 orang muridnya
dijalanan menuju Emaus, kira-kira sejauh 7 mil dari Yerusalem.
-
Isa (as) menampakkan DiriNya kepada Simon Petrus.
(Lukas 24:34; 1 Kor. 15:5).
Kedua murid Isa (as) yang telah bertemu denganNya dijalan Emaus itu kembali ke
Yerusalem, dan langsung menemui murid-murid Isa (as) lainnya. Mereka sedang
berkumpul bersama-sama. Kata mereka: “Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah
menampakkan diriNya kepada Simon.” Lalu kedua orang itupun menceritakan juga
pengalamannya di jalanan menuju Emaus, dan bagaimana mereka mengenal Dia pada
waktu Ia memecah-mecahkan roti.]
-
Isa (as) menampakkan diri-Nya kepada semua muridNya, kecuali
Tomas, karena tidak hadir. (Luk. 24:36-49; Yoh.
20:19-23).
Dalam suatu ruangan yang terkunci, murid-murid Isa (as), kecuali Tomas absen,
sedang bercakap-cakap tentang kebangkitan Isa (as). Tiba-tiba Isa (as) berdiri
ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu.”
-
Isa (as) menampakkan diriNya yang keenam kalinya dihadapan
11 murid-muridNya. (kini termasuk Tomas). (Yohanes
20:26-29; Markus 16:14-18).
Untuk yang keenam kalinya Isa (as) menampakkan diriNya kepada 11 orang
murid-muridNya, kini termasuk Tomas. Sebelumnya waktu Tomas mendapat kabar bahwa
murid-murid Isa (as) lainnya sudah melihat Isa (as), Tomas sendiri masih belum
percaya. Tomas waktu itu berkata: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya
dan sebelum aku mencucukkan jariku kedalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku kedalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” (Yohanes
20:25).
Delapan hari kemudian murid-murid Isa (as) berada kembali dalam rumah itu dan
Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Isa (as)
datang dan Ia berdiri ditengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi
kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu disini dan lihatlah
tanganKu, ulurlah tanganmu dan cucukkan kedalam lambungKu dan jangan engkau
tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab: ‘ya Tuhanku dan
Allahku.” Kata Isa (as) kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau
percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
-
Isa (as) menampakkan diri kepada murid-muridNya dipantai
danau Tiberias. (Yohanes 21:1-14).
Dipantai ini telah berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari
Kana yang di Galilea, putera Zebedeus dan dua orang MuridNya yang lain. Dan
merekapun makan bersama-sama Isa (as).
-
Isa (as) menampakkan diriNya kepada umum dapat disaksikan
oleh lebih dari 500 orang. (1 Korintus 15:6).
Penampakkan Isa (as) yang kedelapan kalinya sesudah KebangkitanNya dihadapan
umum dapat dilihat dan disaksikan oleh lebih dari 500 orang, adalah merupakan
pukulan atas mereka yang kurang percaya atau masih ingin menyangkal kekebaran
akan kebangkitan Isa (as) sesudah mengalami masa kematiannya selama 3 hari 3
malam dalam kubur. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hokum, bahwa kesaksian
dua atau tiga orang sudah cukup meneguhkan sesuatunya “benar”, apapun pula
dihadapan saksi mata sebanyak lebih dari 500 orang sekaligus.
-
Isa (as) menampakkan diriNya kepada Yakobus.
(1 Korintus 15:7)
Penampakan Isa (as) yang kesembilan kalinya ini secara pribadi
kepada Yakobus, tidak disebutkan secara terperinci dalam Alkitab, diman dan
peristiwa apa.
-
Isa (as) kembali menampakkan diriNya kepada
11 murid-muridnya di Galilea dengan satu Amanat Agung.
(Mat. 28:16-20).
Penampakkan Isa (as) yang ke-10 kalinya kepada 11 orang murid-muridNya ditandai
dengan suatu Amanat Agung: “KepadaKu telah kuberikan kuasa di Sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman.”
-
Isa (as) menampakkan diriNya kali terakhir kepada 11
murid-muridNya didekat Betania. (Lukas 24:50-52; Kis.
1:4-11).
Penampakkan Isa (as) yang ke-11 kali, sebagai penampakan yang terakhir sebelum
kenaikanNya ke Sorga kepada 11 orang murid-muridNya, terjadi di bukit Jaitun.
Untuk peristiwa ke-11 kali ini, Lukas menulis kesaksiannya sebagai berikut:
“Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Isa (as), sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia
telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.
Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan
dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh
hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang
Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia
melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ
menantikan janji Bapa, yang - demikian kata-Nya - "telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis
dengan Roh Kudus.
Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: “Tuhan, maukah Engkau pada masa
ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu mengetahui
masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Sesudah
Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan
menutup-Nya dari pandangan mereka.” (Kis.1:1-9)
Sangkalan terhadap Injil
Kebangkitan
Sebagaimana juga halnya dengan penyangkalan terhadap Injil Salib,
maka terhadap Injil Kebangkitan inipun tidak sunyi, terutama dari pihak Yahudi
di abad pertama ini, yang
diungkapkan dalam teori pencurian hayat.
Dari pihak Islam, mengenai Kebangkitan ini
mereka tidak menyangkal, meskipun dengan cara yang berbeda. Sedang dari golongan
Ahmadyah, tidak meyangkal Isa (as) di Salib, tetapi
meyangkal kematiannya di
kayu Salib. Isa (as) dianggap oleh golongan ini hanya mengalami pingsan saja (tiak
sampai mati), kemudian sadar, mengembara ke Kashmir dan meninggal di
sana dalam
usia 120 tahun. (Uraian mereka ini, pada halaman berikutnya akan saya sanggah
keterangannya).
Memang, Kebangkitan Isa (as) diantara orang mati, adalah merupakan
intisari pusat kepercayaan iman Kristen. Seandainya kebangkitan itu tidak ada,
maka iman Kristen itu hanyalah
merupakan iman yang kosong, yang tidak mempunyai
pengharapan yang meyakinkan. Kesaksian murid-murid Isa (as)pun hanyalah
merupakan kesaksian khayalan belaka, dan iman
Kristen itu tidak akan sanggup
berdiri hingga sekarang ini, karena sudah tidak mempunyai harapan apa-apa.
Tetapi, syukurlah! Bahwa Isa (as), bukan mati hanya untuk mati abadi,
melainkan untuk hidup kembali, bangkit diantara orang mati.
Andaikata Isa (as) ini mati untuk selama-lamanya, untuk apa kita
berbakti kepada orang mati. Untuk apa kita mengangkat orang mati sebagai
Juruselamat. Untuk apa kita meminta
syafaat kepada orang mati. Dan untuk apa
kita dibaptiskan atas nama orang mati. Untuk apa kita ber-Tuhan-kan orang mati.
Tetapi kita sekarang beragama dengan pengharapan. Kita mempunyai
Juruselamatyang Hidup, memiliki iman berdasarkan Kasih. Kita sudah amenjadi
waris penerima janji-janji Allah
bersama dengan Al-Masih, menderita bersama juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Teori Ahmadiyah tentang Kematian
Isa (as) Al-Masih
Golongan Islam Ahmadiyah ini menyangkal akan
kematian Isa (as) di kayu salib dan kebangkitann-Nya diantara orang mati. Mereka
membuat teori baru, bahwa Isa (as) telah
mengembara ke Khashmir, dan meninggal
disana dalam usia 120 tahun dan dikuburkan di Srinagar.
Teori mereka ini sama sekali tidak mendapat dukungan sedikitpun dari
kalangan Islam umumnya. Karena memang teori mereka ini, selain tidak dibenarkan
oleh fakta sejarah, tetapi juga
adalah tidak sesuai dengan pemberitaan Al-Quran
sendiri, sebagi kirab suci umat Islam.
Quran mengatakan:”mereka tidak mempunyai keyakinan siapa yang
dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa
tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.s. An Nisaa
158).
Dari keterangan Quran ini hanyalah menunjukkan kepada kita, bahwa
pada saat terjadinya peristiwa “salib” itu, Isa (as) telah dinyatakan “wafat”,
dengan istilah “Allah telah mengangkat
Isa kepada-Nya”. Jadi terangkatlah pula,
bahwa sama sekalai tidak ada kemungkinan sedikitpun juga Isa (as) itu berpergian
mengembara ke Kasymir dan tinggal disana hampir sekitar
70 tahun.
Inilah suatu pendustaan Mizra Ghulam Ahmad yang tidak kepalang tanggung.
Saudara-saudara anggota Jemaat Ahmadiyah yang benar-benar mengaku Muslim, dan
menjadikan Quran itu Kitab Suci saudara-saudara sudah wajar menolak ajaran Mirza
Ghulam Ahmad yang nyata-nyata mengingkari Quran Kitab Suci-nya sendiri, demi
kepentingan pribadinya untuk menda’wahkan dirinya sebagai seorang Nabi penerima
Wahyu.
Lebih dari itu, bahwa kesaksian mata dari 4 penulis Injil, cukup meyakinkan
kebenaran Isa (as) Al-Masih telah mati dikayu Salib, kemudian bangkit hidup
kembali dan naik ke sorga (mikraj), dan akan datang kembali pada akhir zaman (hari
kiamat) untuk menjadi Hakim yang adil, mengadili seluruh umat manusia, termasuk
para nabi-nabi, saya dan saudara-saudara.
Marilah kita merenungkan kebenaran ini dengan hati yang terbuka.
Emas berlian dapat diuji. Kebenaran Penerima Wahyupun dapat kita uji dengan ada
atau tidak ada kuasa Allah berupa mukjizat didalam tangan pekerjaannya.
Berhati-hatilah. Kita hanya untuk satu kali hidup, sesudah itu mati, dan
dibangkitkan untuk menerima pengadilan yang adil.
(bacalah: Ibrani 9:27)
4.
KEPENTINGAN MUKJIZAT DALAM PERANAN SESUATU
KEPERCAYAAN AGAMA
Mengenai masalah mukjizat ini Sdr. A. Hasan Tou dkk
berkomentar sebagai berikut:
Salah satu handicap yang kami jumpai setiap kali
mencoba membangun dialog kerohanian dengan saudara-saudara diliuar lingkungan
Ahmadiah – termasuk Umat Kristen dan sementara kelompok Muslim adalah persepsi
masing-masing kita tentang “mukjizat”. Inilah yang tak jarang membuat jalannya
dialog tersendat-sendat bak kematian angin, atau bahkan macet total!
Karena, dimana kami sudah terbebas dari pengertian
mukjizat yang penuh dengan cerita-cerita fantastis diluar common-sense, maka
dilain pihak konsepsi mukjizat sdr. Ambrie “terlalu Melayu”. Ia masih
mempercayai segala kasih ajaib dari Alkitab tentang Daud, Sulaiman, Musa, Isa
(as) dan lain-lain bagaikan seorang bocah yang ternganga-nganga di hadapan
tukang sulap yang memamerkan kebolehannya menipu mata publik pasar malam. Tapi
Hamran Ambrie, memang tidak sendirian. Masih ada berjuta-juta Hamran Ambrie di
dunia ini, dengan latar belakang etnis kultur agama dan system social yang
beraneka ragam namun selera mereka tentang mukjizat tokoh sami mawon.
Bagi kami tak mungkin lagi menelan dongeng-dongeng
semacam itu, yang berlawanan dengan Sunnah Ilahi (Hukum Tuhan) yang konstan,
termasuk hukum alam. Apalagi mukjizat yang keluar dari jalur fakta dan data
sejarah.”
Demikianlah komentar sdr. A. Hasan Tou dkk mengenai
masah mukjizat.
Kepada Saudara A. Hasan yang kekasih:
Kalau saya berbicara dengan seorang “atheis”, yaitu
seorang yang tidak beragama, bahkan seorang yang memang tidak percaya akan
adanya Tuhan Allah sudah tentu tidaklah pelu saya membuka suara mengeluarkan
pendapat yang bersifat agama kepercayaan ini, karena sebagaimana saudara
katakana, bahwa tidak mungkin lagi menerima cerita-cerita mengenai masalah
mukjizat-mukjizat itu. Tetapi, karena saya sekarang sedang berbicara dengan
Saudara dan sekelompok manusia dalam jemaat Ahmadiyah, yang dari mulutnya
masing-masing mengaku “beragama, percaya akan kuasa Allah yang ghaib itu”, bahkan
masih mengaku dengan mulutnya, dan mudah-mudahan sesuai pula dengan hati
nuraninya, bahwa Quran itu adalah Kitab Sucinya, yang dibawa oleh Muhammad, nabi
sucinya pula, maka masalah mukjizat ini layaklah saya bicarakan dengan
saudara-saudara.
Karena Quran sendiri membicarakan dan percaya adanya kuasa
Allah yang disebutkan mukjizat itu, yang diberikan para nabi dan rasul-rasul-Nya
terdahulu, seperti Ibrahim, Musa, Isa/Isa (as) Al-Masih merupakan tanda materai
pengangkatan Allah yang mereka itu benar-benar nabi, pesuruh Allah, penerima
Wahyu, Mesias - Al-Masih yang terulung itu!
Sebagaimana saudara akui, bahwa kepercayaan hal mukjizat
ini, tidaklah saja dipercaya oleh umat Kristen, tetapi juga oleh umat Islam,
karena memang diberitakan dalam Al-Quran. Kecuali Islam Ahmadiyah sebagai
saudara akui pula, tidak meyakinio lagi kebenaran mukjizat itu.
Tetapi tahukah saudara, bahwa ke-tidak-percayaan-nya
Mizra Ghulam Ahmad akan hal mukjizat ini, tidak konsekuen, karena Mizra juga
masih percaya akan adanya mukjizat wali pengikut Muhammad, yang dikatakannya
sebagai mukjizat nabi suci. (Baca bukunya Barahini hal 79). Jadi
mukjizat-mukjizat yang dipercayai oleh Mizra Ghulam Ahmad adalah terbatas, hanya
kepada siapa yang ia rasakan perlu ditonjolkan saja.
Baiklah! Yang penting bagi saya, bahwa Bapa Ahmadiyah
ini masih mau percaya akan adanya mukjizat meskipun dalam makna terbatas menurut
seleranya sendiri.
Saudara A. Hasan Tou dkk yang kekasih;
Sebagaimana sudah pernah saya katakana, bahwa mukjizat,
adalah merupakan materai pengakuan Allah diatas siapa yang benar-benar diakui
sebagai nabi, penerima wahyu pesuruh, yang menjadi pengantara antara Allah
dengan manusia. Kepada nabi yang diakui itu, Allah memberi kuasa (mukjizat)
didalam tangan pekerjaan ke-Ilahi-an-nya, agar setiap orang dapat mengenal
kebenaran pribadinya sebagai seorang yang benar-benar diberi tugas pengantara
wakil Allah kepada manusia. Sedangkan dengan adanya tanda pengenal mukjizat
inipun, masih banyak orang yang tidak percaya, dikatakannya hanya sihir dan
lain-lain apapun pula tanpa adanya tanda pengenal mukjizat ini.
Disamping itu juga, tanda pengenal mukjizat ini untuk
mencegah penyaru-pemalsu mengaku “nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah atau
Mesias dan lain-lain”.
Meskipun demikian ketatnya namun masih ada juga yang
nekad mengangkat dirinya menjadi nabi, penerima wahyu, pesuruh Allah, Mesias,
meskipun tanpa adanya Kuasa Allah (mukjizat) sebagai tanda pembuktian. Tentu
saja nabi yang serupa ini adalah nabi palsu, Mesias palsu. Kejadian seperti ini
tidak perlu kita herankan, karena memang sudah dinubuatkan bahwa pada suatu
ketika akan timbul nabi-nabi palsu, Mesias palsu dan lain-lain.
Apakah saudara A. Hasan dkk. Sudah pernah memikirkan
kenapa Mizra Ghulam Ahmad meremehkan masalah mukjizat ini? Bahkan dengan nekad
mengingkari hal mukjizat yang diwartakan oleh Al-Quran itu sendiri.
Baiklah, supaya Saudara ketahui bahwa Mirza Ghulam Ahmad
yang mendakwahkan dirinya sebagai “nabi, penerima wahyu, bahkan sebagai Mesias
yang dijanjikan itu”, sama sekali tidak memiliki kuasa Allah berupa mukjizat,
sebagaimana lazimnya dimiliki oleh para nabi-nabi terdahulu sebagai pembuktian
kebenaran da’wah mereka sebagai ‘nabi, rasul Allah, Mesias, dan lain-lain”
Karena Mirza Ghulam Ahmad tahu persis akan kelemahan
pribadinya dalam masalah mukjizat ini, maka dia berdaya upaya meremehkan makna
mukjizat ini, bahkan mengingkarinya sekali, agar dia terhindar dari tuntutan
umat membuktikan kebenarannya sebagai nabi dan Mesias itu. Dan saudara sendiri
mengalami, betapa sulitnya melaksanakan cita-cita Mirza Ghulam Ahmad ini, jika
sudah terbentur kepada masalah mukjizat yang dituntut oleh umat yang ingin
membuktikan kebenarannya. Karenannya Saudara sendiri menjadi ikut latah, tidak
mempercayai mukjizat sebagai kuasa Allah ini lagi, meskipun Quran sendiri
membenarkan adanya mukjizat tersebut atas pada nabi-nabi terdahulu.
Sebenarnya masalah Mirza Ghulam Ahmad ini, sama sekali
tidak layak saya iktu campur membahasnya, sekiranya dia, dan golongan Saudara
tidak mengkait-kannya kepada iman Kristen, yaitu Alkitab.
Meskipun demikian saya ingin tahu alasan Saudara dkk
bagaimana bisa terjadi Saudara dkk percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu seorang
“nabi penerima wahyu, Mesias”, padahal tidak ada suatu kesaksian apapun yang
menguatkan pengakuannya itu. Mukjizt sudah jelas tidak. Nubuat dari nabi-nabi
terdahulupun tidak pernah ada. Mungkin ada tanda-tanda lain yang apat
meyakinkan Saudara tanpa mukjizat itu. Cobalah Saudara terangkan pada kesempatan
berikut, dan dimana perlu akan kita bahas bersama.
Akhirnya sekali lagi saya tegaskan, bahwa Almasih yang
dijanjikan dalam Injil, yang juga disokong oleh ntas Al-Quran secara tegas
disebutkan Isa (as) Al-Masih, bukan Mirza.
5. SEDIKIT KETERANGAN TENTANG
INJIL – PALSU BARNABAS
Saudara A. Hasan Tou, dalam mengemukakan argumentasi
untuk meyakinkan adanya kebenaran nubuat kenabian Muhammad dalam Alkitab,
dipaksakan mengutip “Injil Palsu Barnabas”, dengan maksyd agar “nama” Muhammad
secara harfiah itu dapat dibaca jelas.
Sebab di dalam Alkitab yang asli dan diakui oleh Gereja,
nubuat kenabian Muhammad, baik secara “nama” maupun cara pengisyaratan, sama
sekali tidak terdapat. Nats-nats Alkitab yang Saudara A. Hasan coba
mengemukakannya, untuk ditafsirkan sebagai nubuat kehadiran kenabian Muhammad
itu, sudah saya sanggah satu per satu yang akhirnya oleh A. Hasan bungkem seribu
bahasa tanpa mengadakan sangkalan berikut selanjutnya.
Untuk menutupi kehabisan akal ini, Sdr. A. Hasan memaksa
diri mengemukakan “Injil Palsu Barnabas” yang dianggapnya argumentasi yang
meyakinkan. Ini natsnya: “tidak ada yang halal, yang harampun jadi.”
Saudara A. Hasan dkk.
Mengenai Inii-palsu Barnabas yang Saudara kemukakan
sebenarnya tidak perlu saya bicarakan disini, karena dalam sejarah Gereja
Kristen tidak ada apa yang dikatakan “Injil Barnabas” itu. Ia memang dimunculkan
oleh seorang pengarana Itali (Islam atau pro Islam) dalam abad ke 14. Kemudian
oleh Rashid Redha, reformist dan pengarang Islam dari Mesir ini, dalam tahun
1907 untuk pertama kalinya diterbitkan dengan judul “Injil Barnabas” yang
dimasyurkan hingga sekarang ini.
Dalam tulisan ini dikatakan juga, bahwa Injil palsu
telah beradasejak 13o tahun sesudah Al-Masih. Pengsulapan waktu ini jelaslah
pula dimaksudkan bahwa dengan adanya Injil-palsu ini, suatu usaha pihak Islam
untuk minta diyakini bahwa agama Islam itu adalah kelanjutan dari agama Yahudi
dan Nasrani, telah dinubuatkan lebih dahulu dengan mengemukakan bukti-bukti
menurut Injil-palsu itu.
Barnabas memang seorang murid Isa (as). Tetapi nama
Barnabas yang dipakai menjadi judul Injil-palsu itu, adalah suatu pemalsuan
cukup
pula. Jadi isinya palsu, dan nama pada judul itupun palsu.
Barnabas Murid Isa (as) tidak pernah menulis Injil,
tidak ada dalam sejarah gereja manapun. Pihak Kristen tidak akan tertugah dengan
pemalsuan ini, karena dalam Alkitab dengan tegas dikatakan bahwa tidaklah ada
lagi nama lain yang dikaruniakan kepada manusia di bawah kolong langit ini, yang
di dalamnya kita beroleh selamat, selain daripada Isa (as) Al-Masih atau Isa
Almasih. (Kis. 4:12-14).
Selanjutnya memperlengkapi data-data Injil-palsu
Barnabas ini dapat saya katakana lagi, bahwa Jacques Jemier, karangannya yang
berjudul:”L’evangile selon Barbane” dalam Malanges de Institute Dominicain
d’Etudes Orientales (Cairo 6, 1959-1951 hal. 137-226). Dalam karangan itu Jemier
membahas sejarah naskah “Injil Barnabas” palsu yang dikenal sekarang dan yang
aslinya ditulis dalam bahasa Italia. Setelah pembahasab Jemier cukup jelas bahwa
penulis “Injil palsu” tersebut adalah seorang bekas Pater yang kemudian menjadi
penganut agama Islam. Dapat diingat bahwa pengaruh Islam di Italia Selatan cukup
kuat pada bagian terakhir abad-abad pertengahan (kl. Abad ke 14). Demikianlah
penjelasan Dr. Olaf Schuman dalam Peninjau 1975 No. 1 halaman 49.
6.
BENARKAH ADA NUBUAT KENABIAN MUHAMMAD DALAM ALKITAB ?
Catatan :
1.
Dalam MH. 03 Saudara kemukakan terjemahanm Quran 7:157 antara lain dikatakan ……”namanya
tersurat” …. (halaman 18). Berdasarkan terjemahan Saudara inilah saya
mengatakan bahwa: namanya itu (Muhammad bin Abdullah orang Qurais) sama sekali
tidak pernah terdapat dalam Alkitab.
Kemudian Saudara A. Hasan memperbaiki terjemahan Quran
tersebut menjadi …. “tentangnya tersurat” …(MH. 04 hal. 3), sambil
menuduh bahwa penjelasan saya terdahulu yang mengatakan “namanya” tidak
pernah terdapat dalam Alkitab, oleh A. Hasan Tou dikatakan :
“Kecuali naif, cara menampik
seperti itu boleh dibilang, agak kekanak-kanakan. Sebab dalam Bible yang diakui
oleh kalangan gereja dewasa ini nama Muhammad secara explicit memang tidak lagi
ditemukan.”
Coba perhatikan, Saudara yang berbuat salah, ataukah
saya yang keliru.
Selanjutnya saya jelaskan lagi, bahwa baik “namanya”
(Muhammad) maupun isyarat “tentangnya” sama sekali tidak terdapat dalam Alkitab.
Hal ini dapat kita uji terus dalam korespondensi ini.
2. Nubuat Musa dalam Kitab Ulangan 18:15,
sebenarnya sudah saya jelaskan dalam brosur Korr. 7 yang lalu dengan
mengemukakan pelbagai fakta yang menunjukkan bahwa nubuat itu tidak menunjukan
kepada kehadiran Muhammad sebagi seorang nabi yang di nubuatkan.
Penjelasan-penjelasan, fakta-argumentasi yang saya kemukakan itu, sama sekali
tidak di singgung, tidak dibahas, tidak dibantah oleh Saudara A. Hasan. Tetapi
dalam MH. 04 oleh Saudara A. Hasan, nats ini ditonjolkan kembali. Seharusnya
Saudara sanggah keterangan saya, sambil menunjukkan keterangan atau pendapat
yang Saudara anggap benar. Dengan demikian kita dapat menguji kebenarannya.
Tetapi jangan pura-pura keterangan Saudara itu tidak pernah disanggah.
Karena itu baiklah saya singkatkan apenjelasan saya yang
lalu itu, yang tidak disanggah itu, yaitu :
a. Ayat Taurat itu hanya menunjukkan untuk nubuat seorang nabi, bukan dua.
Uraian ini tidak disanggah.
b. Ciri seorang nabi itu adalah “dari tengah-tengah kamu” yaitu di
tengah-tengah bani Israel. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
c. Ciri seorang nabi itu adalah “dari antara segala saudaramu”, yaitu
diantara 12 saudara bani Israel, yakni antara lain Lewi, Yehuda dan lain-lain.
Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
d. Ishak dan Ismaeil memang bersaudara, tetapi Ishak dan Ismail bukanlah
disebut bani Israel. Yang disebut bani Israel itu adalah Yakub dangan 12
keturunannya (Lewi yang melahirkan Musa, dan Yehuda yang menurunkan Isa (as)).
Uraian inipun tidak disanggah oleh Sdr. A. Hasan.
e. Ciri ketiga yang besamaan dengan Musa, seperti keduanya sama bangsa
Isarel, kedua sama pernah diancam bunuh dimasa kanak-kanaknya, keduanya
mengalami penolakan oleh bangsa Israel, keduanya sama mendapat Kuasa Allah
berupa mujizat. Uraian inipun oleh A. Hasan tidak disanggah.
f. Ciri keempat bahwa “akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu”,
bermakna bagi “Israel”, bukan untuk bangsa Arab. Uraian ini pun tidak disanggah.