TRANSFORMASI INDONESIA. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kesaksian HAMRAN AMBRIE..

Kesaksian Hamran Ambrie


TUHAN SUDAH PILIHKAN BUAT SAYA HIDUP BARU DALAM KRISTUS
DARI PENULIS
Begitu besar kasih Tuhan akan hamba-Nya yang bersaksi ini, tidak dapat saya lukiskan dengan kata-kata, maupun didalam tulisan secara sempurna.
Mungkin lebih dari 40 tahun saya telah menyangkal keilahian Yesus Kristus. Tetapi begitu besar Kasih Tuhan saya diselamatkan untuk mendapatkan kehidupan yang kekal di alam sorgawi itu.
Tuhan sudah pilihkan buat saya ''Hidup Baru Dalam Kristus'', dan karenanya sebagai tanda pengucapan syukur, saya buatlah kesaksian ini.
Saya megahkan kesaksian ini, bukanlah disebabkan kecerdasan saya juga bukan karena kepintaran saya memahami Alkitab, juga bukanlah disebabkan bujukan orang lain; tetapi saya bermegah, disebabkan Tuhan Yang Maha Kasih yang adalah keadilan dan kebenaran itu telah menjemput saya untuk menjadi pengikut Kristus, satu-satunya jalan menuju kepada kebenaran dan Hidup Yang Kekal.
"Sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Para Rasul 4:12).
Haleluya.
Hormat dan salam kasih
Penulis:
Hamran Ambrie


TUHAN SUDAH PILIHKAN BUAT SAYA
"Hidup Baru Dalam Kristus"
-Tentu buat Anda Juga-
Kesaksian: Hamran Ambrie

Saya mengaku percaya akan kebenaran Alkitab dan Yesus Kristus Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat umat manusia, adalah melalui (atau disebabkan) Al-Quran.
Sungguh ajaib! Tetapi memang demikianlah sebenarnya. Saya mendapatkan kebenaran ajaran Kristen ini, sama sekali bukanlah disebabkan kepandaian atau kecerdasan mempelajari Alkitab terlebih dahulu. Juga tidak disebabkan penerangan para pendeta atau penginjil manapun. Hal ini dapat dimaklumi karena saya sendiri tadinya adalah seorang Muslim, anggota/pengurus Muhammadiyah, mubaligh Islam. Pada tahun 1947 saya adalah salah seorang pelopor/Ketua Kongres Ummat Islam se-Kalimantan di Amuntai, bersama-sama dengan saudara K.H. Idham Chalid. Pada tahun 1950-51, adalah sebagai Imam Tentera Pusroh Islam Angkatan Darat di Banjarmasin dengan pangkat Letnan-ll. Juga sebagai penulis Muslim dalam pelbagai majalah Islam antara lain: Mingguan Adil di Solo, Mingguan-Risalah Jihad di Jakarta, Mingguan Anti Komunis di Bandung, dan lain-lain. Lebih dari itu, saya adalah juga salatl seorang Anti Kristen yang agresif sejak tahun 1936 di Muara Teweh Barito; hingga tahun 1962 termasuk salah seorang bersimpati untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia, yang sekaligus bermakna Anti Kristen. Karena itu tidaklah mungkin sama sekali bagi saya untuk dapat memahami isi Alkitab itu secara baik dan wajar.
Alkitab, memang sudah saya miliki sejak tahun 1936. Saya membaca Alkitab bukanlah untuk mencari kebenarannya, melainkan hanya untuk mencari ayat-ayat yang dapat menunjang pendirian saya sebagai seorang Muslim yang Anti Kristen, untuk menyerang iman Kristen itu sendiri. Sampai berumur 40 tahun, saya adalah penghujat Yesus Kristus. Saya tidak percaya bahkan menolak keilahian Yesus Kristus itu sebagai Anak Allah, Tuhan dan Juruselamat. Pelbagai cara yang sudah saya lakukan untuk menghinakan, menolak kebenaran Yesus Kristus. Tetapi begitu besar Kasih Allah, pada suatu saat saya dicari, dijemput dan diselamatkan. Pada tahun 1962, dikala saya sedang menyusun sebuah naskah khotbah, saya membaca ayat Qs. Al Maidah 68, yang berbunyi: "Qul ya ahlal kitabi lastum'ala sya-in hatta tuqiemut taurata wa! injil wa ma unzila alaikum min rabbikum." artinya: "Katakanlah! hai Ahli Kitab. Kamu tidak pada agama yang sebenarnya, kecuali apabila kamu turuti Taurat dan Injil, dan apa-apa yang diturunkan kepadamu dari pada Tuhanmu''. Ayat ini, bukanlah untuk pertama kali itu saya baca, melainkan sudah ratusan kali. Tetapi pada kali terakhir itu, Allah telah membisikan dalam roh-jiwa saya, bahwa yang dimaksudkan "Taurat dan Injil" dalam ayat Quran itu adalah Taurat-Injil yang ada terdapat dalam Alkitab atau Bibel sekarang ini. Pikiran saya sejak dahulu mengatakan bahwa Taurat dan Injil yang dimaksudkan oleh Al-Quran itu secara fisik sudah tidak ada lagi, dan isinya sekarang telah diintisarikan dalam Al-Quran. Sedang Taurat Injil yang ada dalam Alkitab sekarang ini, adalah yang palsu dan isinya sudah diorak-arik oleh tangan manusia, dikurangi dan ditambah dan lain-lain. Roh jiwa saya selalu mengatakan bahwa Taurat Injil itu, yang terdapat dalam Alkitab sekarang benar adanya. Pikiran/otak saya selalu mengatakan: tidak, yang ada sekarang adalah Taurat-Injil palsu.
Roh jiwa saya mengatakan bahwa Taurat-Injil yang dimaksudkan itu adalah yang terdapat dalam Alkitab sekarang. Pendapat pikiran/otak saya sekarang bertolak belakang dengan kata hati roh jiwa saya. Karenanya saya menjadi ragu, bimbang, mana yang benar. Untuk mendapatkan ketentraman, maka masalah ini saya bawa dalam sembahyang tahjud (sembahyang tengah malam) dengan doa istiharah, yaitu suatu doa kepada Allah memohon agar diberi petunjuk tanda-tanda kebenaran, supaya Allah pilihkan buat saya mana yang benar satu diantara dua macam pendapat ini. Saya berdoa demikian: "Ya Allah, khalik langit dan bumi; Allah-nya orang-orang Islam, Allah-nya orang-orang Kristen, Allah-nya orang-orang Budha, Allah-nya bulan bintang, Allah-nya lembah dan gunung-gunung, Allah semesta alam, tunjukkan tanda-tanda kebenaran Tuhan yang disebutkan dalam Quran ini mengenai Taurat dan Injil itu. Apakah yang dimaksud itu memang Taurat dan Injil yang sudah tidak ada, yang sudah disarikan dalam Al-Quran. Jika memang demikian, saya mohon agar Tuhan teguhkan hatiku untuk tidak mempelajari Alkitab itu. Tetapi kalau sekiranya yang dimaksudkan "Taurat Injil" dalam Quran itu memang kebenarannya itu ada di dalam Alkitab (Bible) sekarang ini, saya mohon kiranya Tuhan bukakan hatiku untuk lebih bergairah membaca dan mempelajari Alkitab itu secara jujur dan baik." Saya tidak meminta pilihkan kepada siapa-siapapun, tidak kepada pendeta, juga tidak kepada alim-ulama Islam, juga tidak kepada kawan-kawan saya yang cerdas pandai, tetapi saya minta dipilihkan oleh Allah Yang Maha Tahu dan Maha Benar itu saja, agar dalam hal ini saya mendapatkan satu pilihan yang benar-benar ''meyakinkan kebenarannya'', menurut kehendak Allah itu sendiri. Saya berdoa dengan sepenuh hati, benar-benar menggantung harap atas petunjuk Allah saja untuk memilihkan bagi saya suatu kebenaran beragama. Kenapa sampai begitu terarah saya memusatkan pengharapan ini kepada Allah. Hal ini dapat dimengerti bahwa setiap orang beragama mempunyai keyakinan akan adanya kehidupan sesudah kematian dunia fana ini. Dalam kehidupan di alam baka itu nanti, hanya ada dua tempat kita berada, yaitu di dalam penghukuman dukacita api neraka, atau di dalam sorga bersama Allah. Saya tidak dapat meremehkan kehidupan ini. Kalau kita membeli mas seberat 10 gram saja yang bernilai, dan harganya hanya beberapa puluh ribu saja, kita sudah memerlukan pemeriksaan dan pengujian yang begitu teliti, agar jangan tertipu dan jangan ada penyesalan dibelakang hari. Bagaimana pula mengenai jiwa rohani kita yang akan datang, perlu kita berprihatin memikirkannya, memeriksa dan menguji kebenaran beragama yang sesuai dengan kehendak Allah pemilik kehidupan sorga itu, agar kita tidak menyesal sepanjang masa karena kecerobohan kita sendiri. Saya tahu dan meyakini, bahwa pemilik sorga dan neraka itu adalah Allah sendiri. Dan justru itulah, saya tidak meminta pilihkan, tidak meminta nasehat pertimbangan manusia, baik seorang pendeta-Kristen, maupun seorang Ulama Islam karena mereka itu semuanya adalah manusia, yang pasti tidak tahu persis tentang kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah itu. Saya datang kepada Allah pemilik kebenaran, pemilik sorga itu sendiri, berharap agar Allah itu sendiri memberikan petunjuk kebenaran dalam hal ini. Puji Tuhan, semua pengharapan dan doa saya ini terjawab dengan baik. Pertanda bahwa kebenaran itu diberikan dengan segala kenyataan yang sama sekali tidak meragukan lagi. Patut dicatat, bahwa ayat-ayat Quran selain dari Qs. Al Maidah 68 itu, masih banyak ayat-ayat lain yang berkesan kepada saya waktu itu antara lain juga:
Qs. As Sajadah 23:
''Wa Laqad ataina Musa 'Ikitaaba fala takun fimiryatim min liqaa-ih...''
(Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Musa Alkitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu-ragu menerimanya.)
Qs. Al Maidah 46:
"Wa qaffainaa 'ala assyarihim bi 'Isa 'bni Maryama mushaddi qallima baina yadaihi minat Taurati wa atai naahul Injila fieha hudan wa nurun, wa mushaddi qallima baina yadaihi minat Tauraati wa hudan wamau' 'izhatan lilmuttaqien."
(Artinya: Dan kami iringkan jejak mereka (nabi terdahulu) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil yang berisikan petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang terdahulu yaitu Taurat, dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.)
Qs. Al Maidah 47:
"Wal yachkum ahlal Injili bimaa anzala 'llahu fichi wa manllam yachkum bimaa anzala'llahu fa ulaa ika humul faasikuna."
(Artinya: Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barang-siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.)
Qs. Al Baqarah 62:
"Inna'lladzina aamanu wal ladzina haduu wan naasharaa wa shaabi iena min aamana billahi walyaumil akhl~i wa 'amila shalichan falahum ajruhum 'indrarabbihim wa lakhaufun 'alaihim wa la hum yachzanun,"
(Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang percaya, orang-orang Yahudi, Nasrani dan Sabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman/percaya kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, dan tidak pula mereka berduka-cita.)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Quran yang menunjukkan bahwa Alkitab, yaitu Taurat dan Injil itu adalah membawa kepada jalan kebenaran sesuai dengan kehendak Allah. Ayat-ayat Quran inilah yang menggugah pikiran saya untuk menyelidiki lebih jauh akan kebenaran isi Alkitab ini sebagaimana saya katakan terdahulu, bahwa Allah telah membisikan dalam roh-jiwa saya akan kebenaran Alkitab itu. Pada keesokan harinya, sesudah saya berdoa Istiharah dalam sembahyang tahjud itu, saya merasa ada perubahan yang sangat nyata sekali. Waktu itu saya sudah memandang Alkitab itu sebagai sahabat, tidak lagi sebagai musuh. Pada pagi itu saya mengambil Alkitab untuk dibaca dengan maksud mengetahui dengan pasti isi kebenarannya dengan baik dan jujur. Dengan mengucapkan "Bismillahir rahmanir rahim", atas nama Allah Yang Pemurah Lagi Penyayang, saya buka Alkitab itu. Ayat yang hendak saya baca dikala itu adalah Ulangan 18:15. Kenapa ayat ini yang menjadi perhatian saya untuk dibaca pada pertama kali itu? Karena ayat inilah yang sering bahkan selalu saya jadikan palu godam untuk memukul iman orang-orang Kristen, baik ia seorang pendeta, maupun penginjil, dengan maksud agar mereka mengakui dan percaya akan kehadiran Muhammad sebagai nabi yang dinubuatkan oleh Alkitab antara lain dalam ayat di Ulangan 18:15 ini. Dalam huruf yang sama, dalam kalimat yang sama, dalam bahasa yang sama, juga dalam Alkitab yang sama, namun pengertiannya telah berubah dari pengertian saya yang sebelumnya. Benar-benar saya menginsyafi sekarang, bahwa Alkitab tertutup rapat, sulit dimengerti oleh orang yang tidak percaya, tetapi sebaliknya ia menjadi terang dan mudah dimengerti bagi mereka yang percaya, yang di dalam hatinya dipenuhi oleh Rohulkudus. Bunyi Ulangan 18:15 itu lengkapnya demikian: "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagi-mu, oleh Tuhan Allahmu, dialah yang harus kamu dengarkan". Dulu ayat ini saya artikan merupakan petunjuk adanya nubuat kenabian Muhammad. Karena dalam kalimat: "seorang nabi sama seperti aku (Musa)" itu, merupakan penunjukan kepada identitas kenabian Muhammad itu, karena, Musa dilahirkan dengan beribu-bapa; Muhammad pun dilahirkan sama dengan Musa, yaitu beribu bapa. Tidak sama dengan Isa Almasih, yang hanya dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi tanpa bapa. Musa diwaktu sudah besar/dewasa, ia kawin, Muhammad pun juga waktu dewasanya kawin, sama dengan Musa. Tidak sama dengan Isa Almasih, yang sama sekali tidak pernah kawin. Musa dikaruniai anak; Muhammad pun juga dikaruniakan anak sama dengan Musa. Tetapi Isa Almasih tidak pernah mempunyai anak, kawinpun tidak pernah. Musa, diwaktu tuanya mati dan dikuburkan, begitupun Muhammad waktu tuanya mati dan dikuburkan. Tetapi Isa Almasih tidak pernah mati, melainkan naik ke sorga, tidak dikuburkan. Jadi nyatalah bahwa nats Ulangan 18:15 itu menunjukkan kebenarannya kehadiran Muhammad sebagai nabi yang sudah dinubuatkan oleh Musa, dan sama sekali bukan untuk kehadirannya Isa Almasih atau Yesus Kristus sebagai nabi. Kehadirannya Yesus Kristus menurut kepercayaan Kristen adalah sebagai Anak Allah.
Tetapi pada hari itu, waktu saya membaca ayat itu dengan perlahan-lahan serta dalam kesungguhan hati untuk dimengerti, apa maksudnya yang sebenarnya. Waktu saya sampai kepada kalimat "...sama seperti aku Musa." Rohulkudus membisikkan di dalam hati (roh) saya dengan mengatakan, bahwa kalau yang hendak kamu samakan itu adalah Muhammad dan Musa itu sama-sama dilahirkan dengan beribu-bapa, bahkan di seluruh dunia ini manusia itu dilahirkan dengan beribu-bapa. Bukan itu yang dimaksudkan dengan ayat  ini! Jadi ciri demikian ini sama sekali tidak dapat dijadikan ciri dari kebenarannya nubuat itu. Begitupun juga, kalau Muhammad dianggap sama dengan Musa, disebabkan waktu dewasanya ia kawin seperti Musa, banyak orang di dunia ini melakukan kawin-mawin. Jadi cara inipun sama sekali tidak dapat dijadikan ciri dari kebenaran nubuat itu bagi kehadiran Muhammad sebagai nabi yang dinubuatkan. Kalau Muhammad dianggap sama dengan Musa, karena dikaruniai anak sebagaimana juga Musa, inipun tidak mungkin dijadikan ciri yang menentukan kebenaran nubuat itu, karena banyak orang di dunia ini yang dikaruniai anak. Kalau Muhammad pada akhir hayatnya mati dan dikuburkan, dan sama halnya dengan Musa yang mati dan dikuburkan dianggap ciri kebenaran nubuat itu, maka inipun juga tidak dapat diterima untuk dijadikan alasan kesamaan itu, karena semua orang di dunia ini memang mati dan dikuburkan. Mati dan dikuburkan inipun, sama sekali bukanlah merupakan ciri yang khas. Nubuat Musa itu memang menunjuk kepada kehadirannya Yesus Kristus, karena itu carilah kesamaan-kesamaan Musa dengan Yesus Kristus itu dalam hal-hal yang khas, unik, dan luar biasa. Memang banyak hal kesamaan Yesus dengan Musa, di dalam hal-hal yang unik dan khusus yang tidak sama dengan kebanyakan orang lain, misalnya:
* Gara-gara Musa lahir, Firaun mengamuk, anak laki-laki berumur 2 tahun kebawah dibunuh. Sama halnya dengan gara-gara Yesus lahir, Herodes mengamuk anak laki-laki yang berumur dua tahun kebawah juga dibunuh. Di seluruh dunia, hanya dua pribadi ini yang benar-benar sama peristiwanya.
* Musa dimasa kanak-kanaknya itu berada di luar tanah tumpah darahnya sendiri, yaitu berada di Mesir. Begitupun juga ada kesamaannya dengan Yesus, bahwa dimasa kanak-kanaknya Yesus juga berada dalam pelarian di tanah Mesir di luar dari tanah tumpah darahnya sendiri. Tidak semua kanak-kanak mesti menyingkir ke Mesir pada masa kanak-kanaknya.
* Musa sewaktu menjalankan karirnya sebagai nabi utusan Allah mendapat Kuasa Allah yang dikenal dengan sebutan, mukjizat, begitupun juga dengan Yesus dalam karirnya sebagai Firman yang Hidup, mendapat Kuasa Allah berupa mukjizat penyembuhan dan menghidupkan orang mati.
* Musa membebaskan bangsa Israel dari belenggu perbudakannya bangsa Mesir, dan Yesuspun membebaskan bangsa Israel dari belenggu perbudakan dosa.
Maka dengan adanya banyak bukti-bukti yang menunjukkan adanya kesamaan-kesamaan yang unik ini, dapatlah saya menyimpulkannya dengan keyakinan bahwa nubuat yang disebut dalam Ulangan 18:15 itu, bukanlah untuk menunjuk kepada kehadirannya Muhammad sebagai nabi yang dinubuatkan, tetapi adalah untuk menunjuk kepada kehadirannya Yesus Kristus sebagai Juruselamat, Firman yang Hidup. Meskipun sudah sedemikian besar kasih Allah, memberikan suatu tanda kebenaran Alkitab sebagai kitab Ilahi itu, namun saya tidaklah lantas segera menjadi seorang Kristen. Kenapa? Karena masih ada hal-hal yang belum dapat saya menerima beberapa ajaran Kristen yang menyangkut hal keimanan terutama saya tidak dapat mengatakan bahwa Yesus itu Anak Allah. Karena saya sedari kanak-kanak sudah diajar dan kemudian saya sendiri sudah mengajarkan, bahwa "Allah itu tidak beranak, dan tidak diperanakkan" (...Iam yalid wa lam yulad...). Juga saya tidak menyebut Yesus itu Tuhan. Karena saya sudah diajar, kemudian saya juga sudah mengajarkan, bahwa "Tidak ada Tuhan kecuali Allah" (La ilaha illallah). Saya juga belum dapat memahami makna Allah Tri tunggal itu. Karena saya sudah diajar dan juga sudah mengajarkan, bahwa "Kafirlah orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu yang ketiga dari yang tiga" (Laqad kafaral ladzina qalu innallaha syalisyu syalaasyaht).
Juga saya tidak dapat menerima suatu pendapat bahwa Yesus itu memang mati di kayu salib. Kalau Yesus itu atau Isa Almasih itu seorang nabi pesuruh kekasih Allah, apapun pula oleh orang-orang Kristen dikatakan "Anak Allah", begitu mudah dan leluasa orang-orang Yahudi melakukan penganiayaan dan menyalibkannya hingga mati, kenapa Allah tidak membelanya, malah membiarkan kekasihnya atau AnakNya itu mati digantung orang di kayu salib. Kalau saya melihat anak saya sendiri dianiaya orang, bahkan mau digantung atau disalib, pastilah orang yang menganiaya yang mau menyalibkan itu saya tubruk habis-habisan untuk membela anak saya, apapun juga yang akan terjadi. Apakah memang Allah itu sendiri sudah tidak berwibawa terhadap orang-orang Yahudi. Hal ini pada waktu itu benar-benar saya tidak atau belum dapat menerimanya. Untuk mendapatkan penjelasan ini, memang saya sudah datang kepada beberapa pendeta atau para penginjil untuk mendapatkan penjelasan, kenapa Yesus disebut Anak Allah, kenapa Yesus disebut Tuhan. Apa makna atau pengertiannya dari istilah Allah Tritunggal itu. Kenapa Yesus Anak Allah itu mati disalib oleh orang-orang Yahudi. Juga masalah dogma Dosa Warisan yang saya anggap hukum Allah yang tidak adil. Pada umumnya pendeta-pendeta ini memang memberikan jawaban dan keterangan mengenai masalah ini, dengan cukup benar, tetapi bagi saya waktu itu belum dapat menerima keterangan-keterangan yang diungkapkan pada waktu itu, secara memuaskan. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang yang berbeda, yang begitu jauh, yang belum pernah ditelaah dimana sebenarnya letak perbedaan itu, dan mencarikan kesamaan pengertian di dalam hal yang berbeda itu. Mencari titik temu kesalah fahaman pengertian yang berbeda ini perlulah ditelaah. Hal ini dapat saya umpamakan seperti berikut: Misalnya saya adalah sebuah Radio penerima, dan pendeta yang umpamanya disebut Zender sebagai pengirimnya. Meskipun kedua-duanya dalam keadaan baik, tetapi karena berbeda gelombang penerima dan pengirimnya, maka pesawat penerima tidak dapat menangkap suara siaran penyiarnya. Apa yang diuraikan oleh pendeta dan penginjil itu cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan karena saya tidak dapat memahami persis apa yang pendeta uraikan. Begitupun apa yang saya maksudkan, pendeta itu sendiri tidak dapat menangkap secara persis apa yang saya maksudkan, hingga penjelasannya diluar dari yang saya harapkan. Sekali lagi saya jelaskan, bahwa hal ini bukanlah disebabkan uraian pendeta itu salah, bukan tidak benar, melainkan karena berbeda cara berpikir dan cara penguraiannya, menyebabkan saling tidak mengerti maksud masing-masing.
Tetapi saya sama sekali tidak berputus asa. Saya tetap berkeyakinan, bahwa kalau untuk pertama kalinya Allah sudah menolong saya, memilihkan kebenaran bagi saya, tentulah Allah akan tetap bukakan jalan bagi saya, pastilah Allah akan memberikan Roh KebenaranNya kepada saya untuk mengerti sepenuhnya apa yang menjadi batu sandungan saya itu. Karena itu saya selalu berdoa: "Tuhan, tolonglah kiranya agar Tuhan sendiri mengungkapkan kebenaran dari apa yang dimaksudkan dengan ungkapan 'Anak Allah' dan sebutan 'Tuhan' bagi Yesus Kristus. Begitupun juga saya memohon agar Tuhan mengungkapkan makna ungkapan 'Allah Tritunggal' dan 'Rahasia Salib' bagi Yesus Kristus itu. Kalau Tuhan sudah berikan pertanda bahwa Alkitab itu adalah benar Kitab Ilahi, maka pastilah semua yang menjadi batu sandungan saya ini akan Tuhan bukakan pengertiannya melalui Alkitab, sebagai Firman Allah yang tidak pernah berubah dari dahulu hingga sekarang, bahkan selama-lamanya, sampai pada kesudahan alam." Memang, untuk kesekian kalinya Tuhan menolong saya dengan Roh KebenaranNya yaitu Rohulkudus yang bekerja di dalam hati saya. Bagaimana pertolongan Allah mengungkapkan semua batu sandungan saya itu, baiklah pada kesempatan ini akan saya jelaskan seluruhnya sebagai berikut:
1. YESUS DISEBUT ANAK ALLAH
Dalam Injil Yohannes 1:1 dan 14 dikatakan demikian: "Pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah" (ayat 1). "Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih, karunia dan kebenaran" (ayat 14). Dalam nats ayat ini terungkaplah bahwa makna Yesus itu disebut "Anak Allah" ialah dari hal Firman Allah yang telah menjadi daging dalam kelahiran Yesus Kristus. Dengan lain perkataan juga Yesus dikatakan "Firman yang Hidup" sebagaimana disebutkan dalam 1 Yohanes 1. Jadi jelaslah bahwa Yesus disebut Anak Allah, bukanlah bermakna Allah beranak secara biologis sebagaimana sering diartikan orang, bahkan sayapun berpendapat demikian pada mulanya, meiainkan Firman Allah itu telah dinyatakan di dalam kelahiran Yesus orang Nazaret atau Almasih Isa Ibnu Maryam. Pengertian nats Alkitab disaksikan kebenarannya oleh Muhammad sendiri yang mengatakan:
"Isa faa innahu Rohullah wa Kalimatuhu" 
(Isa itu sesungguhnya Roh Allah dan Firman-Nya.)
(Hadits Anas bin Malik - Mutiara Hadits halaman 353)
Qs. An Nisaa 171 mengatakan:
"Innamal Masihu 'Isa bnu Maryama Rasululahi wa Kalimatuhu alqahaa ila Maryama wa Rohu, minhu..."
(Sesungguhnya Almasih Isa ibnu Maryam itu, adalah utusan Allah dan Firman-Nya yang ditumpahkanNya kepada Maryam dan Roh daripadaNya.)
Mengenai kata ''Kalimat" atau Firman Allah yang menjadi jasad Yesus ini, Drs. Hasbullah Bakry dalam bukunya yang berjudul "Nabi Isa dalam Al Quran enz" halaman 109 mengatakan: "Nabi Isa disebut sebagai Kalimah Allah (Firman Yang Hidup - Pen.), disebabkan Dia adalah penjelmaan dari pada Firman Allah yang ditujukan kepada Maryam untuk mengandung Nabi Isa". Karena itu sekarang saya sama sekali tidak akan ragu lagi untuk mengatakan bahwa Yesus itu "Anak Allah", yaitu merupakan Firman Yang Hidup. Kalau dahulunya saya menyangkal menyebut Yesus itu "Anak Allah", adalah disebabkan mengartikan "Anak" disini secara biologis, secara kemanusiawian. Nats Al Quran sura Al Ikhlas yang mengatakan: "...Dialah Allah Yang Esa...tidak beranak dan tidak diperanakkan...", yang sering dikemukakan oleh para mubaligh Islam dikala itu, sebagai dalil untuk menolak bahwa Allah itu mempunyai anak sebagaimana halnya iman Kristen dengan penyebutan ''Yesus Anak Allah''. Sebenarnya ajaran Kristen sendiri dapat menerima sepenuhnya dan mengaminkan sepenuhnya ayat Quran ini, karena ajaran Kristen sendiri sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa "Allah itu punya anak" dalam pengertian secara biologis, yang oleh Quran itu disebut dengan Istilah "walad". Adapun Yesus disebut "Anak Allah" adalah dalam pengertian mutasyabihat, yaitu Firman Allah yang Hidup di dalam Yesus Kristus, bukan dalam pengertian "walad", melainkan dalam pengertian "ibn". Dalam masalah ini saya ingin meyakinkan, bahwa tidak ada satu ayat pun dari Al Quran secara tegas menolak ajaran Alkitab diatas mengenai sebutan "Anak Allah" bagi Yesus Kristus. Yang Al Quran tolak adalah jika Yesus dianggap Anak Allah dalam pengertian walad, yaitu anak secara seksuil biologis kemanusiawian.
2. YESUS DISEBUT "TUHAN"
Kenapa Yesus disebut "Tuhan". Sebagaimana sudah saya jelaskan terdahulu, bahwa saya sama sekali tidak sanggup mengatakan "Yesus itu Tuhan", atau mengatakan "Tuhan Yesus". Karena sedari kecil saya diajar dan kemudian saya mengajar bahwa "La ilaha illallah" (tidak ada Tuhan kecuali Allah). Apakah Yesus disebut Tuhan, karena Dia dilahirkan tidak berbapa? Tidak! Karena Adam juga dilahirkan tidak berbapa bahkan tidak beribu, Adam tidak pernah disebut "Tuhan". Atau, apakah karena Yesus membuat mukjizat? Inipun juga tidak. Karena Musa pun juga banyak membuat mukjizat, tetapi Musa tidak pernah disebut Tuhan. Apakah disebabkan Yesus dapat menyembuhkan penyakit kusta dan menghidupkan orang mati. Inipun juga tidak. Karena Elisapun dapat menyembuhkan orang penyakit kusta dan menghidupkan orang mati, namun Elisa tidak disebut Tuhan. Atau apakah Yesus disebut Tuhan, karena Dia mikraj naik ke sorga, Elia pun mikraj naik ke sorga, tetapi Elia tidak disebut Tuhan. Kalau begitu, apa sebabnya Yesus itu disebut Tuhan. Yesus disebut Tuhan, natsnya dapat saudara hayati sebagaimana yang telah saya uraikan terdahulu, yaitu terdapat dalam Injil Yohanes 1:1 dan 14, bahwa Firman atau Allah itu telah menjadi manusia dalam kelahiran Yesus Kristus. Karena itulah dalam 1 Yohanes 1:1 dikatakan juga, bahwa: Yesus adalah "Firman yang Hidup". Dalam kata lain sering dipergunakan istilah "Allah telah menjelma menjadi manusia". Kata "menjelma" atau kata dunia apa saja, yang dikaitkan dengan "Allah", tidak boleh diterjemahkan atau diartikan secara arti kamus atau arti dunia. Misalnya: "Allah ada", manusia juga ada. Kata "ada" yang dikaitkan dengan Allah, berbeda makna pengertiannya dengan kata "ada" yang dikaitkan dengan manusia.
Ada bagi Allah, berbeda strukturnya dengan ada bagi manusia. Ada bagi Allah, adalah karena ada dengan sendirinya, zat wajibal wujud, tetapi ada bagi manusia adalah karena diadakan atau diciptakan. Begitupun juga halnya dengan kata "menjelma" bagi Allah, tidak boleh diterjemahkan - diartikan - secara kamus bahasa dunia. Menurut kamus bahasa dunia, kalau kucing menjelma jadi gajah, bermakna kucingnya hilang, yang ada hanya gajah. Kalau batu menjelma menjadi emas, maka batu sudah tidak ada, yang ada hanyalah emas. Semuanya ini adalah pengertian "menjelma" menurut kamus bahasa dunia yang berlaku. Tetapi kata "menjelma" yang dikaitkan dengan Allah, tidaklah demikian pengertiannya. Menjelma yang dikaitkan kepada Allah tidak membawa perubahan, karena Allah itu tidak berubah (Malaekhi 3:6). Allah menjelma jadi manusia, tidaklah bermakna Allah sudah tidak ada, yang ada hanyalah manusia. Pendapat demikian memang tidak benar. Ingat! Allah itu tidak berubah. Allah menjelma jadi manusia, maka Allah tetap ada, dan manusiapun juga ada. Jadi kata "menjelma" yang kita pergunakan hanyalah merupakan kata analogi, kata yang diserupakan saja, yang diandaikan saja, namun tetap tidak diartikan secara kamus bahasa dunia, bahasa sehari-hari. Allah menjelma jadi manusia, bermakna Allah telah menyatakan dirinya, menyatakan wujudnya, mewahyukan karyanya dan lain-lain dalam pribadi manusia yang nampak itu, dalam hal ini di dalam Yesus Kristus. Hal ini dapat kita hayati apa yang diucapkan Yesus. "Bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (Yohanes 10:38b). "Aku dan Bapa adalah satu" (Yohanes 10:30). "Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yohanes 14:9b). Rasul Paulus mengatakan: "Sebab dalam Dialah (Yesus), berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an" (Kolose 2:9). Nats kedua yang menyatakan bahwa Yesus itu ''Tuhan'', dapat kita baca dalam Matius 28:18, Yesus berkata: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.'' Rasul Paulus mengatakan: "Dialah (Yesus), kepala semua pemerintah dan penguasa" (Kolose 2:10). Makna perkataan atau istilah "Tuhan", dalam bahasa aslinya Yunani adalah: Kyrios. Bahasa Ibrani: Yehova. Bahasa Inggris Lord, Bahasa Arab: Rabb, yang kesemuanya itu bermakna ''penguasa''. Allahu Rabbul 'alamin, artinya: Allah Penguasa (Tuhan) semesta alam. "...innallaha ja'ala Yasu'a hadza'lladzi shalabtumuhu antum Rabba wa Masichan", Artinya: "...sesungguhnya Allah telah menjadikan Yesus yang kamu salibkan itu Tuhan dan Kristus" (A'malul-Rasuli - Kisah Para Rasul 2:36). Disini jelas ada perbedaan antara istilah ''ALLAH'' dan istilah "TUHAN". Allah dan Tuhan memang satu. Tidak ada sesuatu apapun yang disebut Tuhan, kecuali hanya Allah. Namun kedua macam sebutan itu berbeda. ALLAH, dalam bahasa Ibrani dikatakan Eloah atau Elohim. Bahasa Gerika: Theos. Bahasa Inggris: God. Bahasa Arab: Allah. Merupakan wujud pribadi atau oknum al-khalik, pencipta semesta alam. TUHAN dalam bahasa lbrani: Yehova. Bahasa Yunani dikatakan Kyrios. Bahasa Inggris: LORD. Bahasa Arab: Rabb. Bahasa Indonesia: Tuhan. Bermakna: Penguasa; dan merupakan fungsionil Allah, kewibawaan Allah. Ke-Tuhan-an Allah, atau kewibawaan Allah, dalam Kristologi ada tiga, yaitu: 1) Mencipta, (2) Berfirman, dan (3) Membimbing, memberi taufik dan hidayat. Ke-Tuhan-an Allah berfirman, dan ke-Tuhan-an Allah membimbing ada di dalam Yesus Kristus pribadi. Dan itulah sebabnya Yesus dikatakan "Firman yang Hidup" dan "Juruselamat". Yesus sebagai Firman yang Hidup melaksanakan ke-Tuhan-an Allah berfirman dan penyelamat, dan itulah pula sebabnya Yesus dijadikan "Tuhan" oleh Allah (Kisah Para Rasul 2:36, Kolose 2:10). Alkitab mengatakan: "...dilimpahkan kuasa seluruhnya baik yang di bumi maupun yang di sorga kepada Yesus" (bacalah selengkapnya Matius 28:18). Tuhan Yesus, bermakna bahwa Yesus penguasa, yang berkuasa menyelamatkan dengan sempurna, Yesus Juruselamat kita semua, Firman yang Hidup.
Yesus memperingatkan: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Patut dicatat, bahwa yang menjadi batu sandungan - saya tidak dapat menyebut Yesus itu Tuhan, adalah karena saya sudah diajar dan mengajar, bahwa: "La ilaha illallah" (Tidak ada Tuhan, kecuali Allah). Terjemahan ini kurang tepat. Tepatnya terjemahan makna: "La ilaha illallah" itu, ialah: "Tidak ada ilah kecuali Allah". Jika demikian, maka sama sekali tidak bertentangan dengan Alkitab. Karena dalam Keluaran 20:3 dikatakan demikian: "Jangan ada padamu Allah (ilah) lain dihadapanKu". Karena itu dapat saya tegaskan bahwa ke-Tuhan-an Yesus itu tersimpul dalam kesaksian Muhammad yang mengatakan 'Isa faa innahu Rohullah wa Kalimatuhu' (Yesus itu sesungguhnya Roh Allah dan Firman-Nya).
3. TAUHID KRISTIANI
Tauhid Kristiani,  memang istilah yang terasa asing kedengarannya, karena memang jarang dipergunakan dalam istilah-istilah Theologia Kristen. Tauhid Kristiani, bermakna ajaran Kristen untuk mengenal pengertian ke-Esa-an Allah Tritunggal. Ke-Maha-Esa-an Allah Tritunggal yang menjadi iman Kristen ini sering diperdebatkan orang, yang pada umumnya masih kurang difahami oleh saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan Islam.
Allah Yang Maha-Esa
Setiap orang Muslim, berkeyakinan akan adanya Allah Yang Maha Esa, yang dikenal dalam Ilmu Tauhid Islam adalah merupakan masalah yang tidak mungkin dapat dirobah, apalagi untuk dihapuskan. Sementara itu, dalam kepercayaan Agama Kristen, juga mempunyai keyakinan yang sama. Ucapan orang-orang Kristen selalu mengatakan adanya ke-Tuhanan Yang Maha-Esa, atau Allah Yang Maha Esa. Timbul pertanyaan, apakah pandangan Islam dan Kristen mengenai pengertian Ke-Maha-Esa-an Allah ini memang sama? Ya, memang sama. Dalam ajaran Agama Islam, ke-Esa-an Allah ini dijelaskan dalam Quran antara lain Qs. Al Ikhlas 1, Qs. Al Baqarah 163, Qs. Al Maidah 73b, dan lain-lain.
Sementara itu juga dalam Alkitab diuraikan tentang ke Maha-Esa-an Allah ini, antara lain:
Yesaya 45:5, "Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah."
Yohanes 17:3, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
1 Korintus 8:4b, "...dan tidak ada Allah lain daripada Allah Yang Esa."
1 Korintus 8:6, "...bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu yang untuk Dia kita hidup."
Melihat kepada kenyataan nats Alkitab ini, maka saya sama sekali tidak bimbang lagi, bahwa pendirian saya atau keyakinan saya sendiri dahulu sebagai Muslim, dan sekarang ini sebagai seorang Kristen, sama sekali tidak membawa perubahan-perubahan sedikitpun tentang Tauhid ke-Esa-an Allah itu. Dengan lain perkataan, bahwa meskipun saya dewasa ini menyatakan diri saya sebagai orang Kristen, namun tidaklah berarti telah meninggalkan ajaran Tauhid atau menolak kebenaran ke-Maha-Esaan Allah itu, malah saya merasakan lebih memurnikannya. Jadi dapat saya yakinkan bahwa tidaklah benar dugaan-dugaan orang bahwa agama Kristen itu adalah memperkosa ajaran Tauhid, menolak ke-Maha Esa-an Allah. Malah saya dapat meyakinkan, bahwa ajaran Kristen itu, sunguh-sungguh memurnikan pengajaran Tauhid ke-Maha-Esa-an Allah. Tauhid Kristiani sungguh murni dan terunggul. Masalah ini dapat kita uji. Dan silahkan memperhatikan uraian masalah syirik di bawah ini.
Masalah Syirik
Dalam ajaran Islam, masalah syirik adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan seksama, agar pengakuan ke-Maha Esa-an Allah itu tidak bercacat. Demikian pun juga dalam ajaran Kristiani Masalah ini perlu diperhatikan. Syirik, dalam ajaran Islam adalah merupakan dosa yang tidak terampunkan. Sebab itulah mengenai masalah Syirik ini sangat menjadi perhatian saya yang sungguh dalam usaha perbandingan agama ini, selalu saya telaah dengan seksama, apakah dalam ajaran Kristen itu sendiri terdapat unsur syirik ini. Mula pertama saya menemukan satu nats Alkitab yang berbunyi: "Jangan ada padamu Allah (ilah) lain dihadapanKu. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya" (Keluaran 20:3-5). Surat 1 Yohanes 5:21 memperingatkan "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala." Mengenai masalah berhala ini haruslah ditetapkan bagaimana sesuatu benda itu disebut "berhala", sebab bukan setiap patung dikatakan berhala. Semua benda-benda itu akan menjadi berhala atau sudah diberhalakan, jika terhadapnya orang melakukan sesuatu ibadah, bersujud serta menggantungkan harap berdoa kepadanya. Termasuk syirik-lah juga hukumnya, yang mempercayai adanya ilmu-ilmu ghaib dukun-dukun peramal nasib, penenung-penenung dengan pelbagai cara/sarana mantera dengan alat-alat kemenyan dan pedupaan sebagai sarana pemanggil atau pengantar roh-roh orang mati. Alkitab dengan tegas sekali memperingatkan agar kita jangan melibatkan diri, melainkan hendaklah menjauhinya dari ilmu pedukunan ini, seperti yang tersurat dalam Kitab Ulangan 18:10-13 yang bunyinya demikian: "Diantaramu janganlah didapati seorangpun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang mati. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan, dan oleh karena kekejian inilah Tuhan Allahmu menghalau mereka dari hadapanmu. Haruslah engkau hidup dengan tidak tercela dihadapan Tuhan Allahmu" (Ulangan 18:10-13).
Mengenai masalah syirik ini dapat saya simpulkan, bahwa:
1. Agama Kristen mutlak mengakui bahwa Allah itu Esa. Hanya kepada Allah yang Esa itulah saja setiap orang wajib menyembah dan berbakti. Berbuat lain daripada itu adalah dosa yang berat (Baca: Lukas 4:8, Matius 4:10, Ulangan 6:13, Yosua 24:14-15, dan lain-lain).
2. Dalam merealisasi ke-Esa-an Allah ini, ajaran Tauhid Kristiani, tidak membenarkan adanya ilah-ilah lain di hadirat Allah berupa apapun juga, seperti patung-patung ukiran dalam segala bentuk, berhala-berhala berupa bangunan atau batu-batu buatan manusia atau pun alamiah, meskipun dengan sebutan ka'bah baitullah sekalipun, baik berwarna putih, merah ataupun hitam, tidaklah dibenarkan untuk bersembah sujud di hadapan atau di bawahnya sebagai suatu ibadah kebaktian (Bacalah: Keluaran 20:3-5).
3. Seorang Kristen yang baik menurut Alkitab, ia akan menjauhkan diri dari berbuat atau mempercayai ramalan-ramalan atau mantera-mantera para dukun, jimat-jimat, meskipun terbuat dari Kitab Suci apa saja, pembakaran dupa dan kemenyan sebagai pemanggil dan penolak roh-roh orang yang  sudah mati dan lain-lain. Ia haruslah bebas dari ketakutan pengaruh tahyul, roh-roh kegelapan (Bacalah: Ulangan 18:10-13).
4. Seorang Kristen Alkitabiah tidak usah takut, bahkan tidak akan khawatir dengan pengaruhnya roh-roh jahat atau sesuatu yang dapat ditafsirkan sebagai kekuatan-kekuatan ghaib, kuasa gelap. Dalam banyak hal Alkitab telah menyatakan bahwa kuasa Kristus menundukkan semua daya roh-roh jahat dan takluk kepadanya maka sudah seharusnya juga roh-roh jahat itu takluk kepada orang-orang Kristen pengikut Kristus (Bacalah: Yohanes 14:12, Markus 16:17, dan lain-lain).
5. Orang-orang Kristen tidak akan memandang benda-benda tertentu, misalnya batu cincin, keris, jimat dan lain-lain sejenisnya seolah-olah memiliki keampuhan ghaib istimewa. Keampuhan istimewa bagi ajaran Kristen hanyalah Roh Allah: yaitu Rohulkudus (Baca: Roma 14:17-18 dan lain-lain).
6. Baik ketakutan, rasa-gelisah, rasa kuatir, maupun keperluan-keperluan hidup lainnya, bagi setiap orang Kristen adalah suatu hal yang yang perlu dibawa kehadirat Allah dengan doa, karena hanyalah Dia saja yang dapat memahami keperluan-keperluan kita yang sebenarnya dan dapat memenuhi doa kita (Mazmur 5:3, Matius 6:25-34; Matius 7:7-8). Bukan kepada kubur-kubur keramat, bahkan juga tidak kepada kubur-kubur para nabi sekalipun.
Akhirnya dengan sadar, dapatlah saya meyakini dan percayalah, bahwa inilah Tauhid Kristiani, Tauhid yang terunggul dan termurni.
4. ALLAH TRITUNGGAL MAHA ESA
Sebelum saya menerima pertobatan dalam Yesus Kristus memang masalah doktrin Tritunggal ini menjadi sandungan, bahkan menjadi sandungan banyak orang. Hal ini terjadi hanya disebabkan salah mengerti memahami ajaran iman Kristiani ini. Ajaran dan kebenarannya pengertian "Allah Tritunggal" itu telah saya ketemukan, yang sama sekali tidaklah memperkosa makna Tauhid ke-Esa-an Allah itu sendiri. Qs. Al Maidah 73 yang mengatakan: "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah yang ketiga, dari tiga." (Teks aslinya: "Laqad kafaral ladzina qaalu innal laha syalisyu syalaasyht..." Juga Qs. An Nissa 171c mengatakan: "Janganlah kamu katakan Allah itu Tiga" (wa la taqulu syalasyht). Ayat-ayat Quran ini sering dikemukakan oleh saudara-saudara kita yang beragama Islam, termasuk saya sendiri waktu dulu, sebagai dalil untuk menolak faham Tritunggal yang dianut oleh iman orang-orang Kristen. Ayat-ayat Quran ini jelas menolak faham Tritheisme (ke-Tiga Allah-an) dan bukanlah menolak faham Allah Tritunggal (Trinitas), ajaran imannya orang-orang Kristen. Bagi orang Kristen ayat Quran ini sangat dihargai karena ajaran Kristen juga menentang setiap faham Polytheisme, dalam mana termasuk faham Tritheisme ini, yaitu faham ke-tiga Allah-an. Disamping itu, ajaran Kristen juga menentang faham-faham Atheisme Pantheisme. Alkitab telah menggariskan kepercayaan kepada Allah itu demikian: "Shema Israel! Dengarlah olehmu hai Israel; sesungguhnya Tuhan, Allah kita. Tuhan itu Esa adanya" (Ulangan 6:4). Dalam Kitab Yesaya 45:5 dikatakan: "Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain. Kecuali Aku tidak ada Allah." Dalam Injil Yohanes 17:3 dikatakan: "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Tidak ada kemungkinan barang sedikitpun, bahwa pengakuan Allah Tritunggal itu berlawanan dengan ke-Maha Esa-an Allah Yang Maha Esa itu, bukanlah berarti tiga Allah bersatu dalam satu kesatuan, sebagaimana sering ditafsirkan orang.
Rumus Allah Tritunggal sering dituliskan orang dengan angka: 1 = 3, 3 = 1, bermakna sebagai berikut:
1 = 3, yaitu SATU zat Allah, di dalam TIGA Qudrat Kuasa Allah, (Tiga Qudrat Kuasa Allah itu, ialah: (1) Mencipta, (2) Berfirman, dan (3) Bertindak, (Menolong, membimbing, memberi taufik, dan hidayah). Mencipta, dengan kata lain disebut ''Bapa''. Berfirman, dengan kata lain disebut "Anak". Membimbing, dengan kata lain disebut "Rohulkudus".
3 = 1, yaitu TIGA oknum Ilahi (Bapa, Anak dan Rohulkudus), adalah SATU wujud zat Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
Uraian lebih lanjut yang dimaksudkan Allah Tritunggal itu dapat dijelaskan lagi sebagai berikut:
(1) ALLAH alkhalik, dengan kata lain disebut "Bapa" adalah sebagai pencipta semesta alam (sebanding dengan kata sifat "Qadirun" = "Berkuasa" dalam ajaran Islam).
(2) FIRMAN, dengan Kata lain disebut "Anak" yang telah jadi jasad manusia dalam kelahiran Yesus, sebagai Firman yang hidup, untuk menyampaikan hukum-hukum Allah, kehendak-kehendak Allah, menyatakan janji-janji Allah, dan lain-lain kepada umat manusia, berbicara dalam bahasa manusia (Sebanding dengan sifat "Muridun" = "Berkehendak" dalam ajaran llmu Tauhid Islam).
(3) ROH ALLAH, dengan kata lain disebut "Rohulkudus", yang memberi Taufik dan Hidayaht (pertolongan dan bimbingan Roh Kebenaran) kepada umat yang percaya dan bertakwa kepadaNya (Sebanding dengan sifat: "Hawun" = "Hidup" dalam ajaran Islam).
Ketiga unsur diatas ini (Bapa, Anak/Firman dan Rohulkudus) digambarkan masing-masing sebagai oknum (sebanding dengan istilah "Sifat" dalam ajaran Islam) adalah Esa dalam wujud zat Allah, yang tidak terpisahkan satu sama lainnya, sama kuasanya, sama kekalnya. Tidak ada yang terdahulu atau terkemudian diantara satu dengan yang lain. Bapa, Anak/Firman dan Rohulkudus, dapat diucapkan dalam sepatah kata, yaitu: "ALLAH". Dalam Alkitab berbahasa Arab dikatakan: "Bismil Ulbi wal ibni wal Ruhulqudusi" (Dengan nama Bapa dan Anak dan Rohulkudus). Aba, Ibni, Rohulkudusi = Allah. Dalam bahasa Arab dapat dibaca ringkas: "Bismillah". Kata Bismillah ini mengandung unsur ke-Tritunggal-an iman Kristiani.
Dengan susunan kalimat bentuk lain masih dapat dijelaskan lagi sebagai berikut:
1. ALLAH disebut "Bapa", adalah dalam aktivitasNya sebagai alkhalik, Pencipta semesta alam, Maha Kuasa (Qadirun = Berkuasa).
2. ALLAH itu juga, disebut "Anak" atau dengan kata lain disebut "Firman" (Yohanes 1:14), atau "Firman yang Hidup" (1 Yohanes 1:1), adalah dalam aktivitasNya sebagai pemberi amaran/perintah menetapkan hukum, menyatakan kehendak, menyatakan janji-janji Allah kepada umat manusia. Anak atau Firman ini telah menjadi daging dalam rupa manusia, yaitu kelahirannya Yesus Kristus (muridun = berkehendak).
3. ALLAH yang itu juga, bukan Allah yang lain lagi, dikatakan "Rohulkudus" atau Roh kebenaran, adalah dalam aktivitasnya sebagai pemberi Taufik dan Hidayaht, memimpin rohani orang-orang Kristen membawa kepada kebenaran, hidup yang kekal (Hayyun = Hidup).
Sebab itu dengan penyebutan "Allah Bapa" atau "Allah Anak", ataupun "Allah Rohulkudus", tidaklah sama sekali menunjuk kepada makna jumlah banyaknya tiga Allah, meskipun terjadi tiga kali disebut nama Allah, namun Allah itu adalah tetap hanya Esa, tidak lebih. Penyebutan yang berbeda hanyalah sekedar menunjukkan adanya perbedaan aktivitas, yaitu: a. disebut "Bapa" atau "Allah Bapa" adalah sebagai alkhalik, Pencipta semesta alam, yang Maha Kuasa (Qadirun). b. disebut "Anak" atau "Allah Anak" adalah sebagai Firman yang hidup, berbicara kepada manusia dalam bahasa manusia (Muridun). c. disebut "Rohulkudus" adalah sebagai pemberi Taufik dan Hidayaht, pembimbing rohani umat manusia yang percaya, hidup dalam Roh Kebenaran (Hayyun). Jadi jelaslah kiranya, bahwa ke-Maha-Esa-an Allah Tritunggal di dalam iman Kristen, sama sekali tidaklah berarti memperkosa ajaran Tauhid, dan tidaklah juga diartikan sebagai satu kesatuan yang terdiri dari beberapa Allah atau beberapa Tuhan, seperti sering disalah tafsirkan orang. Al Quran sama sekali tidak menentang atau menolak akan pengertian Allah Tritunggal iman Kristen ini. Yang ditolak oleh Quran seperti yang disebut dalam Qs. Al Maidah 73 itu, ataupun Qs. An Nisaa 171, adalah faham ke-Tiga Allahan atau Tritheisme. Ajaran Kristen pun menolak faham Tritheisme atau ke-Tiga Allahan ini. Sebab itu yakinlah bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Quran menentang "Allah Tritunggal" iman Kristen ini.
5. KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS
Quran sura An Nisa 157 mengatakan: "dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh Almasih Isa anak Maryam seorang Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan orang yang diserupakan dengan dia. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa itu benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu."
Nats Quran ini, dipergunakan pada umumnya oleh para mubaligh Islam termasuk saya sendiri waktu dulu dalam kedudukan saya sebagai seorang mubaligh Islam untuk menolak kebenarannya Yesus Kristus itu mati di kayu salib. Saya waktu itu berpendapat, bahwa tidak mungkin seorang kekasih Allah yang menjadi rasul-Nya itu, Allah sendiri tidak memberikan perlindungan barang sedikit pun, malah membiarkan Isa Almasih (Yesus Kristus) itu mati diatas kayu salib. Apapun pula seperti yang dikatakan orang-orang Kristen itu, bahwa Yesus itu adalah Anak Allah, tidak mungkin kalau Allah Bapa tidak memberikan perlindungan barang sedikitpun. Setelah saya meyakini bahwa Alkitab itu ditunjang kebenarannya oleh Al Quran sebagaimana saya telah diilhami dengan ayatnya Qs. Al Maidah 68 dan lain-lain itu, maka masalah "Kematian Yesus di kayu salib" ini perlu saya tinjau kembali, diselidiki secara jujur, baik dari apa yang ditulis dalam Quran itu, maupun apa yang diwartakan dalam Alkitab. Maka akhirnya dapatlah saya menarik suatu kesimpulan yang meyakinkan sebagai berikut:
1. Menurut Quran tersebut, ternyatalah bahwa memang telah terjadi peristiwa "seseorang telah disalib dan mati", tetapi tidak dipastikan siapa yang mati itu. Quran menyangkal bahwa yang mati itu adalah Isa Almasih, atau Yesus Kristus. Ada yang mengatakan bahwa yang disalib dan mati itu, adalah Yahuza atau Yudas.
2. Menurut Quran itu juga dikatakan bahwa ada orang-orang memang mengatakan dengan yakin, bahwa sesungguhnya mereka telah "membunuh Yesus" itu. Sekarang saya harus mencari keterangan yang meyakinkan, siapakah sebenarnya yang disalib dan mati itu, Yesus atau orang lain.
Untuk mendapatkan keterangan ini, kita haruslah mencari bukti suatu dokumentasi sejarah yang obyektif. Hal ini adalah Alkitab, merupakan dokumentasi yang terbuka yang dapat menjadi bahan informasi. Cerita mengenai kematian Yesus di kayu salib itu, terdapat dalam empat Injil yang masing-masing ditulis oleh Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Kesaksian dari 4 penulis Injil ini adalah merupakan saksi mata, dimana mereka melihat dan mengalami sendiri. Kalau kita berpijak kepada ketentuan hukum bahwa kesaksian 2 atau 3 orang yang melihat sendiri dalam sesuatu peristiwa, sudah cukup bahwa sesuatunya itu diteguhkan sebagai hal yang benar secara hukum (Ulangan 17:6-7). Sebab itu kesaksian dari 4 penulis Injil ini yang mereka masing-masing melihat sendiri tentang benarnya terjadi peristiwa Yesus disalib dan mati, adalah merupakan kesaksian yang benar dan syah serta meyakinkan bahwa kebenarannya dapat dipercaya, dibandingkan dengan kesaksian Al Quran atau Muhammad yang ditulis sesudah enam abad kemudian yang hanya merupakan dugaan-dugaan yang tidak meyakinkan, karena memang tidak menyaksikan sendiri. Kesaksian yang lain dapat juga ditambahkan, bahwa waktu Yesus dinyatakan mati oleh kepala pasukan, maka Yusuf Arimatea datang kepada Pontius Pilatus untuk meminta mayat tersebut untuk dikuburkan. Permintaan itu dikabulkan (Markus 15:41-46). Seandainya yang diturunkan dari salib itu bukan Yesus, pastilah Yusuf Arimatea menolaknya atau memberikan keterangan ketidak-benarannya itu. Bukti lain lagi, adalah orang-orang Yahudi meminta kepada Pontius agar kuburan Yesus dijaga. Permintaan ini pun dikabulkan. Seandainya yang dikuburkan itu bukan Yesus, tidaklah mungkin orang-orang Yahudi itu menjagai kuburanNya itu. Hal ini terjadi, karena Yesus pernah mengatakan bahwa pada hari ketiga Ia akan bangkit hidup kembali diantara orang mati. Bukti lain lagi, bahwa jika sekiranya yang disalib itu bukan Yesus, tidaklah mungkin Ia dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh kasih sebagai aslinya tabiat Yesus, misalnya: "Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat", dan kalimat: "Sudah Genap" (tetelestai). Ini semua membuktikan bahwa yang mati tersalib itu tidaklah lain daripada Yesus Kristus sendiri. Dengan demikian, maka sampailah saya kepada kesimpulan yang meyakinkan bahwa "yang disalib dan mati" seperti yang diwartakan dalam Qs. An Nisaa 157, tidaklah diragukan lagi, ialah Yesus-sendiri, bukan orang lain, bukan Jahuza, juga bukan Yudas. Karena kesaksian mata dari 4 penulis Injil itu adalah cukup meyakinkan, syah dan benar.
Kebangkitan Yesus diantara orang mati.
Mengenai peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian-Nya, Al Quran tidak pernah menyangkal. Menurut Quran, Muhammad menerima wahyu tentang ucapan Yesus demikian: "Selamatlah diriku ketika dilahirkan dan ketika mati dan ketika berbangkit kembali hidup" (Qs. Maryam 33). Teks aslinya: "Wassalamu'ala yauma walidtu wayauma amutu wa yauma ub'asyu hayya." Dengan kata "ub'asyu hawa" (bangkit hidup kembali) adalah merupakan kehidupan yang nyata sesudah mengalami kematian (amutu) yang nyata. Dengan nats ini dapatlah meyakinkan saya, bahwa Yesus memang telah mengalami kematian yang nyata, meskipun kematiannya disangkal di kayu salib dan bangkit hidup kembali (ub'asyu hawa). Yesus hidup kembali pada hari ketiga diantara orang mati secara nyata, dengan kebangkitan badani yang sudah dipermuliakan (Filipi 3:21), yang dapat dilihat dan dijamah. Kematian Yesus sama sekali tidak ada artinya, jika tidak berkelanjutan dengan kebangkitan hidup kembali diantara orang mati. Sekiranya Yesus yang disalibkan itu mati dan terus mati memang akan merupakan satu pukulan yang hebat bagi iman Kristen, karena Tuhannya telah mati. Dan pastilah agama Kristen tidak akan dapat berdiri teguh sampai saat ini, karena memang sudah tidak ada harapan. Apa yang dapat diharapkan bagi keselamatan para pengikutnya di alam sorgawi, kalau Yesus itu mati dan terus mati, dan sekarang pun ada kuburannya? Untuk apa iman orang Kristen ber-Tuhan-kan orang mati? Untuk apa orang Kristen dibaptiskan atas nama orang mati? Untuk apa orang Kristen meminta syafaat kepada orang mati? Dan malah tidak masuk akal, kalau sekarang orang-orang Kristen, menjadikan orang mati menjadi juruselamatnya, sedangkan si mati sendiri tidak selamat, dia di dalam kubur.
Tetapi karena kasih Allah, bahwa Yesus disalibkan bukan mati untuk mati, melainkan mati untuk hidup kembali, dan memang hidup selama-lamanya kekal hingga pada kesudahan alam. Kebangkitan Yesus, hidup kembali diantara orang mati, bukanlah dalam khayalan, tetapi memang dalam kenyataan yang dapat dilihat dan disaksikan oleh banyak orang. Kematian dan kebangkitan Yesus adalah merupakan inti dari kesaksian iman Gereja sedunia. Kita sekarang memiliki iman yang penuh pengharapan. Kita mempunyai Juruselamat yang hidup selama-lamanya hingga pada kesudahan alam. Kita memiliki iman yang berdasarkan kasih. Kita sudah menjadi waris penerima janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus. Menderita bersama, juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia (Roma 8:17).
Karena itu yakinlah, bahwa kita sebagai pengikut Kristus akan dibangkitkan dari segala jenis kematian:
= Kita akan dibangkitkan dari kematian kebahagiaan rumah tangga.
= Kita akan dibangkitkan dari kematian rezeki nafkah hidup dari hari ke hari.
= Kita akan dibangkitkan dari kematian hati yang lemah dan rusuh.
= Kita akan dibangkitkan dari kematian iman yang sudah suam.
= Kita akan dibangkitkan dari kematian kasih.
= Kita akan dibangkitkan dari kematian segala rupa hal ihwal yang mencekam jiwa, dari segala kekuatiran, dari segala penderitaan hidup, segala penderitaan sakit penyakit, dan lain-lain.
Makna Salib Kristus bagi kita.
Rasul Petrus menuliskan ilhamnya sebagai berikut: "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukul karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu, dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya. Ia tidak berbuat dosa, dan tidak ada tipu dalam mulutNya. Ketika la dicaci-maki. Ia tidak membalas dengan mencaci-maki; ketika ia menderita. Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala pemelihara jiwamu" (1 Petrus 2:12-25). Salib yang dihubungkan dengan pribadi Yesus, adalah merupakan puncak kesengsaraan-Nya. Mati di kayu salib, bukanlah hal yang diidam-idamkan, meskipun hal itu sesuai dengan takdir rencana Allah. Karena masalah sengsara Yesus ini sudah dinubuatkan dalam Kitab Nabi Yesaya 53:1-12. Dan Yesus sendiri telah menginsyafi bahwa nubuat itu akan tergenapi atas pribadinya sebagai Hamba Allah yang dimaksudkan oleh nubuatan itu. Itulah sebabnya Yesus mengatakan di saat menghadapi saat sengsara ini, kepada seseorang yang menyertai Yesus yang bersikap untuk mengadakan perlawanan, Ia berkata: "Masukkan pedang itu kembali kedalam sarungnya, sebab barang siapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Atau kau sangka bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapaku supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimana akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?" (Matius 26:52-54). Yesus dihukum salib oleh Penguasa dan Imam Yahudi, bukanlah disebabkan Dia melakukan sesuatu kejahatan yaitu berbuat dosa melanggar Hukum Taurat. Dia dihukum oleh penguasa-penguasa imam Yahudi karena pengajaranNya menyelamatkan umat manusia dari kuasa dosa, juga karena Ia menyuguhkan (klaim) diri-Nya Anak Allah, Mesias, Tuhan Juruselamat. Dari keterangan diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa lambang salib, adalah mengingatkan kepada kita setiap penganut Kristen, bahwa Yesus menderita dan telah menjadi korban mati sengsara di kayu salib, karena da'wah-Nya untuk menyelamatkan kita semua dari penguasa dosa, agar kita mendapatkan hak hidup yang kekal di alam sorgawi.
Yesus naik ke sorga (mikraj)
Kenaikan Yesus ke sorga (mikraj) disaksikan oleh kesebelas murid-muridNya di luar kota dekat Betani (Lukas 24:50). Mengenai peristiwa kenaikan Yesus ke sorga (mikraj) ini tidak ada sanggahan Quran, malah ditunjang dengan adanya ayat Qs. Ali Imran 55 yang antara lain mengatakan: "Idz qalallahu ya 'Isa inni mutawaffika wa rafi'uka...'' (Ingatlah ketika Allah berfirman: Ya Isa bahwasanya Aku mewafatkan engkau, dan mengangkat engkau kepadaku...).
Dalam peristiwa kenaikan Yesus ke sorga ini ada dua masalah yang perlu kita catat:
1. Amanat Yesus kepada murid-muridNya, bahwa juga kepada kita sekalian yang menjadi pengikut-pengikut Kristus dewasa ini, yaitu:
a. Pergilah ke segenap penjuru dunia ini, beritakan Injil Keselamatan, menjadikan semua orang jadi murid Yesus;
b. Membaptiskan mereka atas nama Allah Tritunggal: Bapa dan Anak dan Rohulkudus.
c. Mengajar mereka dengan apa yang diajarkan Yesus Kristus khususnya, dan Alkitab pada umumnya.
2. Janji Yesus, akan memberikan Kuasa Rohulkudus kepada murid-muridNya, yang juga berarti kepada kita sekalian yang menjadi murid-muridNya atau pengikut-pengikut Kristus dewasa ini, untuk bersaksi bagi kebenaran Yesus Anak Allah, firman Yang Hidup, dan menyertai kita sekalian untuk selama-lamanya, hingga pada kesudahan alam.
Kedatangan Yesus untuk kedua kalinya.
Kedatangan Yesus untuk yang kedua kali menjadi hakim yang adil, menghakimi yang hidup dan yang mati diberitakan dalam Kisah para Rasul 1:11 dan Wahyu 20:11-15.
Kedatangan Yesus pada akhir zaman ini untuk menjadi hakim yang adil itu, pun menjadi kepercayaan bagi umat Islam pada umumnya, karena dalam beberapa hadits Bukhari dan Muslim, masalah ini ada diberitakan. Antara lain dapat dicatat sebagai berikut:
1. Hadits Bukhari dari Abu Hurairah, Jilid ll, hal 256:
"Kaifa antum idzalabna Manyama fikum wa imaamukum min kum."
(Bagaimana halmu, apabila Ibnu Maryam turun jadi imam daripada kamu.)
2. Hadits dari Musnad Imam Ahmad ibd. Hambal, jilid 11 halaman 411:
"Yu syiku min 'asya minkum an balqa 'Isa Ibna Maryama imama mahdiya wa hakama 'adlan" (Daripadamu akan bertemu dengan Isa ibnu Maryam sebagai imam Mahdi dan Hakim yang adil).
3. Nabi Muhammad sendiri pernah bersumpah untuk meyakinkan bahwa Isa Almasih ibnu Maryam akan datang kembali untuk menjadi Hakim yang Adil. Muhammad berkata: "Wallaha liyunzilna ibna Maryama hakuman adlan" (Demi Allah, sesungguhnya akan turun (datang) putra Maryam selaku hakim yang adil). Lihat: Hadits Muslim jilid I - Halaman 76.
Syarahan Hadits ini adalah mengkhabarkan kedatangannya Isa Almasih untuk kedua kalinya kelak (akhir zaman). Perkataan ''hakuman'' (menjadi hakim), mengisyaratkan bahwa kedatangannya Isa Almasih Yesus Kristus) yang kedua kali itu, tidaklah selaku Nabi membawa risalah atau syariat agama, dengan Quran ataupun Alkitab (Taurat-Injil), yang berlaku sekarang, tetapi hanyalah ia turun menjadi Hakim antara segala hakim-hakim umat ini, dengan kitab baru, yang dinamakan "Kitab al-Hayat" (Wahyu 20:11-15). Nats dari Hadits shahih Bukhari-Muslim diatas dapat dibandingkan dengan Alkitab, Roma 2:16 yang berbunyi demikian: "Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia oleh Kristus Yesus" (Roma 2:16).
Karena itu tidak ada alasan yang memberatkan bagi saya untuk ragu-ragu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku pribadi, begitupun untuk menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali, sebagai Hakim yang adil. Keselamatan menjadi Pengikut Kristus, Quran telah bersaksi sebagai berikut: "Idz qala'llahu ya 'Isa inni mutawaffika, wa raafi uka ilayya wa muthahhiiruka minal ladzina kafaruu wa yaa 'ilul ladzinat taba'uka fauqal ladzina kafaruu ilaa yaumil giaamaht..." (Ingatlah ketika Allah berkata: "Ya Isa bahwasanya Aku mewafatkan engkau, mengangkat engkau kepadaKu, membersihkan engkau daripada orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikut engkau diatas daripada mereka yang tidak percaya hingga hari kiamat." Jelas, bahwa Quran tersebut bersaksi, bahwa pengikut-pengikut Kristus terjamin keselamatannya, dalam hal ini adalah Hidup Kekal di alam sorgawi, sebagaimana di katakan oleh Yesus sendiri: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" (Yohanes 5:24). Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).
6. KEBENARAN ALKITAB
Sebagaimana diuraikan pada awal kesaksian ini, bahwa mula pertama yang merangsang saya untuk menyelidiki kebenaran Alkitab (Bible) itu adalah disebabkan oleh salah satu ayat Quran, yaitu sura Al Maidah 68 yang mengatakan bahwa Alkitab (Taurat dan Injil itu) adalah merupakan Kitab yang benar bagi orang yang beragama dalam kebenaran menurut kehendak Allah. Ada beberapa ayat dalam Quran yang sering dipergunakan oleh para Mubaligh Islam dan termasuk juga oleh saya sendiri tempo dulu dalam kedudukan saya sebagai seorang mubaligh Islam, yang ditafsirkan sebagai bukti bahwa Alkitab (Taurat dan Injil) itu telah dipalsukan, dirubah disana-sini oleh tangan kotor-jahil manusia. Secara teliti sekarang saya ingin mengerti yang sebenarnya makna ayat-ayat Quran tersebut secara wajar, sebagaimana juga halnya saya ingin mengerti isi Alkitab yang sewajarnya. Dengan penuh rasa kejujuran, saya coba memeriksa kembali sampai di mana kebenarannya yang dimaksudkan oleh ayat-ayat (nats) Quran itu. Akhirnya dapatlah saya memberikan suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Qs. Al Baqarah 75.
"Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka merobahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui."
Pada umumnya orang-orang Muslim mengatakan tafsirannya bahwa yang dimaksud "segolongan dari mereka" (friqun minhum) itu, adalah ahli-kitab (Yahudi/Nasrani) yang telah mengubah firman Allah itu, dalam hal ini mereka artikan merubah teks Taurat dan Injil (Alkitab-Bible). Dalam penyelidikan saya, pengertiannya ayat Qs. Al Baqarah 75 ini tidaklah demikian. Yang dimaksudkan "segolongan dari mereka" itu, ialah orang-orang Islam itu sendiri yang berasal dari penganut agama Yahudi/Nasrani, kemudian mereka (segolongan ini) kembali menolak Islam setelah mereka mengetahui apa sebenarnya ajaran Muhammad itu. Oleh Quran, mereka dituduh merubah makna penafsiran Quran itu sendiri, jadi bukanlah Alkitab (Taurat/Injil). Hal ini jelas dapat difahami akan pengertian ayat tersebut yang mengatakan: "...apakah kamu (maksudnya: Muhammad), masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu". "Kamu" atau "kepadamu" disini, jelas dimaksudkan adalah Muhammad. Tetapi kemudian mereka (orang-orang Yahudi/Nasrani) yang tadinya sudah mengaku percaya akan kenabian Muhammad ini, mereka menolak/keluar dari Islam, lalu mereka dituduh merubah pengertian pendengaran ayat firman Allah (dalam hal ini adalah Quran itu sendiri) yang selanjutnya juga mereka dituduh orang-orang bodoh, pembual, buta huruf dan sebagainya. Yang jelas, bahwa ayat Quran ini sama sekali tidak ditujukan kepada ahli kitab (Yahudi/Nasrani) dan juga tidak mengatakan Alkitab (Taurat-Injil) itu yang telah dirubah-rubah, melainkan malah Quran itu sendiri.
2. Qs. Al Baqarah 106.
"Apa saja ayat yang kami mansokh-kan (hapuskan) atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya..."
Perkataan "ayat'' yang dimansokh-kan (dihapuskan) dalam nats Qs. Al Baqarah ini, juga pada umumnya mereka artikan "Alkitab/Taurat-Injil". Tetapi dari beberapa buku tafsir/terjemahan Quran hampir sepakat mengatakan bahwa makna "ayat yang yang dimansokh-kan/dihapuskan" disini pengertiannya adalah bahwa ada beberapa ayat Quran itu sendiri yang telah di hapus hukumnya. Bahkan menurut buku At Tadjdid fil Islam mengatakan bahwa sedikitnya 5 sampai 500 ayat-ayat dalam Quran itu telah mansokh. Ada juga yang berpendapat bahwa makna "ayat yang dimansokh-kan" itu, adalah mengenai kemukjizatan Muhammad artinya bahwa Muhammad sebagai nabi dan rasul menerima wahyu Allah sudah tidak mendapat kuasa Allah bermukjizat sebagaimana halnya para nabi-nabi sebelumnya, seperti Musa dan Isa Almasih. Jadi jelaslah pula bahwa maksud nats Qs. Al Baqarah 106 inipun tidaklah pula kena-mengena untuk menjadi dalil menolak kebenaran kehadirannya Alkitab sebagai Kitab Ilahi yang menjadi dasar kebenaran bagi setiap orang untuk beragama yang benar.
3. Qs. Al Maidah 13.
"...karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (firman) Allah dari tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit diantara mereka yang tidak berkhianat.''
Perkataan "mereka" dalam Qs. Al Maidah 13 ini biasanya mereka sengaja tambahkan dalam tanda kurung: (Ahli Kitab) atau (Yahudi/Nasrani), sedangkan makna kalimat: "Mereka suka merubah perkataan (firman) Allah dari tempatnya...", mereka artikan Alkitab atau Taurat/Injil itu sudah ditukar-tukar dan dihapuskan/dirubah kebenarannya. Padahal yang sebenarnya, ayat inipun sama halnya dengan Qs Al Baqarah 75 adalah juga ditujukan kepada orang-orang Islam pengikut Muhammad sendiri dimana hidupnya Muhammad itu sendiri, yang tadinya memang berasal dari penganut agama Yahudi/Nasrani, berbalik kembali pada agamanya semula (menolak Islam). Oleh Quran, mereka dituduh berkhianat merubah-rubah firman Allah, dalam hal ini adalah Quran itu sendiri. Mereka menolak kebenaran Islam, sesudah mereka mengetahui ajaran Muhammad yang sebenarnya. Hal ini dapat dibaca dari seluruh hubungan ayat Quran ini mulai ayat 7 sampai dengan 13. Jadi jelaslah pula, bahwa ayat Qs. Al Maidah 13 ini pun tidaklah dapat dijadikan dalil untuk menolak kebenaran Alkitab.
Masih banyak nats-nats Al Quran yang senada dengan contoh di atas yang tadinya diartikan sebagai menolak kebenaran Alkitab itu. Saya coba memahaminya secara jujur sehingga dapatlah saya meyakini bahwa tidak ada satu ayat pun dalam Quran yang secara tegas mengatakan bahwa Alkitab (Taurat dan Injil) itu telah dipalsukan, dirubah dan lain-lain dari kebenaran aslinya. Pada akhirnya dapatlah saya menyimpulkan, bahwa apa yang Quran katakan dalam surat Al Maidah 68, Al Baqarah 62, As Sajadah 23, dan lain-lain yang telah saya kemukakan terdahulu dalam kesaksian ini, memang benar dan meyakinkan bahwa Alkitab (Taurat-Injil) itu adalah merupakan kebenaran bagi setiap orang yang mau beragama dalam kebenaran sesuai dengan kehendak Allah.
BERGUMUL DENGAN PENGARUH LINGKUNGAN
Meskipun saya sudah begitu mantap dan yakin akan kebenaran ini, dan siap sedia untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi-ku, namun saya belum juga dibaptiskan sebagaimana seharusnya, karena adanya pengaruh lingkungan yang merupakan batu sandungan. Rasa takut dan khawatir menghantui. Pengalaman saya dewasa ini menunjukkan bahwa memang banyak orang yang pernah menyatakan keinginannya untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka, namun mereka sering terbentur kepada pengaruh lingkungannya. Hal ini terjadi mungkin karena segan atau takut dengan orang tuanya, kadangkala juga takut dengan majikannya kalau-kalau ia nantinya diberhentikan. Ada juga yang terbentur kepada hubungan dengan isterinya yang belum mau menerima Yesus bersama-sama, dan masih banyak macam ragam batu sandungan lainnya yang menyebabkan seseorang tersandung menerima Yesus bertahta di dalam hatinya. Pengaruh lingkungan yang menakutkan dan mengkhawatirkan ini memang sudah diaba-abakan oleh Yesus sendiri, sebagaimana diutarakannya dalam Injil Matius 10:34-36. Penderitaan yang mungkin akan diterima oleh setiap orang yang ingin menjadi pengikut Kristus, misalnya akan dibenci oleh ibu bapa; akan terputusnya hubungan keluarga, bahkan sampai kepada terancamnya jiwa sendiri. Tetapi bagi mereka yang berbulat hati tanpa ragu menerima Yesus bertakhta di hatinya, kekhawatiran demikian sama sekali tidak perlu ada. Setiap kekhawatiran itu pasti akan teratasi oleh pertolongan Tuhan sendiri. Pengaruh lingkungan demikian memang saya alami sendiri. Namun Tuhan selalu membuka jalan. Pada tahun 1962 hingga 1964 itu, saya masih saja melakukan ibadah kembar, yaitu bersembahyang secara Islam dan ke Mesjid setiap hari Jumat, juga pergi ke Gereja setiap hari Minggu, dan hari Sabtu ke Gereja Advent. Kepergian saya ke Gereja waktu itu belumlah merupakan suatu keyakinan, tetapi lebih banyak hanya merupakan penyelidikan kebenaran. Karena saya sering membaca uraian-uraian pihak non-Kristen yang mengatakan bahwa di Gereja itu adalah ibadah menyembah berhala, seperti patung-patung dan lain-lain. Karena itu saya pergi ke semua Gereja yang ada di sekitar Jakarta ini berganti-ganti setiap minggu, bahkan sering saya lakukan dalam satu hari Minggu itu saya kunjungi dua atau tiga Gereja untuk membuktikan apa benar ada penyembahan berhala berupa: patung-patung atau benda-benda lainnya. Akhirnya dapatlah saya berkesimpulan dan membuktikan bahwa sangkaan saya itu sama sekali tidak benar. Karena setiap Gereja yang saya kunjungi, sama sekali tidak pernah ada penyembahan demikian. Maka sejak tahun 1964, memang roh-jiwa saya telah dipenuhi oleh Roh panggilan Tuhan, yaitu Roh Kebenaran atau Rohulkudus. Karenanya pada saat itu dengan begitu mantap saya sudah dapat menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi saya. Namun masih ada kelemahannya, yaitu saya belum berani menyatakan diri saya secara terbuka sebagai seorang pengikut Kristus. Saya masih merahasiakan kekristenan saya. Saya sudah pergi ke Gereja GKI Kwitang untuk pertama kalinya, meminta supaya saya dibaptiskan secara rahasia, karena saya tidak ingin diketahui oleh keluarga, antara lain oleh isteri saya sendiri. Saya tidak tahu persis siapa petugas Gereja waktu itu. Namun permintaan saya yang istimewa ini ditolak dengan alasan bahwa tidak ada pembaptisan secara rahasia. Beberapa minggu kemudian, dengan maksud yang sama saya pergi juga menemui pendeta J. Sapulete, Gereja Bethel Jatinegara. Saya segera akan dapat dibaptiskan, asalkan saja saya membawa 2 atau 3 orang saksi tetangga orang-orang seiman Kristen yang akan dapat mengawasi dan memimpin agar saya dapat hidup benar-benar secara Kristen. Syarat ini tentu saja tidak dapat saya terima, karena saya masih belum dapat menyatakan dari saya sebagai seorang Kristen secara terbuka. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan, terutama sekali keluarga saya sendiri yang tadinya saya perkirakan akan menimbulkan reaksi penentangan atau pemutusan hubungan keluarga dan lain-lain. Saya takut membicarakan kekristenan ini kepada isteri saya, karena saya menduga akan menimbulkan kericuhan rumah tangga. Saya takut mengajak isteri saya pergi ke Gereja, sebab kalau-kalau saya dibalasnya dengan mengajak saya ke penghulu untuk bercerai. Saya takut jika dihadapkan kepada perceraian itu. Karena itulah saya ingin menerima Yesus Kristus ini hanya secara diam-diam saja. Namun jiwa saya memang sudah tidak berubah lagi. Saya tidak ragu menerima Yesus Kristus. Saya tidak lagi beribadah secara kembar, melainkan sudah manunggal, hanya ke Gereja saja. Tetapi saya masih ada rasa takut dan khawatir akan reaksi keluarga. Saya sudah tidak tahu pasti bagaimana caranya mengatasi kesulitan ini. Juga saya tidak pernah datang kepada siapapun juga untuk meminta nasehat atau pandangan dalam hal ini. Pergumulan saya waktu itu benar-benar terasa sekali beratnya. Tetapi Tuhan untuk kesekian kalinya membuka jalan menolong memecahkan pergumulan saya ini. Kalau tadinya saya menduga bahwa kalau saya berbicara dengan isteri saya untuk berpindah agama dari Islam ke Kristen, maka pastilah akan menimbulkan reaksi penentangan, namun Tuhan malah melalui isteri saya itu sendiri membukakan pintu kebenaran ini. Kepada isteri saya diberikan suatu penglihatan kedamaian melalui terangnya dan indahnya pohon natal yang pada waktu itu sedang berkelap-kelip di banyak rumah keluarga Kristen. Terlintas di dalam hatinya betapa indahnya kehidupan di dalam keluarga Kristen yang ia dapat rasakan kedamaian dalam lagu-lagu Natal yang syahdu dan terang cemerlang natal yang menggambarkan kehidupan cerah setiap keluarga Kristen. Untuk menyatakan rasa hatinya itu, isteri saya beserta seorang anak saya yang perempuan datang kepada saya, menyatakan keinginannya untuk menjadi seorang Kristen dalam keluarga Kristen. Kesempatan ini, tentu saja tidak akan saya abaikan. Karena itu besok paginya tepat hari Natal, saya datang menemui Bapak Pdt. J. Sapulete untuk kedua kalinya dengan menyatakan bahwa kami sekeluarga ingin dibaptiskan untuk menerima Tuhan Yesus. Permintaan saya sekali ini benar-benar berjalan dengan lancar dan kami sekeluarga dibaptiskan pada tanggal 26 Desember 1969 oleh Bapak Pdt. J. Sapulete di Gereja Bethel Jemaat GPIB. Koinonia Jatinegara, yaitu saya beserta isteri dengan 7 anak. Seorang anak lagi menyusul seminggu kemudian. Rupanya anak saya yang laki-laki ini pun sebenarnya juga sudah sering ke Gereja, tetapi secara sembunyi-sembunyi pula takut diketahui oleh ayahnya. Dan saya ke Gereja takut diketahui oleh anak-anak dan isteri saya. Jadi kami ke Gereja saling umpet-umpetan rupanya. Puji Tuhan, karena akhirnya memang seluruhnya menjadi pengikut Kristus, menerima dan menempatkan Yesus Kristus bertahta di hati kami masing-masing.
Berkat yang berkelimpahan.
Sesudah saya dan keluarga dibaptiskan 26 Desember 1969, suasana rumah tangga kami terasa sekali perubahannya yaitu penuh dengan kegembiraan dan sukacita. Banyak berkat yang kami terima dan rasakan berupa perubahan-perubahan hidup dan kehidupan.
Rasul Paulus mengatakan:
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17).
Apabila seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruseiamatnya, maka Allah membuat suatu perubahan dalam hidupnya. Sifat Kristus dimasukkan ke dalam dirinya. Alkitab berkata: "Kamu ada bagian di dalam sifat Ilahi". Sifat yang baru ini menghasilkan kesukaan yang baru, keinginan yang baru, ketidak-sukaan yang baru, kasih yang baru. Hal-hal yang dulu seseorang sayangi, sekarang ia benci, dan hal-hal yang dulu ia benci, sekarang ia sayangi. Kehidupannya telah berubah. Perubahan ini nampak juga pada kehidupan secara lahiriah bagi seseorang, dan akan diperlihatkan kepada orang-orang sekitarnya. Seluruh pandangannya akan diubah, dan hal ini akan membawa perubahan dalam kata-kata dan apa yang diucapkan dan dibicarakannya. Sungguh ajaib! Perubahan-perubahan ini memang saya alami dan rasakan seluruhnya dalam hidup dan kehidupan kami sekeluarga dalam waktu sangat singkat sekali. Tabiat pemarah menjadi hilang dan berangsur berganti dengan kasih. Kehidupan rohani dapat kami rasakan kelegaan dan rasa damai bahagia. Perasaan bimbang dan ragu sudah tidak ada lagi. Jiwa kami sungguh-sungguh merasa mantap dan penuh dengan sukacita. Begitupun kehidupan jasmani kami mengalami perubahan yang sangat nyata berupa berkat-berkat berkelimpahan. Pengalaman ini membuktikan kebenaran janji janji Allah yang disampaikan oleh Yesus Kristus.
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum. Barangsiapa yang percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan oleh kitab Suci: "Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup" (Yohanes 7:37-38).
Yesus berkata: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan'' (Yohanes 10:10b).
Tetapi perubahan hidup rumah tangga kami yang begitu nyata dan cepat ini pun menjadi fitnah. Tetangga-tetangga kami bahkan keluarga kami sendiri mengira kami mendapat bantuan dari Gereja sebagai imbalan kami menjadi Kristen. Sering orang sampaikan ke telinga kami pameo orang yang mengatakan: "Kalau ingin kaya mendadak, turuti sikap Pak Ambrie tuh, jadi orang Kristen, nanti akan menerima sokongan Gereja jutaan rupiah", dan lain-lain. Hal ini mereka sangka bahwa perubahan hidup kami yang berkelimpahan itu adalah semata-mata dikarenakan pemberian Gereja, sebagai imbalan karena menjadi seorang Kristen. Tidak! Sama sekali tidak! Satu sen pun kami tidak pernah menerima bantuan dari Gereja ataupun dari seseorang pribadi sebagai imbalan pembujukan untuk menerima Kristus, baik berupa uang, maupun berupa materi lainnya atau janji-janji pekerjaaan dan lain-lain. Benar-benar perubahan hidup kami yang berkelimpahan waktu itu, adalah semata-mata karena berkat kemurahan Tuhan, yang memang sudah dijanjikan bahwa kepada yang percaya akan diberikan segala kelimpahan.
Kristen pasif
Selama 2 tahun (1970-1972) saya hanya menjadi seorang Kristen pasif. Saya terlalu sibuk mengurus usaha untuk hidup dan kehidupan rumah tangga saja. Saya hanya ke Gereja pada hari Minggu, dan membaca Alkitab hanya kalau ada waktu yang senggang. Sikap saya yang demikian ini telah mendapat teguran dari Tuhan. Terasa sekali Tuhan memperingatkan saya waktu itu, bahwa: "Kalau kamu ingin menjadi seorang Kristen bukanlah bersikap pasif demikian. Tidaklah layak kamu hanya berpangku tangan menikmati berkat-berkat Tuhan yang telah mencukupi kebutuhan hidupmu. Sebagai seorang Kristen pengikut Kristus, kamu harus bangkit bersaksi memberitakan Injil Kristus sebagaimana sudah diamanatkan dalam Matius 28:19-20." Bagaimana caranya  saya harus mulai melakukan kesaksian dan pemberitaan Injil ini? Hasrat memang ada, namun tidak tahu bagaimana cara memulainya. Untuk ini, sekali lagi Tuhan membuka jalan bagi saya. Bagaimana caranya Tuhan membukakan jalan ini, dapat saya uraikan sebagai berikut: Pada suatu hari, seorang kawan akrab dari Banjarmasin datang menginap di rumah saya. Ia memang kawan akrab yang dapat saya katakan sehidup-semati, senasib sepenanggungan, karena setiap kali ada penangkapan-penangkapan serdadu Belanda, kami selalu bertemu dalam penjara atau dalam kamp-kamp pengasingan/tawanan. Kedatangannya memang tetap seperti biasa saja, karena di rumah saya sama sekali tidak ada tanda-tanda sebagai seorang Kristen. Ucapan "Assalamualaikum"-nya pun saya jawab "alaikum salam." Tetapi dari tetangga saya, kawan saya ini mendapat kabar bahwa saya telah berubah menjadi pemeluk agama Kristen. Teman saya ini tentu saja membantah dan meyakinkan tetangga saya itu bahwa kejadian demikian tidak mungkin terjadi. Dia mengatakan: Saya kenal betul dengan Hamran Ambrie, bukan hanya di Jakarta ini saja, tetapi sejak dari Banjarmasin. Dia bukanlah seorang Islam abangan, tetapi ia benar-benar seorang Muslim yang cukup sadar. Di daerah ia dikenal sebagai seorang pejuang Islam yang militan, malah ia seorang Islam anti Kristen, seorang pemimpin Muhammadiyah, seorang penulis (wartawan) Muslim dan Mubaligh Islam yang cukup dikenal baik di Kalimantan Tengah (Kapuas dan Barito) maupun di Kalimantan Timur (Balikpapan dan Samarinda). Bahkan dalam Kongres Umat Islam se-Kalimantan di Amuntai 1947, Hamran Ambri adalah salah seorang dari promotornya. Dalam TNI ia diangkat menjadi Imam Tentara Angkatan Darat di Banjarmasin. "Jadi saya yakin sekali bahwa Hamran Ambrie tidaklah mungkin dengan sadar menukar agama Islamnya dengan Kristen."
Tetapi tetangga saya itu meyakinannya bahwa sekampung kami ini tahu betul dan melihat dalam beberapa tahun ini, bahwa saya memang selalu ke Gereja dan setiap Natal memasang pohon terang untuk merayakan Natal di rumahnya. "Untuk jelasnya, sebaiknya langsung saja ditanyakan pada yang bersangkutan, bagaimana jawab dan keterangan yang sebenarnya," tukas tetangga saya itu. Begitulah sekembalinya teman saya ini dari bertamu, memang langsung ia menanyakan peristiwa itu kepada saya, apakah benar kabar bahwa saya itu sekarang sudah beralih agama menjadi seorang Kristen. Pertanyaan ini tentu saja tanpa ragu-ragu saya jawab: "Ya, memang benar demikian. Saya beserta seluruh keluarga sudah dibaptiskan." Mendengar jawaban saya ini, ia pun menangis. Ia menangis karena sangat menyesakan bawa hal itu telah terjadi. Tetapi ia tidak dapat banyak berbuat. Dia hanya tinggal tertegun seketika. Sesudah ia kembali ke Banjarmasin, ia ceritakan peristiwa ini kepada orang-orang lain, terutama kepada kawan-kawan karib saya disana, yaitu apa yang telah terjadi yaitu mengenai kepindahan saya ke agama Kristen itu. Oleh seorang kawan akrab lainnya sebagai wartawan Muslim peristiwa ini dilangsir dalam pemberitaan surat kabar Harian UTAMA yang terbit di Banjarmasin.
Sdr. H. Arsyad Manan, dengan kepala berita yang dicetak dengan huruf-huruf besar, antara lain mengatakan:
SEORANG TOKOH PERGERAKAN MASUK KRISTEN
Tokoh Muhammaddiyah di tahun tigapuluhan
Pernah menjadi Pemimpin Redaksi JIHAD.

Sdr. Js. Antemas menulis antaranya: "MASUKNYA SEORANG TOKOH MUHAMMADIYAH KE AGAMA KRISTEN" - "Berita yang sangat mengejutkan".
Penulis lain, Sdr. Arthum Artha mengharapkan: "Semoga berita ini tidak benar, Hamran Ambrie, calon perintis kemerdekaan masih diyakinkan Islamismenya."

Dari tokoh-tokoh Alim Ulama di Banjarmasinpun turut menanggapi berita yang menghebohkan ini, dengan prasangka "problema-problema kesulitan ekonomi sekarang ini bisa menyebabkan seseorang beralih agama". Siapa tokoh agama ini, tidak diberitakan. Bahkan dari Perguruan Tinggi Islam lAlN Antasari Banjarmasin, turut menanggapi berita kekristenan saya ini. Sementara itu dari Sekretaris PMW (Muhammadiyah) Banjarmasin berusaha menolak, bahwa saya bukan tokoh Muhammadiyah, tetapi diakuinya sebagai pejuang Muslim. Berita kekristenan saya ini dilangsir dalam surat kabar tersebut dengan maksud supaya saya merasa malu, dan akibatnya  mereka dapat mengharapkan agar saya akan kembali ke agama Islam. Tetapi kehendak mereka berbeda dengan kehendak Tuhan. Tuhan memakai mereka sedemikian rupa, adalah untuk membangunkan saya agar menjadi seorang Kristen yang aktif dan bersaksi bagi kebenaran keilahian Yesus Kristus. Begitulah selama hampir 2 bulan peristiwa kekristenan saya ini menjadi pembicaraan umum dan pemberitaan dalam surat kabar umum Harian UTAMA di Banjarmasin. Bahkan saya mendapat kabar, hampir terjadi pertumpahan darah antara keluarga saya yang beranggapan bahwa pemberitaan itu adalah fitnah, dimana mereka ingin menyerang penulis-penulis itu. Untunglah saya segera mengirimkan "Surat Terbuka" (Berita Pengakuan) kepada harian UTAMA di Banjarmasin yang dimuat segera dalam penerbitan harian, sebagai berikut:

SURAT TERBUKA
Untuk pembaca Harian UTAMA
 Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Mengenai pemberitaan pribadi saya sekarang menganut Agama Kristen Protestan, adalah memang benar demikian, dan telah saya yakini sejak tahun 1964. Jika pemberitaan dalam harian saudara selalu digambarkan sangat mengejutkan, hal ini tidak lain karena pemberitaannya itu selalu dikaitkan pribadi saya sebagai tokoh ini, tokoh itu, seorang pejuang dan sebagainya. Terima kasih atas tanggapan dan penghargaan kawan-kawan, meskipun sebenarnya sampai saat ini saya sama sekali tidak merasa dan tidak pernah menyatakan diri sebagai tokoh atau pejuang apapun juga. Jika dalam masa yang lampau saya ikut dalam perjuangan seperti apa yang ditulis oleh kawan-kawan itu, sebenarnya tidak lebih dari pada satu kewajiban sebagai seorang putra tanah air. Dan justru karena itulah sampai saat ini merupakan suatu pantangan bagiku untuk meminta agar diberikan gelar jasa, baik sebagai Veteran maupun sebagai Perintis Kemerdekaan, karena yang sudah saya kerjakan itu hanyalah kewajiban. Terima kasih kepada kawan-kawan, terutama Sdr. H. Arsyad Manan (surat saudara belum pernah saya terima), Js. Antemas dan Arthum Artha, yang telah menulis seperlunya. Dan tulisan saudara-saudara itupun tidaklah ada yang harus saya bantah atau tanggapi lagi kecuali sebagai koreksi, bahwa sebenarnya sampai saat ini saya belum pernah menandatangani formulir permohonan Perintis Kemerdekaan itu. Kepada saudara Arthum Artha, telah saya kirimkan "Catatan Iman" yang menjadi landasan saya berpijak dalam menganut agama Kristen Protestan ini. Meskipun apa yang terjadi, namun kawan tetap kawan, sahabat akrab tak terputuskan. Hanya sekian, dan terima kasih kepada semua pihak.
Jakarta, 6 Mei 1972.
Wassalam
Hamran Ambrie

Mulai menjadi Kristen aktif bersaksi
Sesudah dimuatnya "Surat Terbuka" pernyataan saya di atas, mulailah pula berdatangan surat-surat dari kawan-kawan di Banjarmasin dan Hulu Sungai yang bernadakan: sangat menyesalkan kejadian ini, disertai dengan nasehat dan peringatan ayat-ayat Quran. Ada juga yang bertanya apa latar belakang yang menyebabkannya, dan lain-lain. Semuanya itu adalah langkah permulaan bagi saya untuk bangkit bersaksi dengan aktif. Mula-mula surat-surat itu dibalas satu per satu dengan detil. Kemudian meningkat penjelasan "catatan iman" distensil. Kemudian meningkat lagi, mengharuskan saya menerbitkan risalah tentang: "ALLAH, YESUS DAN ROHULKUDUS", yang dicetak dengan Handpress Penerbitan penyempurnaan berikutnya adalah "KRISTOLOGI DAN TAUHID" 1973. Akibatnya surat-surat yang datang semakin banyak dalam bentuk pertanyaan dan rasa simpati, juga ada yang berbentuk pembahasan mencari kebenaran.
Begitupun beberapa majalah Islam yang terbit di Jawa menulis tentang kekristenan saya ini, merupakan serangan iman. Dengan adanya tulisan-tulisan itu, surat-surat yang datang kepada saya bertambah-tambah banyak lagi. Surat-surat yang saya layani itu datang dari segenap penjuru tanah air, misalnya dari Banjarmasin dan kaum Muhammadiyah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, juga dari Sumatera (Palembang, Medan, Padang, Aceh dan lain-lain) bahkan dari luar negeri (Mesir dan Malaysia). Semuanya ini adalah merupakan rencana Allah sendiri agar saya bangkit bersaksi dengan wajar. Di antara korespondensi saya itu, terjadilah juga surat menyurat yang panjang berjalan lebih dari 6 bulan lamanya. Pelbagai masalah kekristenan dibahas, diantaranya telah saya bukukan dan diterbitkan sebagai dokumentasi kebenaran, yaitu:
1. Korespondensi dengan Sdr. H.M. Yoesoef Sou'yb, wartawan Muslim Medan (Pembantu Redaksi Majalah Kiblat Jakarta).
2. Korespondensi dengan Sdr. Samudi, Guru Agama Islarn di Salatiga (penulis Muslim Majalah Panji Masyarakat Jakarta).
3. Koresponden dengan Sdr. Imam Musa Projosiswoyo, Reaksi Majalah Studi Islam Jakarta.
4. Korespondensi dengan Sdr. Wahyono Hadi a/n Darul Kutubil Islamiyah Jakarta.
5. Korespondensi dengan Sdr. Ali Ya'kub Matondang, Student Islam di Cairo (Mesir).
6. Korespondensi dengan Sdr. A. Hasan Tou, Mubaligh Islam Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Denpasar Bali.
7. Korespondensi dengan Sdr. Ezif Fahmi dan kawan-kawan (sekelompok Pemuda-pemuda Islam di FE UNAIR) Surabaya.
8. Korespondensi dengan Sdr. M.A. Fadly, Pemimpin Mesjid Agung, Cimahi (Bandung).
Naskah-naskah korespondensi hingga 1978 (bahkan sampai akhir 1979 ini), sudah ribuan penulis-penulis surat dari saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan Islam dari seluruh pelosok tanah air Indonesia ini yang saya layani. Setiap hari surat-surat yang datang membesarkan hati. Mereka yang datang dengan surat-surat itu memang berkeinginan mencari kebenaran dan merasa puas sesudah mendapat keterangan. Puji Tuhan! Bahkan yang datang secara pribadi/langsung pun sekarang setiap hari ada. Karena begitu banyaknya perhatian, saya menyediakan waktu khusus untuk konsultasi kebenaran iman Kristen ini setiap hari: Selasa, Kamis dan Sabtu, sehari penuh dari pagi hingga malam. Puji Tuhan untuk semua ini, karena Tuhan telah memakai saya sebagai pengantara untuk menjelaskan kebenaran Alkitab dan keilahian Yesus Kristus, terutama kepada saudara-saudara kita yang berlatar belakang pendidikan Islam, agar mereka dapat memahami ajaran Kristen ini, secara wajar saja. Sebab kesalahpahaman atau interprestasi yang keliru selama ini terhadap Alkitab dan kellahian Yesus Kristus haruslah segera diperbaiki dengan menunjukkan kebenarannya.
Mulai Pelayanan Keluar
Sejak tahun 1973 hingga Februari 1978, saya bersaksi hanya dari belakang meja tulis, yaitu dengan membalas surat-surat yang meminta keterangan tentang kekristenan. Semua pembahasan dari pelbagai surat inilah diantaranya yang saya terbitkan sebagai dokumentasi kebenaran. Tetapi pada pertengahan Februari 1978 itu saya berdoa: "Ya Tuhan, berikanlah kepada saya saat ini ladang baru, karena ladang pelayanan surat-menyurat ini sekarang sudah agak sepi. Dalam berdoa ini saya langsung mendapat jawaban supaya besok pagi saya pergi keluar rumah, dari sanalah nanti akan mendapat ladang baru ini. Besok paginya, waktu pagi-pagi saya keluar rumah dengan tujuan yang belum dapat ditentukan kemana harus pergi. Waktu saya sampai di jalan besar, saya meminta supaya Tuhan mengarahkan langkah saya kemana harusnya saya melangkah pergi berjalan. Roh saya mengatakan supaya saya ini berjalan ke sebelah utara. Karena saya tidak tahu persis tujuannya, saya hanya berjalan kaki saja, tidak dapat menggunakan kendaraan seperti bis atau oplet. Saya berjalan...berjalan...dan terus berjalan. Waktu saya sampai di depan kantor Lembaga Alkitab Indonesia, Roh mengatakan supaya saya masuk ke kantor Lembaga Alkitab Indonesia ini. Saya ragu karena disana tidak ada kenalan saya yang intim. Memang disana dulu ada Bapak Ds. B. Probowinoto, tetapi beliau itu kini sudah pindah ke Salatiga. Karena itu, kalau saya masuk ke kantor ini, dengan siapa saya harus berbicara, dan apa yang harus saya bicarakan. Tetapi karena begitu keras desakan Roh menyuruh saya untuk masuk juga, maka saya langkahkan kaki saya masuk kesana. Salah seorang yang melihat dan mengenal saya, dengan segera menegur saya: "Pak Ambrie Puji Tuhan; kebetulan sekali, bahwa bapak itu (sambil menunjuk kepada seseorang yang kemudian saya kenal adalah Ds. M.Y. Kasodu S.Th.) ingin bertemu dengan Bapak." Maka segeralah kami berbincang-bincang. Kemudian datanglah juga Bapak Ds. M.K. Tjakraatmadja (pengganti Ds. B. Probowinoto) yang juga sudah mengenal nama saya dan ingin bertemu. Dari perbincangan ini saya mendapat berkat (rezeki), karena mereka membeli beberapa buku saya. Saya berfikir, apakah ini yang dikatakan ladang baru itu? Tidak! Saya ingin kembali saja ke rumah. Tetapi roh saya menyuruh supaya saya melanjutkan perjalanan ke utara lebih jauh lagi. Dan saya terus juga berjalan, hingga sampai di depan jalan Kramat V. Roh mengatakan supaya masuk ke jalan Kramat V ini, dan menemui Bapak Ds. Dr. Ais M.O. Pormes. Saya berfikir bagaimana mungkin saya berbicara dengan Bapak Ais M.O. Pormes ini karena saya tidak begitu kenal, dan tidak sepergaulan. Memang sudah pernah bertemu, kira-kira tiga tahun yang lalu. Tetapi karena memang demikian suruhan Roh yang ada di dalam jiwa saya, saya pergi juga, masuk ke jalan Kramat V ini dengan tetap berjalan kaki saja. Sebelum saya masuk rumah, saya kembali menjadi ragu karena rumah ini dulu agak ramai - banyak pekerja-pekerja pelayanan Tuhan, tetapi sekarang sepi. Mungkin Bapak Ais M.O. Pormes ini sudah pindah. Rupanya Bapak Ais M.O. Pormes sudah melihat saya dan menjemput saya dimuka pintu, dan berkata: "Hei...Pak Ambrie! Sudah dari kemarin saya ingat dan ingin bertemu dengan Pak Ambrie karena ada yang hendak saya perbincangkan. Saya menginginkan supaya kita dapat bekerja sama."
Saya agak heran, bagaimana mungkin Bapak Ais Pormes ini mengingat-ingat saya, sedangkan saya tidak pernah bergaul rapat dengan beliau. Tetapi saya ingat akan doa saya kemarin. Jangan-jangan memang kepada beliau inilah Roh menyuruh saya datang untuk mendapatkan ladang baru tersebut. Dalam bincang-bincang itu banyak hal yang menyegarkan hati dan perasaan saya, karena benar-benar Pak Ais Pormes mengharapkan saya untuk bekerja sama dalam pelayanan Tuhan dewasa ini, terutama beliau sangat memperhatikan akan kesehatan saya yang pada saat itu kelihatan buruk. Akhirnya Bapak Ais Pormes meminta kepada saya membawa suratnya kepada seorang hamba Tuhan, yaitu Bapak K.M. Sinaga, Direktur Bumi Asih di Jalan Solo 5. Surat itu saya sampaikan. Kemudian dari Bapak K.M. Sinaga saya diminta datang ke Hotel Indonesia pada hari Jum'at pagi karena kata beliau, banyak pendeta yang hendak berkenalan dengan saya. Jumat pagi tanggal 24 Februari 1978, saya datang di Hotel Indonesia, yaitu dalam satu pertemuan kelompok doa yang diadakan oleh pengusaha-pengusaha Kristen Jakarta, yang dikenal dengan sebutan "CBMC" (Christian Businessman Committee). Waktu nama saya diperkenalkan, sebenarnya sudah banyak orang mengenal nama saya, namun barulah pada hari itu mereka mengenal saya secara pribadi. Dan mulai saat itulah saya diundang untuk melayani kebaktian-kebaktian rumah tangga dan bersaksi, kemudian meningkat melayani kebaktian dan bersaksi di banyak Gereja di sekitar Jakarta dan Bandung. Hingga sampai pada saat ini, saya sudah keluar daerah Jakarta pula, misalnya mengunjungi Kalimantan Selatan (Banjarmasin, Amuntai), dan Kalimantan Tengah, Palangkaraya, Jawa Timur (Surabaya dan Malang), Bandung dan lain-lain. Inilah rupanya ladang baru itu. Saya akan melayani memasyurkan Injil Kristus ini melalui pelbagai pertemuan dan mimbar-mimbar. Meskipun sekarang saya sudah mendapatkan ladang baru berupa pelayanan, korespondensi tidak pernah terhenti, bahkan semakin bertambah-tambah banyak juga. Puji Tuhan! Semuanya ini merupakan berkat dan semuanya dapat saya layani dengan penuh suka cita.
Tambahan, kesaksian selama 1979.
Ada beberapa kesaksian yang perlu juga dikemukakan selama tahun 1979 ini antara lain:
1. Pada tanggal 13 Mei 1979, atas undangan tertulis, saya telah diundang untuk mengadakan ceramah di mesjid Darussalam, Jl. Batanghari Jakarta oleh sekelompok pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Lembaga Pengajian Islam Al Furqan. Pokok pembahasan ceramah adalah: Keilahian Yesus Kristus. Penyanggah ulama: Drs. Bunyamin Roham dan Sany Arti. Yang hadir, undangan kira-kira 100 orang terdiri dari putra-putri pelajar dan guru-guru Agama Islam. Saya hanya datang sendiri sebagai pemberi jawab, dengan 4 orang kawan lain untuk pengambilan photo dan lain-lain. Kesan terakhir, sangat baik, berjalan dengan ramah tamah dan bersalaman satu sama lainnya.
2. Pada tanggal 22 Juli 1979, ceramah ini berkelanjutan antara saya dengan beberapa tokoh-tokoh Islam dari Majelis Ulama di Jakarta. Ceramah ini dihadiri oleh banyak tokoh-tokoh Islam. Pokok pembahasan ceramah adalah: Allah Tritunggal Maha Esa. Ada 10 orang terdaftar sebagai penyanggah-penyanggah, antara lain Bapak Prof. Dr. H.M. Rasyidi, Drs. Bunyamin Roham, Dr. Tagor, Dr. Asmuni. Moderator: Dr. Marmansyah Rahman. Pertemuan malam itu seyogyanya juga akan dihadiri oleh Bapak Prof. Dr. Hamka, dan Drs. H. Hasbullah Bakry SH., tetapi kedua tokoh ini berhalangan untuk hadir. Pengunjung ditaksir kurang lebih 150 orang terdiri dari tokoh-tokoh Islam dan guru-guru Agama, cerdik pandai. Brosur acara ini sudah diterbitkan oleh PBK Sinar Kasih.
3. Selama 2 bulan, mulai 15 Agustus mengunjungi tempat di luar Jakarta, antara lain Jawa Barat, Jawa Timur kemudian 1 September mengadakan kunjungan misi Pemberitaan Injil ini ke Manado, Ujung Pandang, Tanah Toraja, Palopo Balikpapan, Banjarmasin dan Kapuas.

PENUTUP
Janji Keselamatan Hidup Kekal di Sorga bagi Pengikut-Pengikut Kristus
KESELAMATAN adalah pokok sasaran bagi setiap orang. Keselamatan bagi dirinya, keselamatan bagi keluarganya, keselamatan bagi harta benda kekayaannya, dan seribu satu macam keselamatan. Semuanya itu adalah menjadi pokok utama kebahagiaan hidup. Bagi setiap orang yang beragama, keselamatan itu tidak hanya berhenti pada batas kehidupan duniawinya saja, tetapi juga keselamatan bagi rohaninya, terhindar dari pengaruh berbuat dosa, pengaruh berbuat kejahatan. Keselamatan rohaninya penuh dengan kasih-sayang yang kesemuanya adalah untuk keselamatan hidup di alam sorgawi. Jika sekiranya Adam dan Hawa tidak berbuat salah jatuh ke dalam dosa, maka manusia akan tetap tinggal dalam sorga dengan kehidupan yang kekal. Tetapi karena dosa Adam dan Hawa, melanggar larangan Tuhan, menyebabkan manusia dimulai dari Adam dan Hawa dikeluarkan dari kehidupan yang kekal itu, ke alam dunia, dengan kehidupan yang fana, tidak kekal, yaitu mengalami maut, kematian rohani, dan kematian jasmani. Kehidupan yang fana dengan kematian rohani dan jasmani inilah merupakan dosa Adam dan Hawa yang kita warisi, diwarisi oleh semua umat manusia di dunia ini, diwarisi oleh saya dan saudara. Tetapi Allah yang Rahmani dan Rahimi itu tidak membiarkan kita untuk tetap mati rohani terpisah dengan Allah, dan Dia berjanji akan memberikan kehidupan yang kekal kembali di alam sorgawi sebagaimana Adam dan Hawa semula dijadikan.
Tindakan pertama:
Allah berfirman melalui lidah para nabi dahulu kala, agar manusia menjadi orang yang taat kembali kepada Allah, menuruti Hukum-hukumNya, antara lain Taurat dan Kitab para nabi (Ibrani 1:1a).
Tindakan kedua:
Allah menjadikan Firman-Nya itu, dalam kehidupan seorang manusia, yaitu Yesus Kristus, yang disebut juga "Firman yang Hidup" (Kalimatil hayawaht), dengan kata lain disebutkan juga sebagai "Anak Tungga! Bapa" (Ibrani 1:1b, Yohanes 1:1,14, 1 Yohanes 1:1).
Tindakan ketiga:
Allah memimpin umat manusia dengan Rohulkudus, yaitu Roh Allah itu sendiri untuk memberikan pertolongan bimbingan (taufik dan hidayaht) umat di dunia ini, agar mentaati segala firman Allah yang telah tertulis dalam Alkitab dewasa ini. Maka bagi orang-orang yang mentaati itu semua, dijanjikan untuk kembali mendapatkan kehidupan yang kekal di alam sorgawi sebagaimana asalnya Adam dan Hawa dijadikan.
Perlu dicatat:
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).
"Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum" (Markus 16:16).
Yesus mengatakan: "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10). "Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman" (Matius 28:20).
"Hai orang-orang Galilea, mengapakah kau berdiri melihat kelangit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga" (Kisah Para Rasul 1:11).
Dalam hal ini Yesus mengatakan : "Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaannya'' (Lukas 21:27).
Catatan: Kedatangan Yesus Kristus (Isa Almasih) yang kedua kalinya ini, tidaklah hanya diwartakan dalam Alkitab, tetapi juga ditunjang kebenarannya berita ini dan dipercayai oleh kaum Muslim yang sangat jelas sekali diwartakan dalam Hadits ucapan-ucapan Muhammad antara lain dapat dibaca kembali pada halaman 38 dalam buku ini, yaitu sebagai Hakim yang Adil.
Empat janji Allah yang memberikan jaminan kepada kita:
1. Mendapat kehidupan yang kekal kembali kedalam sorga, sebagaimana asalnya Adam dan Hawa dijadikan.
2. Untuk mendapatkan hak Hidup Kekal dan Keselamatan Sorgawi ini, orang wajib percaya akan Yesus Kristus dan menjadi pengikutnya yang setia serta dibaptiskan.
3. Setiap pengikut Kristus dijanjikan akan mendapat segala kelimpahan hidup, baik dari segi rohaninya maupun dari segi jasmani dan materinya, berupa berkat-berkat dari sorga.  Setiap pengikut Kristus  tidak akan merasakan berkekurangan, tetapi selalu akan merasakan berkecukupan atau berkelimpahan.
4. Juga Allah menjadikan, bahwa Roh Allah Atau Rohulkudus itu akan menyertai setiap orang yang mengaku percaya, menjadi pengikut Kristus itu setiap saat senantiasa, dimanapun ia berada, hingga pada kesudahan alam. Jika dalam kehidupan kita sehari-hari Allah senantiasa beserta kita, tidak ada setan atau iblis manapun juga yang dapat mengalahkan dan menipu kita.  
"Sebab itu, wahai saudara-saudaraku yang kekasih: Marilah, bertindaklah sekarang juga. Berbuatlah dan ambillah suatu keputusan yang nyata untuk mendapatkan Keselamatan yang dijanjikan itu, yaitu terimalah Yesus Kristus bertahta di dalam hati saudara, agar kita pada kehidupan yang kedua nanti akan tetap diberikan kepada manusia yang olehnya kita dalam keadaan sejahtera aman dan damai di dalam Dia, hidup bersama Allah dalam alam sorgawi yang kekal abadi itu. Kesempatan yang baik ini jangan diabaikan. Jangan tunggu besok apa yang dapat dikerjakan sekarang. Besok mungkin sudah terlambat, pintu pertobatan tertutup, dan penyesalan tidak akan berkesudahan sepanjang masa dalam derita penghukuman. Sekarang juga, datanglah dengan hati yang tulus, menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, untuk dapat memasuki pintu sorga Keselamatan Hidup yang Kekal itu untuk selama-lamanya. Ingatlah, bahwa: KESELAMATAN tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam DIA (Yesus Kristus), sebab dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah Rasul 4:12). 

Hormat dan Salam Kasih dalam Yesus Kristus,

Hamran Ambrie 
Jakarta, November 1978/1979

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar