TRANSFORMASI INDONESIA. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Menjawab Soal Nakham dari Bos Samuel P....

"Tuhan menyesal atau tidak ?
a. Tuhan tidak punya sifat menyesal (I Samuel 15:29, Bilangan 23:19).
b. Tuhan menyesal karena telah Saul sabagai raja di Israel (I Samuel IS: 10-11, 35). Tuhan menyesal setelah mengacungkan tangan ke Yerusalem (II Samuel 24:16).Tuhan menyesal karena telah merancang malapetaka (Yeremia, 26:3, Yeremia 42:10, Keluaran 32: 14)"

================
JAWAB : http://www.sarapanpagi.org/kontradiksi-perjanjian-lama-vt549-20.html#p1120

PERLU JUGA DIPAHAMI ELOHIM adalah KASIH...
1 Yoh 4:8 ....sebab Allah(THEOS) adalah kasih(AGAPE).(Konfirm 1 Yoh 4:16)..

Maka TUHAN ITU penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Kel. 34:6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
Mzm. 103:8 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Mzm. 145:8 TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya.

MEMANG ALLAH DAPAT MURKA PADA MANUSIA...TETAPI HAL ITU HANYA UNTUK SESAAT SAJA...
Mzm. 30:5 (30-6) Sebab SESAAT SAJA Ia murka, tetapi SEUMUR HIDUP Ia murah hati...

KARENA SEMUA YANG DIKERJAKAN DALAM KEMURAKAAN-NYA ITU DIKERJAKAN TIDAK DENGAN RELA HATI....
Rat. 3:33 Karena TIDAK DENGAN RELA HATI Ia MENINDAS dan merisaukan anak-anak manusia.

Ia yang melukai Ia juga yang membebat....Ia yang memukul tangan-Nya pula yang menyembuhkan...
Ayb. 5:18 Karena Dialah yang MELUKAI, tetapi juga yang MEMBEBAT; Dia yang MEMUKULI, tetapi yang tangan-Nya MENYEMBUHKAN pula.
JADI HANGAT-Nya Murka ALLAH tidak berhasrat membawa manusia kepada KEBINASAAN....tetapi INGIN MEMBUAT MANUSIA TAKUT AKAN DIA....

TIDAK SELALU IA MENUNTUT DAN TIDAK SELAMANYA IA MENDENDAM...
Mzm. 103:9 Tidak selalu Ia MENUNTUT, dan tidak untuk selama-lamanya Ia MENDENDAM.

MAKA DARI ITU PEMBERIAN YANG BAIK DAN SEMPURNA DATANGNYA DARI ATAS....BAPA SEGALA TERANG...
Yak. 1:17 Setiap pemberian yang BAIK dan setiap anugerah yang SEMPURNA, DATANGNYA DARI ATAS, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

KARENA IA TELAH MENGASIHI MANUSIA DENGAN KASIH YANG KEKAL....
YER 31:3 Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan KASIH YANG KEKAL, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.


Dalam Asmaul Husna....Allah disebutkan Al-LATIF(MAHA HALUS dan LEMBUT)...artinya selain pribadi yang tidak kasat mata.....tetapi juga Allah adalah pribadi yang MAHA LEMBUT HATI......memiliki perasaan yang sangat lembut.....yang mencerminkan Ia MAHA KASIH dan MAHA PENYAYANG....shg...
Mzm. 30:5 (30-6) Sebab SESAAT SAJA Ia murka, tetapi SEUMUR HIDUP Ia murah hati...
Rat. 3:33 Karena TIDAK DENGAN RELA HATI Ia MENINDAS dan merisaukan anak-anak manusia.

(Kategori : Salah memahami cara Allah bekerja dalam sejarah dan salah memahami penggunaan bahasa Ibrani)

Apa yang dituduhkan sebagai kontradiksi timbul dari "terjemahan lama" naskah Alkitab ke dalam bahasa Inggris juga bahasa Indonesia. Karena itu maka jalan keluarnya diambil dengan melihat pada konteks dan peristiwa yang terjadi.


Tim penerjemah Alkitab, King James Version, misalnya (seperti yang dipakai oleh Shabbir Ally) menterjemahkan kata Ibrani נחם - 'NÂKHAM' sebanyak 41 kali sebagai "menyesal", diantara 108 kata 'NÂKHAM' yang bermakna lain dalam Alkitab bahasa asli Ibrani. Kita tahu bahwa para penterjemah pada saat itu bekerja dengan jumlah salinan naskah Asli yang lebih sedikit daripada yang tersedia saat ini. Penemuan naskah-naskah yang lebih tua serta benda-benda arkeologis di sepanjang abad terakhir memberikan akses kepada pemahaman kata dalam bahasa asli Alkitab Ibrani yang lebih akurat. Oleh karena itu, kebanyakan para penterjemah sekarang lebih akurat dalam menterjemahkan kata 'NÂKHAM' yang (dipermasalahkan dalam kontradiksi ini) dengan makna : sikap melunak, bersedih, menyatakan rasa simpati, menghibur, menyesal, bertobat, dll. Sesuai dengan konteks yang dibicarakan. 


Dibawah ini penjelasan secara detail tentang makna נחם - 'NÂKHAM', semoga Anda semua memahami kata tersebut juga penyesuaian dengan konteks ayat yang dibicarakan.


-----

* Bilangan 23:19
LAI TB, Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?" 
King James Version (KJV), God is not a man, that he should lie; neither the son of man, that he should repent: hath he said, and shall he not do it? or hath he spoken, and shall he not make it good? 
New International Version (NIV), God is not a man, that he should lie, nor a son of man, that he should change his mind. Does he speak and then not act? Does he promise and not fulfill? 
Hebrew, 
לֹא אִישׁ אֵל וִיכַזֵּב וּבֶן־אָדָם וְיִתְנֶחָם הַהוּא אָמַר וְלֹא יַעֲשֶׂה וְדִבֶּר וְלֹא יְקִימֶנָּה׃
Translit, LO' 'ÏSY 'ÊL VÏKHAZÊV UVEN-'ÂDÂM VEYITNEKHÂM HAHU' 'ÂMAR VELO' YA'ASEH VEDIBER VELO' YEQÏMENÂH 

Bilangan 23:18-20 adalah firman Tuhan yang diberikan dalam bentuk sajak dalam suatu irama 3:3, yang mengumumkan bahwa Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta atau menyesal. Telah menjadi kehendak-Nya untuk memberkati umat-Nya. 


Bahwa Tuhan Tidak Berubah atau Tetap Sama, hal itu tidak berarti, bahwa Ia tidak bergerak, seperti gunung atau batu yang mati. Allah tidak berubah atau tetap sama justru di dalam firman dan karya-Nya, supaya menjadi sekutu umat-Nya. Bahwa Tuhan tidak berubah atau tetap sama, berarti bahwa Ia tidak akan melepaskan umat-Nya yang telah menjadi sekutu-Nya itu, sekalipun umat-Nya sering mengubah sikapnya terhadap Tuhannya. Hal ini disebabkan karena Allah terharu terhadap nasib sekutu-Nya. Bahwa Allah tidak berubah atau tetap sama ada hubungannya yang erat sekali dengan kesetiaan-Nya. Dalam hakekat Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah atau yang tetap sama justru terkandung banyak gerak dan perbuatan. Sebab justru karena Allah tidak berubah atau tetap sama, maka Ia harus bekerja guna menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi kesetiaan-Nya terhadap maksud-Nya untuk menjadi sekutu umat-Nya. 


Di dalam terang inilah kita harus melihat hal sesal Allah yang sering diungkapkan di dalam Alkitab. 



* 1 Samuel 15:29

LAI TB,Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal. 
KJV, And also the Strength of Israel will not lie nor repent: for he is not a man, that he should repent. 
NIV, He who is the Glory of Israel does not lie or change his mind; for he is not a man, that he should change his mind.
Hebrew, 
וְגַם נֵצַח יִשְׂרָאֵל לֹא יְשַׁקֵּר וְלֹא יִנָּחֵם כִּי לֹא אָדָם הוּא לְהִנָּחֵם׃
Translit, VEGAM NÊTSAKH YISRÂ'ÊL LO' YESYAQÊR VELO' YINÂKHÊM KÏ LO' 'ÂDÂM HU' LEHINÂKHÊM 


Ayat di atas umpamanya disebutkan, bahwa Sang Mulia (harfiah Yang Kuat atau Kekuatan) dari Israel tidak berdusta dan IA TIDAK TAHU MENYESAL, sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal. Firman ini diucapkan oleh Samuel kepada raja Saul, ketika raja Saul kembali dari memerangi bangsa Amalek. Di dalam memerangi bangsa Amalek itu raja Saul makin menampakkan kekerasan hatinya, dengan secara terang-terangan melanggar perintah Allah. Raja Saul menawan raja Amalek dan merampas lembu-lembu bangsa Amalek dengan alasan akan dipersembahkan kepada Allah. Padahal Allah dengan tegas memerintahkan supaya Saul menumpas segala orang Amalek dengan segala harta-bendanya. Sebagai raja yang mewakili umat Allah, Saul harus menampakkan ketaatannya yang sebesar-besarnya kepada Tuhan. Dengan perbuatannya itu raja Saul membahayakan kedudukan umat Israel sebagai sekutu Allah. Oleh karena Allah telah sekali berfirman, bahwa Ia menjadi sekutu Israel, maka Ia tidak akan berubah dari putusan-Nya itu. Ia memegang teguh kepada apa yang telah direncanakan. Tiada seorangpun yang boleh mengeraskan hatinya guna meniadakan atau menggagalkan rencana Allah itu. Karena Saul berbuat demikian (akan menggagalkan kedudukan Allah sebagai sekutu umat-Nya) maka ia ditolak oleh Tuhan. Tuhan mengambil kerajaan dari tangan Saul, dan akan memberikannya kepada orang lain. Sekalipun Allah sendiri yang telah memanggil Saul untuk menjadi raja, akan tetapi karena Saul akan merusak rencana Allah, Tuhan menarik kembali keputusan-Nya yang telah diambil terhadap Saul dengan alasan bahwa Saul membahayakan rencana Allah yang mengenai umat-Nya. 


Perubahan sikap Allah terhadap Saul adalah reaksi Allah yang penuh emosi (renjana) terhadap perbuatan manusia. Allah disakitkan hati-Nya, sehingga harus menarik kembali keputusan-Nya yang semula yang mengenai Saul. Oleh karena Tuhan tidak tahu menyesal, artinya: tidak pernah menyesali keputusan-Nya untuk menjadi sekutu Israel, maka Tuhan menyesalkan perbuatan Saul yang membahayakan keputusan Allah yang pokok tadi. 


Demikianlah Allah bukanlah Allah yang dingin, yang tidak pernah tergerak hati-Nya. Ia bereaksi terhadap perbuatan untuk-Nya. Firman dan karya-Nya adalah kongkrit bersejarah. Ia benar-benar turut menghayati kehidupan umat-Nya. Ia dapat berubah setiap waktu, artinya: Ia dapat mengubah setiap saat sikap-Nya terhadap umat-Nya, justru karena Ia tidak tahu menyesal, artinya: justru karena Ia tidak menyesal menjadi sekutu umat-Nya. 



* Kejadian 6:6

LAI TB, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
KJV, And it repented the LORD that he had made man on the earth, and it grieved him at his heart. 
NIV, The LORD was grieved that he had made man on the earth, and his heart was filled with pain. 
Hebrew, 
וַיִּנָּחֶם יְהוָה כִּי־עָשָׂה אֶת־הָאָדָם בָּאָרֶץ וַיִּתְעַצֵּב אֶל־לִבֹּו׃
Translit, VAYINÂKHEM YEHOVÂH KÏ-'ÂSÂH 'ET-HÂ'ÂDÂM BÂ'ÂRETS VAYIT'ATSÊV 'EL-LIBO 

Di dalam terang inilah Kejadian 6:6 di atas harus ditinjau. Di situ disebutkan, bahwa TUHAN MENYESAL, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan bahwa hal itu memilukan hati-Nya. 


Bahwa Allah menyesal di sini ditujukan kepada perbuatan manusia yang membahayakan rencana Allah, menyelamatkan dunia ini. Manusia pada zaman Nuh membahayakan rencana Allah untuk menjadi sekutu manusia, yaitu dengan berbuat dosa yang menyolok sekali. Perbuatan mereka sama dengan perbuatan raja Saul. Oleh karena Allah setia kepada rencana-Nya, artinya oleh karena Ia tetap sama atau tidak berubah terhadap rencana-Nya; maka Ia MENYESALKAN PERBUATAN MANUSIA pada zaman Nuh itu. 


Demikianlah gagasan yang terkandung di dalam 1 Samuel 15:29 itu sebenarnya sama dengan gagasan yang terkandung di dalam Kejadian 6:6, sekalipun pengungkapannya berbeda. Keduanya menunjukkan, bahwa Allah tidak menyesal bahwa Ia menjadi sekutu umat-Nya atau menjadi sekutu manusia, dan oleh karenanya Allah menyesalkan perbuatan manusia yang membahayakan maksud-Nya yang mulia itu. 


Masih ada ayat-ayat lainnya yang senada dengan ayat-ayat yang telah kita bicarakan, sebagai umpamanya Keluaran 32:13-14, yang menyebutkan bahwa TUHAN menyesal karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya; Yunus 4:2 yang menyebutkan, bahwa Allah adalah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya; Ibrani 13:8 yang menyebutkan, bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. akan tetapi ayat-ayat ini tidak akan dibicarakan. 


Mengenai hakekat Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah atau yang tetap sama, dapat disimpulkan demikian, bahwa Allah di dalam segala perubahan sikap-Nya itu adalah Allah yang tetap setia kepada diri-Nya sendiri. Bahwa Ia setia kepada diri-Nya sendiri, ini dapat diungkapkan dengan pengalimatan, bahwa Ia tidak menyesal, atau bahwa Ia menyesal, atau bahwa Ia tidak berubah, atau bahwa Ia meninjau kembali keputusan-Nya. Jika Allah disebut Yang Tidak Berubah atau Yang Tidak Menyesal, hal itu diterapkan kepada keputusan-Nya untuk menjadi sekutu umat-Nya, sedang jika disebutkan, bahwa Allah adalah Yang Berubah atau Yang Menyesal hal itu ditetapkan kepada sikap umat-Nya yang membahayakan keputusan Allah untuk menjadi sekutu umat-Nya tadi. 


Di dalam Alkitab hubungan Allah dengan manusia terjadi di dalam kejadian-kejadian yang konkrit di dalam sejarah. Di sepanjang sejarah itulah Allah membuktikan dengan firman dan karya-Nya, bahwa Ia tetap sama, bahwa Ia Tidak Berubah, bahwa pada-Nya tidak ada perubahan, di dalam menjadi sekutu umat-Nya. Ia setia kepada keputusan itu sampai selama-lamanya. Jelaslah bahwa kesetiaan Allah terhadap diri-Nya sendiri dan terhadap rencana-Nya adalah kekal selama-lamanya. Agar Allah dapat setia kepada diri-Nya dan kepada maksud-Nya, sering Ia harus mengubah jalan-Nya demi keselamatan umat-Nya yang sering tidak setia itu. 


Berdasarkan hal itu semuanya, hakekat Allah yang diungkapkan dalam keadaan-Nya yang tidak berubah itu barangkali lebih tepat dikalimatkan dengan ungkapan keteguhan-Nya atau bahwa Allah dapat dipercaya. 

------------------------------------------------ 

ALLAH MENYESAL 


Dalam teologi (ilmu tentang Allah) ada istilah yang disebut "anthropomorphisme" yang berasal dari kata ανθρωπος – "anthrôpos" (manusia) dan μορφη - "morphê" (bentuk, wujud), jadi bermakna mengambil bentuk atau wujud manusia (lihat artikel : ALLAH – ANTHROPOMORPHISME, di allah-anthropomorphisme-vt23.html#p47 ). 


Allah yang tidak terbatas itu tidak dapat dipahami oleh akal manusia yang terbatas, namun Allah dapat dikenal oleh manusia karena Dia berkenan menyatakan diri-Nya kepada manusia lewat para nabi dan tertulis pula di Alkitab. Untuk mempermudah pengenalan akan Allah yang tidak terbatas, maka digunakanlah bentuk bentuk yang lazim pada manusia, yang disebut "anthropomorphisme", misalnya: 


Allah mendengar, apakah Allah memiliki telinga? 


Allah melihat, apakah Allah memiliki mata? 

Allah berjalan, apakah Allah memiliki kaki? 

Hal yang sama juga digunakan dalam ungkapan Allah "menyesal", berarti ada sesuatu dalam perasaan Allah yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Menjawab pertanyaan tentang Allah "menyesal" itu tidak sulit, asal kita dapat menjawab dua pertanyaan di bawah ini: 


[1] Bagaimana perasaan Allah jika manusia menuruti firman-Nya? Senang, gembira, sukacita, tertawa? Jawaban atas pertanyaan ini saya masukkan ke dalam kategori perasaan Allah yang "positif". 


[2] Bagaimana perasaan Allah jika manusia melanggar firman-Nya? Marah, murka, menyesal, pilu, sedih, menangis? Jawaban atas pertanyaan ini termasuk kategori perasaan Allah yang "negatif". 


Jawaban atas kedua pertanyaan di atas sebenarnya lebih tepat ditujukan kepada manusia, namun dapat pula digunakan kepada Allah, tentu saja sebatas pengetahuan manusia karena kita tidak bakal dapat memahami perasaan Allah yang sebenarnya. 


Salah satu ayat tentang Allah menyesal dapat kita jumpai, antara lain: 


* Kejadian 6:6-7

[/b]6:6 LAI TB, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
KJV, And it repented the LORD that he had made man on the earth, and it grieved him at his heart. 
Hebrew, 
וַיִּנָּחֶם יְהוָה כִּי־עָשָׂה אֶת־הָאָדָם בָּאָרֶץ וַיִּתְעַצֵּב אֶל־לִבֹּו׃
Translit interlinear, VAYINÂKHEM {dan Dia menyesal} YEHOVÂH {TUHAN} KÏ-'ÂSÂH {karena Dia menjadikan} 'ET-HÂ'ÂDÂM {manusia itu} BÂ'ÂRETS {di bumi} VAYIT'ATSÊV {dan memilukan} 'EL-LIBÕ {hati-Nya} 

6:7 LAI TB, Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."

KJV, And the LORD said, I will destroy man whom I have created from the face of the earth; both man, and beast, and the creeping thing, and the fowls of the air; for it repenteth me that I have made them.
Hebrew, 
וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶמְחֶה אֶת־הָאָדָם אֲשֶׁר־בָּרָאתִי מֵעַל פְּנֵי הָאֲדָמָה מֵאָדָם עַד־בְּהֵמָה עַד־רֶמֶשׂ וְעַד־עֹוף הַשָּׁמָיִם כִּי נִחַמְתִּי כִּי עֲשִׂיתִם׃
Translit interlinear, VAYO'MER {dan Dia berfirman} YEHOVÂH {TUHAN} 'EMKHEH {Aku akan membinasakan} 'ET-HÂ'ÂDÂM {manusia itu} 'ASYER-BÂRÂ'TÏ {yang Aku sudah menciptakan} MÊ'AL {dari atas} PENÊY {muka} HÂ'ADÂMÂH {tanah itu} MÊ'ÂDÂM {dari manusia} 'AD-BEHÊMÂH {hingga ternak} 'AD-REMES {hingga yang melata} VE'AD-'ÕF {dan hingga unggas} HASYÂMÂYIM {langit itu} KÏNIKHAMTÏ {karena Aku menyesal} KÏ {karena} 'ASÏTIM {Aku menjadikan mereka} 

Kata "menyesal" yang diterjemahkan dari kata Ibrani נחם - 'NÂKHAM' yang secara konseptual bermakna tidak sesuai dengan yang dikehendaki sehingga memperlukan penghiburan, hal-hal yang tidak memuaskan hati. Bandingkan dengan nama "Nuh" dalam Kejadian 5:29 dan bandingkan pula Ishak "dihiburkan" ('NÂKHAM') oleh istrinya atas kematian ibunya (Kejadian 24:67), atau Yakub menolak "dihiburkan" ('NÂKHAM') atas kematian Yusuf (Kejadian 37:35). Jelas adalah hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak sehingga memerlukan pemakaian kata "NÂKHAM" di situ. 

Jadi, ungkapan Allah "menyesal" itu sebenarnya menggambarkan adanya suatu perasaan "negatif" di dalam diri Allah. 

--------------------------------------- 
ALLAH MENYESAL 

* Kejadian 6:7
LAI TB, Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." 
Alkitab Terdjemahan Lama, "Maka firman Tuhan: Bahwa Aku akan membinasakan manusia, jang telah Kudjadikan diatas bumi, baik manusia baik binatang jang berkaki empat, dan binatang jang melata, dan unggas jang diudara, karena bersesallah Aku sebab telah Kudjadikan mereka itu." 
KJV, "And the LORD said, I will destroy man whom I have created from the face of the earth; both man, and beast, and the creeping thing, and the fowls of the air; for it repenteth me that I have made them." 
NIV, "So the LORD said, 'I will wipe mankind, whom I have created, from the face of the earth -- men and animals, and creatures that move along the ground, and birds of the air -- for I am grieved that I have made them.'" 
Hebrew, 
וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶמְחֶה אֶת־הָאָדָם אֲשֶׁר־בָּרָאתִי מֵעַל פְּנֵי הָאֲדָמָה מֵאָדָם עַד־בְּהֵמָה עַד־רֶמֶשׂ וְעַד־עֹוף הַשָּׁמָיִם כִּי נִחַמְתִּי כִּי עֲשִׂיתִם׃
Translit interlinear, "VAYO'MER {dan Dia berfirman} YEHOVÂH {TUHAN} 'EMKHEH {Aku akan membinasakan} 'ET-HÂ'ÂDÂM {manusia itu} 'ASYER-BÂRÂ'TÏ {yang Aku sudah menciptakan} MÊ'AL {dari atas} PENÊY {muka} HÂ'ADÂMÂH {tanah itu} MÊ'ÂDÂM {dari manusia} 'AD-BEHÊMÂH {hingga ternak} 'AD-REMES {hingga yang melata} VE'AD-'ÕF {dan hingga unggas} HASYÂMÂYIM {langit itu} KÏNIKHAMTÏ {karena Aku menyesal} KÏ {karena} 'ASÏTIM {Aku menjadikan mereka}" 

KJV menerjemahkannya dengan 'it repenteth me' dan NIV menerjemahkannya dengan 'I am grieved'. Kata "menyesal" yang diterjemahkan dari kata Ibrani נחם - 'NÂKHAM' mengandung banyak makna misalnya "Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan ('NÂKHAM')" (Kejadian 5:29); "Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan ('NÂKHAM') setelah ibunya meninggal." (Kejadian 24:67); "Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan ('NÂKHAM') dia, tetapi ia menolak dihiburkan ('NÂKHAM')" (Kejadian 37:35). 


Kata 'repent' dalam bahasa Inggris berarti 'think with regret or sorrow of; be full of regret (about); wish one had not done. Sedangkan 'grieve' dari 'grief' adalah 'deep or violent sorrow'. 


Jadi dari beberapa contoh di atas, barangkali kata "menyesal" itu dapat diterjemahkan dengan kata lain yang lebih tepat ..., apa yang dikehendaki oleh Allah ternyata tidak terlaksana, hal itu tidak menyenangkan dan menghibur-NYA. Allah tidak menghendaki siapa pun berbuat dosa, namun tatkala manusia berbuat dosa maka DIA menjadi "NÂKHAM". 

-----
Jadi tidak ada kontradiksi/ pertentangan disini, jika kita memahami makna "NÂKHAM" dan konteks yang sedang dibicarakan . Pertanyaannya adalah "Apakah Allah menyesal?" Jawabannya "Tidak, Allah tidak pernah menyesal (dalam artian berubah pikiranNya karena kecewa)". Demikianlah Allah bukanlah Allah yang dingin, yang tidak pernah tergerak hati-Nya. Allah bukan 'seonggok batu' yang tidak pernah tersentuh hatiNya. Namun Ia selalu menanggapi situasi dan prilaku setiap anak-anakNya dengan penuh kasih atau dengan murka, sehingga Ia akan menjadi sedih dan geram ketika manusia berbuat jahat, atau berpaling dariNya.

SUMBER : 
- Yohannes/ Biblika
- Archer, Gleason, L., Encyclopedia of Bible Difficulties, 1994 Revised Edition, 1982, Zondervan Publishing House 
- Jay Smith, Alex Chowdhry, Toby Jepson, James Schaeffer, 101 Contradictions in the Bible Cleared Up .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar