TRANSFORMASI INDONESIA. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KESAKSIAN SEORANG ISLAM YANG MENDAPAT PENCERAHAN....

SELIDIKILAH ANDA PASTI AKAN SELAMAT
Kesaksian Sultan Muhammad Paul

1. HIDUP MUDA DAN PELAJARAN
Tanah air saya adalah Afganistan. Ayahku adalah seorang penduduk di ibukota
kabupaten Logar, sebuah kota yang terletak kurang lebih 80 km sebelah
selatan dari Kabul. Ayahku bernama Payanda Khan berpangkat Kolonel dl Angkatan Darat Afganistan dan bergelar “Bahadur Khan”. Dia terkenal di seluruh nagara dengan sebutan “Kolonel Bahadur Khan”. Ayahku mempunyai dua orang istri. Isteri pertama diambil dari keluarga dekat dan dia memperoleh tiga anak perempuan, tetapi tidak ada anak laki-Iaki. Karena takut keluarga akan punah maka ia menikah lagi dengan putri Sayyid Mahmud Aga, keluarga bangsawan yang tersohor dl Afganistan. Adik-ku. Taj Muhammed Khan, dan saya sendiri dilahlrkan dari pernikahan ini. Tidak lama sesudah Abdur Rahman Khan, seorang Amir (penguasa) yang datang dari Rusia untuk naik tahta dl Kabul, ia menangkap kaum orang bangsawan negara ini dan membawa mereka ke sesuatu tempat yang tidak diketahui. Kemudian mereka di hukum mati. Salah satu diantara mereka adalah ayahku. Sesudah itu malapetaka ke dua menimpa keluargaku. Dengan alasan politik dua paman dari pihak ibuku ditangkap dan dipenjarakan di Kabul yang kemudian dibuang ke India. Tidak lama sesudah itu, paman ketiga saya bersama ibunya dan para pembantunya datang ke India. dengan izin Amir, sedangkan sisa dari keluarga dekat saya tinggal di Kabul. Sesudah tiba di India mereka diam di Hasan Abdal. Berhubung situasi politik semakin bertambah sulit, maka seluruh keluarga saya pindah ke Hasan Abdal. Beberapa bulan sesudah itu Ibuku meninggal dunia. Akhirnya. sesudah ada perdamaian antara keluarga saya dan Amir Abdur Rahman Khan, seluruh keluarga pulang ke kampung halamannya. kecuali ketiga paman saya dan saya sendiri. Kemudian saya pergi ke Delhi dan masuk sekolah, Madrasah-I Fatehpuri, agar saya menyempurnakan diri di dalam menguasai bahasa Arab. Pada waktu itu. Kepala sekolah adalah Mawlana Abdul Jalil, seorang Pathan asli dari daerahNaushera (suku Pathan adalah suku utama dl
Afghanistan). Guru yang kedua adalah Fateh Muhammed Khan dari Quandahar.
Karena kebaikan hati mereka saya segera menyelesaikan mata pelajaran ilmu
mantik. dan mereka secara khusus mengarahkan diri kepada pelajaran sunna
dan tafsir. Pada siang hari saya belajar bersama teman-teman sekelas dan sore
hari saya mendapat bimbingan khusus oleh Mawlana Abdul Jalil. Jadi, oleh anugerah Allah saya dapat menguasal pelajaran-pelajaran Ini.

2. PERTEMUAN-PERTEMUAN PERTAMA DENGAN ORANG
KRISTEN
Pada suatu hart saya pulang bersama dengan beberapa kawan ke Chandl Chowk Oalan Utama di Deihl), kami melihat orang banyak berkumpul dekat dengan sekolah kami. Setiba di kumpulan ini kami melihat sedang te adl perdebatan tentang Tritunggal antara seorang penginjil Kristen dengan salah satu mahasiswa kami. Penginjil ini sudah menemukan dukungan untuk doktrinnya dari ayat Al Qur’ an yang ber-bunyi”Dan Kami lebih dekat kepadanya dari lehernya.” (AJqur’an
50,i6) . Dia berkata bahwa kata ganti orang pertama jamak dalam ayat ini adalah :
(nahnu) “kami” akan tetapi kalau keesaan Allah adalah sempuma, maka yang harus
dipakai adalah kata ganti orang pertama tunggal, yaitu (ana, Aku). Karena
mahasiswa Itu memberikan suatu penjelasan yang tidak tepat, teman-teman
mendorong saya supaya menyanggah dari si penginjil ini. Dengan demikian saya
maju ke depan dan menjelaskan bahwa kata ganti orang pertama jamak menurut
bahasa Arab dipakai secara kiasan untuk menunjukkan hormat dan bukan untuk
menunjukkan jumlah orang. Iniah kesempatan pertama saya bertemu
dalam perdebatan dengan seorang Kristen. Sejak hari itu lahir-lah dalam diriku suatu keinginan yang tidak dapat dilukiskan untuk berdebat dengan orang-orang Kristen. Keinginan yang berasal dari semangat yang bernyala–nyala yang berakar di dalam hatiku dan perhatiari saya tentang hal-hal yang suei. Dengan kemampuan saya, saya mulai mengumpulkan buku-buku yang penting untuk membuktikan ketidakbenaran Kristen. Saya belajar sungguh-sungguh dan sesuai dengan hari yang sudah ditentukan saya datang ke Taman Air Mancur untuk berdebat dengan penginjil-penginjil Kristen. Pada suatu hari, seorang pendeta Inggris, yang selalu menemani penginjil-penginjil ini, memberikan kartu namanya dan mengajak saya untuk mampir di rumahnya. la sangat baik dan saya diperbolehkan mengajak teman-teman saya ke sana. Dengan demikian, saya datang ke rumahnya bersama dua atau tiga orang teman. Sambil minum teh kami bertukar-pikiran tentang agama yang menarik. Dia menoleh kepada saya dan bertanya “Apakah saya membaca Alkitab? “Saya menjawab, mengapa saya harus membaca Alkitab?”. “Siapa yang mau membaca sebuah buku yang setiap tahun diubah?”. Mendengar jawaban ini, timbul satu air muka yang penuh dengan belas kasihan di muka pendeta ini dan Ia berkata dengan senyum yang lemah, “Apakah kamu berpikir semua orang Kristen itu tidak jujur? Apakah kamu berpikir kami tidak takut kepada Allah, sehingga kita terus-menerus menipu dunia dengan merubah Injil yang Suci itu? Apabila seorang Muslim berkata bahwa orang Kristen mengubah isi dari Taurat dan Injil, maka ada kesan bahwa semua orang Kristen tidak jujur dan sudah menjadi penipu. Per-nyataan ini merupakan satu tuduhan yang berat dan yang tidak bisa dibenarkan. Orang-orang Kristen yakin Alkitab adalah Firman
Tuhan sama seperti orang Muslim meyakini AI-qur’an. Jadi, kalau tidak ada
seorang Muslim yang dapat mengubah Alqur’an, bagaimana mungkin seorang
Kristen dapat mengubah Kitab yang Suci dari Allah yang Maha-hikmat? Seandainya
ada seorang Muslim yang jahat dan bodoh yang mengubah isi AI-Our’an tentunya
semua orang Muslim akan mengucilkan dia dari Islam dan mengumumkan
fakta-fakta tentang dia? Demikian juga, jika seorang Kristen yang jahat dan bodoh
mengubah ayat-ayat Alkitab, bukankah semua orang Kristen akan menganggap dia
di luar kekristenan dan akan mengumumkan fakta-fakta tentang dia? Tentu saja, mereka akan membuat itu! Dari hal ini kamu dapat melihat bahwa sanggahan orang Muslim bahwa Alkitab sudah diubah tidak berdasar dan sia-sia. Saya yakin bahwa sanggahan ini dipegang oleh orang-orang Muslim yang pada umumnya tidak mengenal Alkitab, iman dan doktrin Kristen.” Pendeta itu memberikan saya dua Alkitab, satu dalam bahasa Persia dan satu dalam bahasa Arab dan la mendorong saya untuk membacanya. Kami mengucapkan terima kasih dan pulang tetapi saya sama sekali tidak menaruh perhatian atas sarannya itu. Tujuan saya membaca Alkitab adalah untuk menemukan kesalahan-kesalahan didalamnya, membuktikan ke-benaran Islam dalam Alkitab dan membungkamkan
orang Kristen dalam perdebatan. Saya tidak membaca Alkitab dari awal sampai
akhir, melainkan hanya bagian—bagian yang dikutip pembantah-pembantah Islam
yang ada dalam tulisan-tulisan mereka. Selama berada di Dehli, saya sibuk
bantah-membantah dengan orang—orang Kristen

3. PELAJARAN-PELAJARAN LEBIH LANJUT
Pada suatu saat saya memutuskan untuk pergi ke Bombay. Disana saya bernasib
baik dapat bertemu dengan Mawlavi Hidayat Ullah, seorang yang sangat dihormati di daerah itu penuh wibawa dan arif. Dia berasal dari Kabul dan dia merupakan kenalan yang baik dengan keluarga saya. Begitu kami saling mengenal di Bombay dia dengan senang hati berjanji untuk mengajar saya. Dia merasa bahwa pelajaran saya secara biasa sudah hampir selesai dan dia menasehati saya untuk lebih memusatkan perhatian pada mempelajari buku-buku. Dia juga menginjinkan saya mempergunakan perpustakaannya yang bagus sekali. Begitulah, saya mulai belajar di bawah bimbingannya. Guru ini sudah menghabiskan sebagian besar dari hidupnya di Istanbul, Mesir, dan Arabia, dia seorang cendikiawan literatur. Dia
mengajar di dalam bahasa Parsi, bahasa ibu kami berdua, sehingga memudahkan
kalau belajar. Pada waktu itu seorang cendikiawan lain datang dari Mesir ia seorang ahli di dalam ilmu logika dan filsafat, dia diangkat menjadi guru besar di Madrasah Zakariyya. Dia adalah Mawlavi Abdul Ahad dari daerah Jalalabad di Afghanistan. Sesudah saya mengetahui tentang kedudukannya, saya masuk Madrasah Zakariyya dan mulai mempelajari buku-buku lebih dalam tentang logika dan filsafat. Guru ini menganggap saya sebagai anak-nya sendiri dan memberikan saya sebuah ruangan yang bersebelahan dengan ruang studinya, sehingga setiap saat dengan mudah saya dapat menghubunginya apa-bila saya memerlukan pertolongan.

4. PERDEBATAN LEBIH LANJUT DENGAN ORANG KRISTEN
Pada suatu hari beberapa sesama mahasiswa dan saya berjalan-jalan dan sampai di Dhobi Talab (salah satu daerah di Bombay) Di situ kami berjumpa dengan beberapa penginjil Kristen yang sedang berbicara dengan penduduk di sana Perasaan permusuhan yang lama segera timbul kembali. Saya ingat pengalaman saya di Dehli dahulu. Saya siap maju ke depan menentang para penginjil itu, tetapi seketika itu saya dicegah oleh seorang teman saya, yang berkata. “Mawlavi Sahib kami, tidak pernah memperhatikan orang-orang ini. Cuma buang waktu saja bila berdiskusi dengan mereka.” Orang-orang hina Ini tidak mengetahui bagaimana caranya harus berdiskusi maupun mereka tidak mengenal tata tertib
perdebatan. Mereka dibayar untuk melaksanakan tugas mereka. jadi saran sekali tidak ada gunanya bantah-membantah dengan mereka. “Saya mengetahui segala sesuatu tentang orang-orang ini,” Saya menjawab: Mereka tidak mengetahui seni dan tata tertib berdiskusi tetapi mereka tahu cara menyesatkan orang. Adalah satu kewajiban untuk setiap orang Muslim sejati untuk menyelamatkan saudara-saudara seMuslim yang sembrono dari persengkongkolan dan penipuan mereka.” Saya maju ke depan dan mengajukan banyak sanggahan terhadap apa yang mereka katakan. Mereka langsung membalas saya secara bertubi-tubi dengan pertentangan terhadap sanggahan-sanggahan saya. Perdebatan ini akhirnya dipersingkat karena kurang waktu. Berita tentang perdebatan kami segera tersebar di antara para mahasiswa di sekolah. Mereka juga mulai berkobar-kobar di dalam perdebatan. Kami pergi secara teratur setiap minggu dua kali bertemu dengan orang Kristen ini di dalam perdebatan. Akhirnya, dua orang missionaris mengundang kami ke rumahnya melalui Bapak Joseph Bihari Lal, pemimpin guru di gereja mereka. Tatkala kami di situ, mereka katakan, bahwa Dhobi Talab terlalu jauh untuk kami, supaya bisa dicapai dengan mudah mereka menawarkan untuk membuka satu ruang bacaan dekat sekolah kami, agar di situ kami bisa mengadakan pemeriksaan sekali seminggu sesuka hati, kalau kami
sungguh-sungguh mau mengetahui kebenaran tentang kekristenan. Dan saya terima tawaran itu. Sesudah ruang bacaan tersebut dibuka, kami bertemu di situ menurut jadwal yang sudah ditentukan. Sesudah saya sadar bahwa para mahasiswa di sekolah dan ternan-ternan saya kurang mengetahui tentang agama Kristen dan kurang berpengalaman di dalam perdebatan, saya menyewa satu rumah lain atas nasihat Sahib Mawlavi Abbas Khan. Di situ kami membentuk sebuah perkumpulan yang bernama “Nadwatul Mutakallimin” dengan tujuan menyiapkan pembantah-pembantah yang dapat melawan agama–agama non-Islam, khusus terhadap kekristenan. Ketika guru saya memperhatikan bahwa saya selalu terlibat dalam hal-hal yang diperdebatkan dan tidak mempunyal minat lain di dalam kehidupan, pada satu hari setelah sembahyang maghrib Ia datang ke kamar saya. Pada waktu itu saya sedang membaca Injil. Dia bertanya tentang apa yang sedang saya baca. Saya menjelaskan kepadanya dan dia menanggapi dengan marah, “Saya takut kamu. Akhirnya menjadi seorang Kristen!” Saya merasa begitu ditantang oleh pemyataan ini, dan walaupun saya tidak mau memperlihatkan sikap seolah-olah kurang menghormatinya, saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menjawab, “Mengapa saya akan menjadi seseorang Kristen? Apa dengan hanya mem-baca Injil seorang dijadikan Kristen? Saya membaca Injil supaya saya bisa menghancurkan kekristenan sampai ke akar-akarnya: Bapak seharusnya memberanikan saya dalam hal ini dari pada mencari-cari kesalahan saya. Dia menjawab, Justru saya menegor kamu,
karena saya telah mendengar. bahwa siapa yang membaca Injil akan menjadi seorang Kristen. Apakah kamu tidak pernah mendengar seorang pesyair mengatakan. ‘Apabila Ia membaca Injil. hati seorang setiawan berbelok dari Islam’? “Pendapat ini tidak tepat”. saya menjawab. Sesudah dia memberi nasihat lebih lanjut, guru kembali ke ruangannya.

5. PERJALANAN KE ARABIA

Berlangsung selama beberapa tahun, sampai saya secara mendadak berhasrat untuk naik Haji Dengan segera saya mengurus keberangkatan saya dan saya naik kapal api “Shah-i-Nu”, menuju ke Jeddah dan dari situ saya meneruskan ke Mekkah. Dari Mekkah saya bersurat kepada Mawlavi Hassamud Din, penerbit dari Kashful Haqaiq. Tatkala saya mengenakan pakaian ihram dan kemudian menuju Gunung Arafah, saya melihat pemandangan yang indah : Yang kaya dan yang miskin, yang tinggi dan yang rendah, semua berpakaian sarna, yaitu pakaian
putih yang sarna.. Nampak seolah-olah semua orang mati, berpakaian kain kafan,
keluar dari kuburan mereka untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan-perbuatan mereka di dunia. Pemandangan ini membuat saya menangis. Tetapi pada saat yang sama ada terlintas sebuah pemikiran dalam pikiran saya, “Seandainya Islam bukan agama yang benar bagaimana keadaan saya pada Hari Kebangkitan?” Di situlah saya berdoa kepada Allah, “Ya, Allah, tunjukkanlah kepada aku agama yang benar dan jalan-Mu yang benar. Jika Islam merupakan agama yang benar, teguhkan aku di dalamnya, dan berilah karunia kepadaku supaya aku dapat mendiamkan musuh-musuh Islam. Apabila kekristenan adalah agama yang benar maka nyatakanlah kebenarannya kepadaku. Amin.” Setelah kunjungan singkat ke Medina, saya kembali ke Bombay. Selama saya tidak ada, perkumpulan “Nadwatul Mutakallimin” sudah dibubarkan. Setelah saya kembali saya segera membentuk satu per-kumpulan yang baru. Saya sendiri menjadi ketuanya dan Abdur Rauf menjadi sekretarisnya. Di rumahnya, dekat Jalan
Grant, perkumpulan kami mengadakan per-temuan-pertemuan. Sudah menjadi
kebiasaan kami untuk setiap minggu mengundang seorang tamu yang non-Islam
untuk berceramah terhadap kami dan ke-mudian salah satu dari anggota kami
harus membantah dalil-dalil penceramah tamu. Munshi Mansur Masih biasanya
datang secara teratur untuk berbicara mewakili kekristenan. Yang lain datang
untuk berbicara atas nama Arya Samaj (salah satu aliran di dalam agama Hindu).

6. SATU PERKARA YANG SANGAT PENTING
Pada suatu hari Munshi Mansur Masih memberikan ceramahnya dengan meyakinkan bahwa dalam Islam tidak ada keselamatan. Anggota-anggota dari per-kumpulan kami meminta saya untuk menjawabnya. Saya berusaha sekuat tenaga untuk sungguh-sungguh membuktikan bahwa di dalam Islam ada keselamatan yang sempurna dan pasti. Para hadirin menghargai ceramah saya, tetapi dalam hati saya yang terdalam saya tahu bahwasanya jawaban saya tidak
meyakinkan saya sendiri. Sebenarnya, pada waktu saya sedang berbicara, saya
terpaksa harus mengakui bahwa saya ada dalam posisi yang lemah. Meskipun suara saya lebih kuat berkoar dari pada lawan saya, suaranya begitu menggelegar dalam jiwa saya dengan suatu kuasa yang tidak dapat saya gambarkan. Kurang lebih pukul 11 malam diskusi ini berakhir. Saya pulang dan merenungkan apa yang dikatakan Munshi Mansur Masih tadi. Makin saya berpikir, makin nyata dalam diri saya bahwa keselamatan merupakan napas yang menghidupkan dari sebuah agama dan merupakan suatu dasar yang diperlukan. Tanpa keselamatan itu, agama bukan sebuah agama. Selanjutnya, saya menjadi insyaf bahwa manusia adalah sebuah berkas kealpaan, ketidaktaatan, dan kejahatan. Kehidupan manusia tidak pernah begitu suci sehingga ia bebas dari noda dosa. Dosa telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri manusia. Merupakan suatu istilah yang benar, “membuat salah adalah manusiawi”. Pertanyaan yang sesungguhnya ialah : Bagaimana kita dapat melarikan diri dari pertanggungan jawaban dan penghukuman? Bagaimanakah seseorang dapat diselamatkan? Inilah menjadi tugas saya untuk menyelidikinya dengan jujur dan tanpa prasangka. Apabila saya menemukan bahwa keselamatan itu seharusnya lewat Islam maka saya akan mengucapkan syukur kepada Allah. Seandainya begitu, mata saya akan bersinar dan hati saya bersukacita. Tetapi apabila Islam tidak menyediakan jaminan sepertl itu, maka saya terpaksa mencari agama lain yang menunjukkan satu rencana keselamatan yang memuaskan. Ketika saya mengambil keputusan untuk menyelidikinya, saya bertutut dan berdoa di hadapan Allah sambil menangis tersedu-sedu, dan berjanji untuk tidak membaca lagi Alkitab seperti saya perbuat selama ini. Saya akan membacanya sedemikian rupa sehingga saya seorang yang berdosa boleh menemukan jalan keselamatan itu.

7. PENYELlDIKAN MENUJU KESELAMATAN
Mulai saat itu, saya merubah sikap, dan sebagai seorang pencari kebenaran yang
sejati, saya mulai membaca dan memperbandingkan Alkitab dengan Al Qur’an.
Supaya ada sejahtera di dalam jiwa saya, saya meminjam sebuah buku Avesta (buku suci dari agama Zoroaster) dari seorang teman Parsi, dan membeli sebuah buku dari Satyarth Prakash. Kemudian saya mulai membandingkan buku-buku ini.
Setelah saya membaca Avesta itu dengan sungguh–sungguh dan berbicara dengan ahli-ahli Parsi, saya lebih patah hati tentang jalan keselamatan, sebab tidak ada cara keselamatan yang masuk akal yang dapat di-kemukakan di dalam agama ini. Kemudian saya beralih mempelajari buku Satyarth Prakash yang ditulis oleh Swami Dayanand Sarasvati, yang tentunya merupakan tulisan yang paling bagus mengenal doktrin-doktrin Aiya Samaj. Saya membacanya dengan harapan akan dapat menemukan apa yang dl carl. Tetapi sebaliknya saya menemukan doktrin-doktrin yang aneh yang membuat bulu roma saya berdiri. Saya menemukan bahwa Allah tidak dapat mengampuni dosa. Saya sungguh terkejut dan mengambil kesimpulan bahwa tidak ada gunanya mengikuti Arya Samaj untuk memperoleh keselamatan. Menurut Arya Samaj, Allah tidak dapat mengampuni dosa seseorang, baik yang dilakukan sebelum maupun sesudah menjadi seorang Arya Samaj. Dengan demiki-an, penghukuman tidak dapat dihindari. Selanjutnya, saya menemukan bahwa dalam Arya Samaj, keselamatan itu tidak abadi. Semakin jelas bagi saya bahwa tidak ada keselamatan dalam Arya Samaj dan andaikata keselamatan dapat diperoleh dengan cara begitu atau dengan cara yang lain itupun tidak kekal. Akibatnya, jika keselamatan hanya untuk sementara saja, bukankah seseorang akan terus–menerus ketakutan bahwa kebahagiaan selanjutnya boleh ditolak untuk dia setiap waktu? Ketika saya sampai pada kesimpulan ini dan melihat bahwasannya tiada keselamatan bagi seorang seperti saya ini, saya menghentikan menyelidiki Satyarth Prakash. Tugas yang paling berat yang saya hadapi adalah menyelidiki Al Qr’an dan Hadis yang paling dapat dipereayai. Sebelum saya memulai penyelidikan untuk mencari keselamatan melalui Al-Qur’an, saya mengangkat tanganku kepada Allah dan berseru di dalam doa, “Oh, Allah, Engkau mengetahui bahwa aku ada-lah seorang Muslim dan dilahirkan sebagal seorang Muslim, dan dari angkatan ke angkatan nenek moyangku dilahirkan sebagal orang-orang Muslim dan mereka wafat dalam agama ini. Dalam Islam aku juga dibesarkan dan dididik. Karena itu angkatlah segala rintangan yang mau menghalangi aku dari menemukan jalan-Mu yang benar dan tunjukkanlah kepadaku jalan keselamatan-Mu sehingga ketika aku harus meninggalkan dunia yang fana Inl, aku tidak mengecewakan Engkau. Amin.” Apa yang saya ketemukan melalul AlQur’an adalah apa yang saya sudah ketahul sebelumnya : untuk memperoleh keselamatan itu tergantung dari perbuatan baik dan amal kita. Saya menemukan banyak ayat yang mendukung doktrin ini, tetapi saya hanya mengutip dua saja di sini, Surat 32 As Saldah : i9-20 : Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amar saleh maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman sebagai pahala terhadap apa yang, telah mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang fasik( kafir) maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar dari padanya, mereka di-kembalikan lagi ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka ‘ Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya. ” Surat 99 Az Zarah :7-8 : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun. niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” Sepintas lalu ayat-ayat ini kelihatan sangat indah dan menghiburkan. tetapi dalam pikiran saya timbul satu pertanyaan :
Apakah mungkin kita dapat melakukan yang baik saja dan tidak melakukan kejahatan? Apakah manusia memiliki kekuatan semacam ini? Ketika saya mempertimbangkan hal ini dengan sungguh-sungguh sambil memperhitungkan kemampuan dan nafsu manusia, hal itu menjadi jelas bagi saya bahwa mustahil bagi manusia untuk tetap hidup tanpa berbuat dosa. Manusia tidak mempunyai kekuatan untuk melakukan terus-menerus yang baik dan hanya yang baik saja.
Menurut para ahli filsafat susila dl Arabia ada empat unsur yang ada dalam diri manusia yang menimbulkan semua tindakannya. Dari keempat unsur ini, tiga diantaranya bekerja malawan keinginan rohaninya. Hanya ada satu unsur yaitu unsur malaikat, yang mendorong manusia untuk mendekati Allah, dengan rnenolongnya untuk mentaati perintah-perintah Allah, akan tetapi unsur ini tersembunyi dari pandangan manusia. Di pihak yang lain ada kekuatan yang menggabungkan ketiga unsur yang lain, yang justeru sering menyukakan dan menggerakkan manusia secara serentak. Oleh karena Itu jiwa manusia hanya malihat yang ada di permukaan; manusia hanya memperdulikan apa yang ada di masa kini, lebih memperhatikan perkara–perkara duniawi dan menjadi lalal tentang perkara- per-kara Rohani dan Allah. Seorang Muslim yang terkenal pernah meng-gambarkan masalah ini sebagai berikut :
“Saya terjebak dalam empat masalah, dan pengaruh dari semuanya menyebabkan
kesusahan dan penderitaan saya. Empat masalah tersebut ialah’ setan, dunia, hawa nafsu, dan ketamakan. Bagaimana mungkin saya dapat bebas dari keempat masalah ini, karena mereka semua adalah musuh-musuh saya? Keinginan–keinginan jahat memikat saya dan melempar saya ke dalam jurang kegelapan hawa nafsu dan kesenangan dunia. Menurut ahli Filsafat Arab, ketiga unsure tadi memperoleh penguasaan atas unsure malaikat, dan nabi Adam melakukan apa yang dilarang Allah. Hasilnya telah diwariskan secara nampak kepada semua keturunannya sampai masa kini. Menurut sebuah Hadis :
Abu Huraira pernah menceritakan bahwa Rasul Allah berkata sebagai berikut :
“Ketika Allah menciptakan Adam, dia memukul punggungnya dan dari situ berjatuhanlah semua manusia yang Dia ciptakan dari keturunan Adam sampai pada hari Kebangkitan. Dan Ia menempatkan di depan mata setiap manusia secerah terang. Kemudian la membawa mereka kepada Adam. Adam berkata, ‘Oh, Tuhan, siapakah ini samua?’ Allah menjawab, ‘Inilah keturunanmu’. Dan ia melihat seseorang manusia di antara mereka dan Ia begltu tertarik akan secerah terang di antara matanya dan berkata, ‘Oh, Tuhanku beberapa,panjang umurnya?’ Allah menjawab, ‘Enam puluh tahun. ‘Adam berkata, ‘Oh, Tuhan, tambahkanlah kepada hidupnya empat puluh tahun yang diambil dari hidupku.’” Rasul Allah berkata, “Ketika umur hidup Adam genap, malaikat maut datang kepadanya dan Adam berkata. ‘Bukankah masih ada empat puluh tahun lagi yang tinggal dari hidup saya? ‘Malaikat ini menjawab, ‘Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Daud?’ Kemudian Adam menyangkal ini dan semua keturunanya ikut menyangkal dan Adam lupa dan memakan dari pohon yang tertarang dan semua keturunannya juga lupa dan Adam telah berdosa sehingga semua keturunannya juga berdosa.” (Tirmidhi). Dari Hadis Inl jelaslah bahwa semua keturunan Adam telah berdosa karena dosa Adam telah masuk kepada seluruh keturunannya. Oleh karena Itu, ada orang-orang suci dan pemimpin-pemimpin agama telah mengakui dosa-dosa mereka. Jadi Adam, nabi pertama dan Hawa berkata, “Keduanya berkata, ‘Ya, Tuhan kami, kami telah mengganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi’” (AlQur’an 7 :23). Seperti juga Nabi Ibrahim berkata, “Ya, Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari Khiamat)” (AlQur’an i4:4i).
Nabi Muhammad berdoa sepertl Ini: “Ya. Allah sucikanlah kelemahanku dengan air salju (Bukhari). Abu Bakar, kallfah pertama setelah Nabi islam berkata dalam sajaknya yang terkenal, “Oh, Allah, bagaimana saya dapat diselamatkan karena tidak ada satu kebaikanpun dalam diriku?
Saya dikuasai seluruhnya oleh perbuatan-perbuatan jahat, tetapi saya kekurangan kebaikan.Sebagal tambahan bukti ayat AlQur’an berikut ini menunjukan bahwa semua manusia itu berdosa. “Sesungguhnya manusla itu sangat ingkar, tidak berterimakasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya (AlQur’an i00,6-7). Dalam hubungan ini, pemikiran-pemikiran berikut ini ada dalam benak saya; Nabi lsa juga seorang manusia. AlQur’an menunjukkan dosa-dosa nabl-nabi lain, tetapi mengapa AlQur’an menyatakan Yesus tidak berdosa Karena saya menemukan dalam AlQur’an
bahwa Yesus tidak berdosa, saya kembali kepada Injil. Di situ saya menemukan ayat-ayat sebagai berikut:
“Siapakah diantaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dos,a?”(Yohanes 8,46)
“Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya alam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5,2i) “Sebab Imam Besar yang. kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya, sama dengan kita, la telah dicobai, ‘hanya tidak berbuat dosa.” (lbrani 4, i5)
“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutnya”(i Petrus 2,22) “Dan kamu tahu, bahwa la telah menyatakan dirinya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.” (iYohanes3,5)
Jadi, ada bukti yang kuat bahwa semua manusia telah berdosa kecuali Nabi lsa (Yesus). Kalau benar demikian siapakah aku sehingga aku dapat menuntut memperoleh keselamatan dengan berbuat baik, (amal), padahal banyak pemimpin-pemimpin agama, para ahli filsafat dan orang-orang suci sudah gagal memperoleh-nya dengan memakai jalan yang mustahil dllewati ini.
Sekali lagi saya kembali kepada AlQuran untuk menyelidiki ajaran-ajarannya tentang keselamatan dengan melalui perbuatan baik (amal). Saya akan mengutipkan dua ayat yang memperjelas bahwa tidak ada satu manusiapun yang akan luput dari penghukum-an ini, apapun
status dan kedudukannya :
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang ber-takwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut” (Al Qur’an
i9:7i.72)
Tidak seorangpun tahu kecuali saya sendiri tentang kecemasan, kekecewaan dan kegemparan memenuhi hati saya setelah membaca ayat-ayat itu. Saya sadari setakwa2nya orang maka dia tidak akan lepas dari dosa,karena sifat manusianya.Saya, seorang yang sakit rohani, sedang membaca AlQur’an seperti saya sedang minta nasihat dari seorang dokter dengan harapan ia akan
memberikan obat untuk mengatasi dosa yang ada dalam diri saya. Tetapi bukan obat yang di-berikan, melainkan ia berkata, Semua orang harus menghadap penghukuman karena inilah merupakan ke-wajiban mutlak dari Tuhanmu. Tetapi cinta dan ikatan saya terhadap Islam mencegah saya untuk mengambil keputusan pribadi secara terburu-buru. Saya pikir saya harus mencari suatu penjelasan tentang ayat ini di dalam Hadis, supaya saya mengetahui apa yang dikatakan oleh nabi Muhammad sendiri tentang hal ini. Setelah lama mencari saya
menemukan Hadis dalam Mishkat (sebuah buku yang sangat terkenal dari Golongan sunni):
Ibnu Masud berkata kepada Nabi, “Semua orang akan masuk ke neraka. Kemudian
mereka akan keluar dari sana menurut perbuatannya. Mereka yang keluar paling
pertama akan seperti sebuah kilat, yang berikut seperti taufan, yang kemudian seperti kuda yang lari cepat, sesudah itu seperti penunggang kuda yang cekatan, kemudian seperti seorang yang melompat dan akhirnya sebagai orang yang berjalan” (Tirmidhi dan Damini).
Arti dari ayat ini sekarang menjadi jelas. Bahwa tidak dapat dielakkan, semua orang
akan masuk ke neraka dan kemudian keluar dari sana menurut perbuatannya. Jadi arti dari AlQur’an sangat jelas dan juga didukung oIeh pernyataan dari Nabi Muhammad sendiri. Ketika itu, saya berharap bahwa penyelidikan saya berhenti sampai di sini, tetapi saya menganggap adalah lebih baik saya mencari penafsiran di dalam AlQur’an sendiri. Jadi, setelah saya mencari cukup lama, saya menemukan ayat ini :
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusannya) telah ditetapkan :
Sesungguhnya aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (Al Qur’an ii:.ii8-ii9).
Saya begitu tersentak setelah membaca ayat ini dan dengan perlahan-lahan saya menutup Al-Our’an itu dan tenggelam dalam lamunan. Bahkan di dalam tidurpun saya tidak mendapat istirahat, karena pikiran-pikiran saya pada waktu bangun menjadi mimpi-mimpi pada malam hari dan menjadikan saya merasa tidak sejahtera. Bukan main sulit bagi saya untuk menyangkali agama nenek moyang saya; saya lebih siap menyangkali hidup sendiri dari pada meninggalkan agama ini. Untuk beberapa waktu saya memikirkan satu cara bagaimana menghindari permasalahan ini atau satu tempat pe-larian, supaya saya tidak pertu meninggalkan Islam. Dengan maksud ini saya mulai mencari pertolongan di dalam Hadis. Tetapi ini merupakan jalan yang tidak gampang, karena semua Hadis terdapat di dalam enam jilid yang tebal. Di samping ini sulit sekali menerapkan ilmu penafsiran Hadis terhadap masing-masing Hadis. Meskipun
ada kesulitan-kesulitan ini, saya bisa melanjutkan pekerjaan ini sampai selesai dengan per-tolongan Allah. Menurut Hadis ada tiga jalan atau cara memperoleh keselamatan.
Yang pertama :
Di dalam tidak ada hubungan apapun antara amal dan keselamatan. Orang yang paling jahat pun yang seumur hidupnya melanggar Firman Allah dapat masuk ke dalam Firdaus. Juga orang yang paling baik, mereka yang selama hidup beramal saja dapat masuk neraka. Hadis di bawah
ini berbicara untuk diri sendiri :
Hazrat Anas menceritakan bahwa Nabi Muhammad sedang menunggang kuda diikuti oIeh Maadh. Ketika. Nabi berkata berulang-ulang sampai tiga kall, “Siapa yang dengan jujur percaya dan berulang-ulang menyebut, ‘Tiada Tuhan lain selain Allah dan Muhammad adalah rasulnya’, ia tidak pernah akan dicelakakan masuk neraka.” Maadh berkata, “Oh Nabi Allah, apakah saya tidak perlu memberitakan berita ini?” Nabi men-jawab : “Kalau demikian mereka tidak akan percaya selain kepada berita Ini.” (Mishkat)
Dalam hal ini ada Hadis yang disampaikan kepada Abu Dharr, yang dapat ditarik kesimpulannya bahwa keselamatan melalui perbuatan tidak berarti apa-apa,
karena seorang pezinah dan maling pun dapat di-selamatkan dengan mengulangi syahadat Islam saja. Hadis itu berbunyi sebagai berikut :
Hadis ini disampaikan oleh Abu Dharr yang berkata, “Ketika saya datang kepada Nabi, dia berpakaian kain putih dan sedang tidur. Kemudian saya datang lagi setelah dia bangun. Dia berkata, ‘Setiap hamba Tuhan, yang berkata,” Tidak ada illah lain selain Allah” dan kemudian meninggal dunia, kalau bergantung
dari atas pengakuan ini dia akan masuk ke surga.’ Saya berkata, ‘Walaupun dia berzinah atau mencuri?’ Dia menjawab, Ya, walaupun dia berzinah atau mencuri.’ Saya berkata, ‘Walaupun dia berzinah atau telah mencuri?’ Dia menjawab, ‘Ya, Walaupun ia berzinah dan telah mencuri, dan sekalipun karena Abu Dharr’ tidak percaya dan menentangnya” (Muslim & Bukhari)
Saya menemukan hadis yang lain, yang sangat menyenangkan (seperti sebakul penuh permen yang diberikan kepada seorang anak) yang menjanjikan, bahwa seorang yang melakukan kebaikan ataupun kejahatan, dia dapat masuk ke Firdaus asal mengulangi beberapa perkataan saja. Hadis ini adalah:
Menurut Ubadah bin Samit, Rasul Allah mengata-kan, “Barangsiapa yang menyaksikan bahwa tidak ada Illah lain selain Allah dan dia tidak dipersekutukan dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulNya dan bahwa Yesus adalah hamba Allah dan rasulNya dan anak dari hambaNya perempuan dan firmanNya yang Dia sabdakan kedalam Mariam dan merupakan satu roh dari Dia, dan bahwa Firdaus dan neraka adalah benar ada, maka Allah akan membawa dia ke dalam Firdaus. Apapun perbuatan-perbuatannya yang telah dia lakukan (muslim; Buchari) .
Ketika saya membaca Hadis ini sebuah pertanyaan timbul dalam pikiranku apakah adil bagi seseorang yang selama hidupnya hanya melakukan yang jahat dan tidak pemah memikirkan tentang kebaikkan pada waktu matinya diperbolehkan masuk Firdaus sedangkan bagi yang lain yang selama hidupnya takut akan Allah, menahan diri dan melakukan yang baik akan dibuang ke neraka. Kedua : “Dalam Hadis ditunjukkkan bahwa keselamatan hanya bergantung dari
kemurahan Allah begitu ketergantungannya sehingga Nabi sendiri menjadi seperti seorang pengemis rohani, yang sangat membutuhkan kemurahan ini. Hanya kalau Allah mem-berikan anugerahNya kepada dia, Nabi sendiri tidak dapat memperoleh keselamatan melalui perbuatan amalnya. Sebuah Hadis dalam Nishkat berbunyi sebagai berikut :”
Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi berkata : “Tidak seorangpun dari antara kalian akan memasuki Fir-daus melalui perbuatan baiknya (amal). Mereka berkata: Juga tidak engkau hai Nabi? “Termasuk aku”, ia men-jawab, “kalau Allah tidak menutupi aku dengan anugerah dan pengasihan-Nya. Karena itu kuatkanlah dirimu, dan buatlah amal waktu pagi, siang, malah setiap saat.”
Coba bandingkanlah dengan Hadis ini :
Jabir melaporkan bahwa Nabi berkata, “Tidak satu per-buatan amalpun dari kamu dapat menjamin kamu ke Firdaus atau tidak dapat menyelamatkan kamu dari api neraka. Aku pun tidak akan selamat tanpa anugerah Allah.”
Dari ayat-ayat Hadis ini, saya dapat mengerti bahwa tidak seorang pun dapat memperoleh keselamatan tanpa pengasihan Allah berada atasnya. Hal ini menyenangkan diri saya sedikit, tetapi bersamaan itu saya mulai berpikir: Kalau Allah itu Mahapengasih dan Penyayang, Dia juga adi!. Kalau Allah mengampuni dengan memperlakukan anugerahNya saja, maka la mengelakkan atau menghindarkan keadilan-Nya dan kebenaran-Nya. Pengelakan terhadap keadilan-Nya akan menunjukkan bahwa ada satu kekurangan dalam diriNya sebagai Allah. Tentu saja tindakan semacam ini tidak patut terhadap
kemuliaan Allah sendiri.

Hal ketiga yang menjadi jelas dari Hadis ini adalah, Nabi sendiri pun tidak dapat
menyelamatkan seseorang, bahkan anaknya sendiri, Fatiniah tidak dan keluarga nabi pun tidak. Jadi, ada satu pendapat bahwa Nabi akan menjadl pesyafaat bagi mereka yang setia, yang saya pikir sudah benar, sudah terbukti salah. Suatu Hadis berbunyi sebagai berikut:
“Abu Huraira menceritakan tatkala ayat, “Buatlah keluargamu menjadi takut”, diwahyukan kepada Nabi, Nabi bangkit dan menyatakan, “Oh, kaum Quraysh, dan kamu anak-anak Abdul Manaf, dan kamu Abbas, anak dari Abdul Muttalib, dan kamu, Safiyyah bibiku, aku tidak dapat menyelamatkan kamu dari hukuman pada hari kebangkitan. Jagalah dirimu sendiri, oh, anakku Fatimah; kamu dapat mempergunakan milikku, tetapi saya tidak dapat menyelamatkan kamu dari murka Allah. Jagalah dirimu baik-baik (Buehari).
Jadi, setelah saya lama mempelajari Hadis dengan tekun dan mendalam, tidak ada
bagian lagi yang dapat saya selidiki. Dengan kecemasan dan keputusasaan yang
dalam saya menutup buku-buku Hadis dan berdoa kepada Allah sebagai berikut:
Oh, Allah, pencipta dan Tuhanku, Engkau tahu rahasia-rahasia hatiku lebih dari pada aku tahu sendiri. Engkau tahu beberapa lama aku mencari akan Agama-Mu yang benar. Saya telah melakukan semua penyelidikanku sejauh aku mampu. Karena itu, bukalah pintu kepadaku dari pengetahuan-Mu dan keselamatan-Mu. Berkenankanlah aku dapat masuk ke dalam persekutuan umat-Mu yang menyenangkan Engkau, sehingga aku pun dapat ditinggikan dan merasa puas ketika aku memasuki kehadirat-Mu yang mulia itu. Amin.” Di dalam kecemasan dan keputusasaan, saya mulai membaca Injil yang Suci dengan maksud dapat mengoreksi ketidaksempurnaan yang mungkin masih ada dari apa yang sudah saya selidiki. Ketika saya membuka Injil yang Suci pada waktu ini, mataku tertuju kepada kata-kata berikut:
“Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
(Matius ii,28)
Saya tidak dapat menjelaskan bagaimana saya dapat menemukan! ayat ini di dalam Injil menurut Matius. Saya tidak dengan sengaja dan bermaksud mencari ayat ini. Di samping itu, ini bukanlah suatu kebetulan; ini adalah jawaban dari Allah atas kerjaku yang melelahkan dalam penyelidikanku. Bagi seorang berdosa seperti saya, ayat ini merupakan proklamasi yang agung dari berita yang baik. Ayat yang memberi hidup ini sungguh mempunyai pengaruh istimewa terhadap diriku. Ayat ini membawa kedamaian, kenyamanan dan kesukaeitaan dan segera menghilangkan segala ketidaksejahteraan dan ketidakpastian dari dalam hatiku. Sang Juruselamat berkata, “Aku akan. memberikan kelegaan kepadamu.” Dialah yang menunjukkan
bagaimana keselamatan itu bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Dia tidak menunjukkan jalan yang lebih tinggi atau di luar Dia, tetapi Dia berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes i4,6).
Akan tetapi, ada satu pertanyaan yang timbul dalam benakku: Dapatkah seorang menaruh keyakinan terhadap pengakuan Kristus yang luar biasa ini? Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa seseorang dapat meyakini tawaran Kristus, karena pertama-tama, Kristus diterima oleh orang-orang Muslim sebagai yang tidak berdosa, yang ditinggikan di dalam dunia ini dan di akhirat, dan sebagai Firman Allah dan Roh Allah. Pernyataan ini dan yang lain menunjukkan bahwa Yesus adalah sempurna. Kedua, menurut orang Kristen, Dia adalah Allah sejati dan manusia sejati bebas dari hawa nafsu dan cita-cita duniawi. Jadi, mustahil bagi
Kristus yang menurut oleh orang-orang Muslim dan orang–orang Kristen memiliki sifat-sifat tertinggi akan melakukan dosa atau melakukan sesuatu yang tidak patut, yang bertentangan dengan tabiatNya sendiri. Sesudah itu saya mulai berpikir-pikir bagaimana caranya Kristus menjanjikan keselamatan itu. Supaya pikiran saya menjadi sejahtera, saya mulai dengan penyelidikan melalui Injil yang Suci dan menemukan ayat ini sebagai berikut:
“…sepertl Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi ba-nyak orang.” (Matius 20;28)
Setelah membaca ayat ini saya menemukan bagaimana Allah menawarkan keselamatan. Kristus memberikan nyawanya bagi kita orang berdosa. Inilah jalan yang mentakjubkan, dunia tidak dapat menunjukkan bandingannya. Banyak manusia telah mendirikan suatu agama dalam dunia ini, tetapi tidak satupun dari mereka dapat mengatakan bahwa kematiannya dilakukan demi pengampunan dosa-dosa. Hanya Kristus saja :yang bukan hanya membuat per-nyataan itu, tetapi Dia juga memenuhinya. Pada waktu sedang memikirkan hal itu saya menjadi begitu gembira. Gambaran dari Kristus dan kasih-Nya bagi manusia telah memberikan suatu kesan yang tidak dapat terhapuskan dari dalam hatiku.
Tetapi walaupun saya begitu tenggelam dalam kegembiraan ini, ada satu pertanyaan lain timbul dalam pikiranku’ “Mengapa Kristus perlu mengadakan pengorbanan dan penebus-an? Bukankah dapat memberi keselamatan tanpa harus menyerahkan hidup-Nya?” Setelah, memikirkan-nya lebih lanjut saya menemukan jawaban untuk itu; yaitu karena Allah adalah murah hati dan adil.
Andaikata Kristus telah menjanjikan keselamatan tanpa menyerah-kan nyawa-Nya tentu tuntutan akan kemurahan Allah pasti terpenuhi. Tetapi juga, untuk memenuhi tuntutan akan keadilan (manusia yang berdosa seharusnya diadili dan dihukum) maka Kristus telah membayar tebusan dengan darah-Nya yang berharga itu. Dengan jalan inilah Allah telah menyatakan kasih-Nya bagi kita:
“Inilah kasih itu, : Bukan kita telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai penda-maian bagi dosa-dosa kita.” (i Yohanes 4,i0).

Saya melanjutkan penyelidikan dalam Perjanjian Baru dan membacanya berkali-kali dari awal hingga akhir. Saya menemukan ratusan ayat dan banyak per-umpamaan yang membuktikan kepadaku dan tanpa keraguan sedikit pun bahwa “keselamatan adalah tujuan dan inti dari setiap agama”. Keselamatan hanya tersedia melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Saya mengutipkan satu nats yang membuktikan pernyataan ini:
“Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah. Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan Hukum Taurat, karena justru oleh Hukum Taurat orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, ‘tanpa Hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, sepertl yang disaksikan Kitab Taurat dan Kitab-Kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-Cuma karena pe-nebusan dalam Vesus Kristus. Kristus Vesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamalan karena Iman, dalam darah-Nya. Hal Inl dibuat-Nya untuk menunjukkan keadiianNya, karena la telah memblar-kan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. (Roma 3,i9-25).

8. KEPUTUSAN DAN PENGAKUAN
Setelah menyelesaikan penyelidikan yang telah saya jelaskan di atas, saya mengambil suatu keputusan untuk menjadi seorang Kristen. Di bawah situasi semacam inl saya merasa adalah layak bagi saya apabila masalah ini dinyatakan dihadapan perkumpulan kami sehingga merekapun dapat mengetahui dan mempertimbangkan serta agar saya pun bebas dari tuduhan melakukan penyelidikan saya dengan diam-diam saja. Saya pergi ke pertemuan seperti biasanya. Hari itu giliran Munshi Mansur Masih untuk berbicara. Sebelum dia mulal, saya memotongnya dengan menyatakan bahwa dalam kesempatan ini saya sendiri ingin berbicara melawan Islam. .. ,
Saya melanjutkan dengan menggemparkan hasil dari penyelidikan saya selama bertahun-tahun Ini. Pengurus perkumpulan kami itu terkejut terhadap kata–kata saya, tetapi mereka merasa sejahtera karena mengira bahwasanya saya akan mengadakan tangkisan terhadap hasil penyelidikan saya sendiri. Setelah selesai saya duduk dan wakil ketua berkata, “Kami mengharap-kan Saudara ketua sendiri akan memberikan tangkisannya terhadap pembicaraannya yang tidak menyenangkan. Saya bangkit berdiri lagi dan berkata, “Dengarlah teman-temanku.
Apa yang telah saya jelaskan kepada kalian bukanlah sesuatu yang dangkal dan bukan juga sesuatu yang dikarang-karang. Hal ini adalah sesuatu yang pasti dan menentukan, didasarkan atas penyelidikan saya yang bertahun-tahun. Supaya lebih rinci, hal ini mulai, ketika Munshi Mansur Masih menyampaikan pembicaraannya tentang keselamatan. Pada waktu itu, saya
telah berjanjl kepada Allah untuk membaca Alkitab Suci, tidak seperti yang sebelumnya saya baca, tetapi sebagai seseorang yang mencari akan kebenaran, agar jalan kebenaran dan keadilan akan dinyatakan kepada saya. Di samping itu saya menjauhkan kecurigaan dan cara ahli filsafat yang main dengan kata-kata, saya memperbandingkan Avesta, Satyarth Prakash, Injil dan Al Qur’an. Saya datang pada suatu kesimpulan bahwa keselamatan hanya ditemukan dalam Kristus saja. Itulah semua yang bisa saya katakan. Apabila ada kekhilafan-kekhilafan dalam
penyelidikan saya, saya sangat berterima kasih kalau saudara-saudara menyatakannya. Di samping itu kalau saudara-saudara menghendaki saya membuat penyangkalan atas dalil-dalil tadi, saya harus menyata-kan dengan terus terang saya tidak bisa membantahnya dan juga tidak ada harapan bagi seorang pun bisa membantahnya. . Saya meninggalkan pertemuan itu, karena
tidak bijaksana lagi untuk tinggallebih lama. Munshi Mansur Masih segera mengikuti saya. Ketika dia menyusul saya, dia memeluk dan air matanya jatuh karena sukacita dan ia berkata tersendat-sendat, “Saudara harus ke rumah saya malam ini. Tidaklah aman bagi Saudara untuk berada sendiri di rumah malam ini. “Saya menjawab bahwa anggota pengurus kami cukup terpelajar sehingga saya tidak perlu takut terhadap mereka. “tentu saja,” saya tambahkan, “Memang ada orang lain yang perlu saya takutkan. Saya akan ke rumah saudara sebelum fajar. Kalau saya tidak ada pada waktu itu. Saudara harus datang ke rumah saya. Setelah kami membuat perjanjian ini kami berpisah. Saya pergi ke ruangan saya, mengunci pintu dari dalam dan mematikan lampu. Saya duduk tenggelam dalam pikiran-pikiranku. Saya tidak pernah akan melupakan khayalan-khayalan yang menakutkan dan pergumulan rohani malam itu. Suatu malam keputusan sebuah malam ujian yang paling berat. Pada waktu itu, pikiran–pikiran yang menghantam saya adalah bila saya menjadi seorang Kristen maka saya akan kehilangan negaraku, warisanku dan hak-hakku. keluargaku. teman-temanku – pendeknya segala sesuatu. Saya juga diganggu oleh pemikiran bahwa menjadi seorang Kristen berarti memasuki satu dunia dengan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dan segalanya akan berbeda dengan apa yang biasa untuk saya sebelumnya. Malam itu saya tidak bisa tidur. Akhirnya. saya berkata pada diri sendiri, “Sultan, anggaplah bahwa diri kamu adalah anak satu jam saja dan dunia sedang berlalu dengan cepat. Apabila engkau mati, negaramu dan warisanmu tidak lagi berguna bagi-mu; maupun sanak keluargamu dan teman-temanmu tidak dapat menolongmu lagi. Semua itu adalah
milik dunia ini. Tidak ada sesuatu selain imanmu dapat ber-tahan melampaui kuburan. Karena itu tidaklah bijaksana untuk mengabaikan kehidupan kekal dan kebahagian rohani untuk kehidupan dunia fana ini.” Sesudah itu saya berlutut dihadapan Allah dan menyampaikan doa ini:
“Oh, Allah yang Mahakuasa dan kekal penyelidik jiwa, saya menyerahkan diriku kepada-Mu. Terimalah persembahan ini dan lindungilah aku dari segala perangkap dari iblis dan dari bahaya-bahaya rohani. Ambillah dari hatiku dunia dan keinginannya. Berikanlah aku keberanian dan kekuatan sehingga saya mampu mengakui Anak-Mu yang tunggal Yesus Kristus secara terbuka di hadapan manusia. Dengarkanlah dan terimalah doaku demi Yesus Kristus. Amin.” .
Setelah selesai berdoa saya mengantuk dan tidur sejenak. Ketika saya bangun, saya merasa begitu sukacita dan bergembira. Tidak ada lagi bayangan ketakutan dan kekuatiran yang mengganggu pikiran saya lagi. Fajar sudah menyingsing. Dengan segera saya mandi dan pergi ke rumah Munshi Mansur Masih. Ketika saya sampai disana, saya melihat bahwa dia sangat kuatir karena saya tidak datang lebih dahulu. Dia tahu kebiasaan saya, yaitu minum the pagi-pagi betul dan dia telah menyediakannya bagi saya. Setelah saya selesai minum teh, kami membicarakan beberapa hal dan kemudian kami berdoa. Setelah berdoa kami pergi ke rumah Pendeta Ledgeard. Pendeta itu heran menyambut kedatangan kami yang masih pagi hari betul. Munshi Mansur Masih men-ceritakan bahwa kami
datang karena saya minta di-baptis. Pada mulanya ia menyangka kami tidak sungguh-sungguh, tetapi ketika ia mendengar apa yang telah terjadipada malam itu, ia bangkit berdiri dan memeluk saya serta berkata, “Saya sudah tahu bila saudara sungguh- ungguh, membaca Alkitab dengan pasti saudara akan menjadi seorang Kristen. Syukur kepada Tuhan karena Saudara sudah diyakinkan.” Kemudian ia berjanji untuk membaptis saya tiga hari kemudian dan menasehatkan untuk menghafal Sepuluh Hukum Tuhan, Pengakuan Iman dan Doa Bapa Kami selama waktu itu. Ia juga menasihati saya untuk tidak tinggal di antara orang-orang Muslim. Atas undangannya saya boleh tinggal di rumah Munshi Mansur Masih atau di rumahnya. Saya menerima untuk tinggal di rumah Munshi Mansur Masih. Ketika hari minggu tiba, seluruh gereja terisi dengan orang-orang Muslim. Melihat bahaya yang bisa timbul, Bapak Ledgeard menunda pembaptisan saya. Akhirnya dengan anugerah Allah dan kasih-Nya saya dibaptiskan pada tanggal6 Agustus i903, di Gereja S.Paul, Bombay. Baptisan saya terjadi dihadapan Pendeta Ledgread yang membaptis saya, Munshi Mansur Masih dan dua pria yang namanya tidak dapat saya ingat lagi. Segera setelah saya dibaptis saya dikirim ke Kanpur karena adalah sangat berbahaya bagi saya untuk tetap tinggal di Bombay, Ketika saya menjadi seorang Kristen perubahan yang ajaib terjadi dalam hidup saya. Cara saya berbicara, perbuatan-perbuatan saya, dan semua tingkah laku saya begitu berubah, sehingga setahun kemudian ketika saya mengadakan kunjungan singkat di Bombay teman-teman melihat perubahan-perubahan ini dan merasa heran. Mereka begitu terpesona dengan kelemahlembutan saya karena mereka tahu bahwa dulu saya mudah naik pitam. Sebelum saya menjadi seorang Kristen, saya tahu bahwa dosa itu dosa, tetapi tidak menyadari seperti sekarang, bahwa dosa itu sesuatu masalah yang ber-bahaya dan sangat merusak. Saya masih tetap seorang yang lemah dan hanya segumpal tanah dan kalau saya berdosa, saya tidak dapat menggambarkan betapa sedih dan malu memenuhi saya ini. Segera saya bertelut dan menangis serta bertobat dan memohon pengampunan. Sikap ini hanya dapat
diperoleh apabila kita mengenal pengorbanan dan penebusan dari Tuhan Yesus Kristus. Dosa tidak dapat diangkat dengan hanya bertobat saja. Itu hanya dapat dibersihkan oleh curahan darah sang Juruselamat yang suci. Oleh karena masalah dosa itulah dunia ini semakin hari semakin menuju kehancurannya. Meskipun Iblis boleh menggempuri saya dengan segala kekuatannya yang tersedia, saya tidak akan gentar karena saya percaya bahwa Kristus telah meng-hancurkan
kepalanya. Iblis tidak dapat menyakiti hamba-hamba Kristus yang setia dan dia tidak akan dapat mengalahkan mereka. Kiranya Allah, sang Pencipta langit dan bumi, penyelidik setiap hati, menjadikan hati saudara-saudaraku yang Muslim supaya berbalik, seperti Tuhan lakukan kepada saya. Dan berikanlah mereka penglihatan sehingga mereka pun mengingat akan hari Penghakiman, sehingga mereka pun menjadi sadar tentang kebutuhan rohani yang terdalam
dan mau datang kepada kandang domba Tuhan Yesus Kristus. Semoga Saudara-saudara Islam yang membaca buku ini diberkati.

by:Sultan Muhammed Paul

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Dalam Alkitab PB tidak ada katapun yang berasal dari mulut Yesus bahwa dirinya disalibkan untuk menebus dosa manusia. Ayat yang lebih banyak mengungkapkan pendapat ini kebanyakan diajarkan oleh Paulus dan murid-muridnya lewat dokrin dosa penebusan dan dosa warisan. Yesus mengajarkan konsep keselamatan itu adalah dengan mengikuti perintah Tuhan.

Matius 7:21 BUKAN SETIAP ORANG yang BERSERU KEPADAKU: TUHAN, TUHAN! AKAN MASUK KE DALAM KERAJAAN SORGA, MELAINKAN dia yang MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU [Tuhanku, red] yang di sorga.


Matius 7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?



Hal ini akan dikatakan oleh Yesus kepada para missionaris di hari penghakiman karena mereka tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan di Perjanjian Baru dan diajarkan oleh Yesus) seperti menyembah Tuhan (bukan Yesus, lihat ayat di atas), tidak makan daging babi, tidak membuat patung (termasuk di gereja) dan tidak menganggap apapun yang ada di muka bumi ini sebagai Tuhan (termasuk Yesus sendiri).

Posting Komentar